MAKALAH
MEMAHAMI TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Disusun oleh :
Kelompok 3
DZILLAH KHOIROTUN HISAN
FEBRIN YOLANDA
FITRAH MAWADDAH
ETTI MAHLISNA
JURIADI
Dosen Pengaruh :Afdal Ilahi, S.Pd.I.M.Pd
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
T.A 2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada Bapak Afdall Ilahi S.Pd.I., M.Pd selaku dosen mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran” yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga ilmu dan wawasan kami bisa bertambah.
Pada pembahasan di makalah ini kami ditugaskan untuk memaparkan tentang teori belajar, manfaat, tujan dan hal-hal yang mempengaruhi dalam belajar. Yang kami pahami selama ini belajar merupakan proses seseorang dalam mengenal, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dan lain-lain. Belajar merupakan bagian dari kehidupan kita, tanpa kalian sadari kalian telah melakukan yang namanya belajar.Belajar juga tidak hanya dilakukan di sekolah, belajar dapat juga diperoleh di luar sekolah. Bahkan beberapa ahli mengatakan, belajar yang paling akan melekat pada diri seseorang biasanya diperoleh dari pengalamannya sendiri.
Untuk lebih jelasnya lagi ada beberapa penjelasan yang akan kami paparkan lewat makalah ini. Adapun jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, kami mohon maaf. Semua diri kami sebagai manusia dan ini kami masih dalam proses pembelajaran.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
B. Macam Macam Teori
1. Teori Belajar Behaviorisme
2. Teori Belajar Kognitivisme
3. Teori Belajar Konstruktivisme
4. Teori Belajar Humanistik
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah : memperjelas pengertian dan proses belajar. Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya.
Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku).
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan teori ?
2. Apa yang dimaksud dengan belajar ?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar ?
4. Apa macam-macam teori belajar ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian teori
2. Untuk mengetahui pengertian belajar.
3. Untuk mengetahui pengertian teori belajar.
4. Untuk mengetahui macam-macam teori belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
Menurut pendapat Emory Cooper (dalam Umar, 2004:50), mengatakan “Teori adalah suatu kumpulan konsep, definisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasi sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu”. Menurut Siswoyo (dalam Mardalis, 2003:42), bahwa “Teori adalah sebagai seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena”. Menurut Hoy & Miskel (dalam Sugiyono, 2010:55), “Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi”. Berdasarkan pendapat ahli di atas, jadi penulis menyimpulkan bahwa teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya. Winkel berpendapat bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Berdasarkan pengertian belajar menurut ahli, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari praktik dan pengalaman. Jadi, teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu peserta didik untuk belajar.
B. Macam-Macam Teori Belajar
Ada empat kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme dan teori belajar humanistik. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran.Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Teori konstruktivisme berpendapat bahwa belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep. Dan teori humanistik ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).
a. Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:
1) Obyek psikologi adalah tingkah laku.
2) Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
3) Mementingkan pembentukan kebiasaan.
4) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
5) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.
b. Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme :
1) Edward LeeThorndike
Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan.teori ini sering disebut teori koneksionisme.
2) John Watson
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view it” (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja.Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.
Kajian tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi yang berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat diamati dan diukur.
3) Edwin Guthrie
Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959.Dia adalah professor psikologi di university of Washington dari 1914 dan pensiun pada 1956.Karya dasarnya adalah The Psychology of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952.Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip dengan Thorndike dan Skinner.Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental.Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya, dan kita aakan mendiskusikan percobaan ini.Tetapi dia jelas seorang Behavioris. Dia bahkan menggangap teoritisi seperti Thorndine, Skinner,Hull,Pavlov dan Watson masih sangat subyektif dan dengan menerapkan hukum Parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum asosiasi aristoteles karena alasan inilah kami menepatkan teori behavioristik Guthrie dalam paradigma asosiasionistik.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti.Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
4) Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Respon yang diterima seseorang tidak sesederhana konsep yang dikemukakan tokoh sebelumnya, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
Ciri-ciri teori belajar behavioristik :
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik )
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
Kelebihan Teori Behavioristik:
(1) Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
(2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada.Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
a. Karakteristik teori belajar kognitif :
1) Belajar adalah proses mental bukan behavioral.
2) Siswa aktif sebagai penyalur.
3) Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.
4) Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.
5) Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
6) Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
b. Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme :
1) Teori Gestalt dari Wertheimer
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu.Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak.Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudiangaris yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus.Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang.Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a.Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b.Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
c. Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2) Teori Schemata Piaget
Dalam bidang ilmu psikologi dikenal suatu teori mengenai struktur kognitif.Menurut Piaget pikiran manusia mempunyi struktur yang disebut dengan skema atau skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif.Dengan menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sehingga terbentuk schemata yang baru. Pengertian skema menurut istilah psikologi (Chaplin, 1981) ialah:
a) Skema suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi;
b) kema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data;
c) Skema sebagai suatu model;
d) Skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respons-respons yang pernah diberikan, kemudian yang menjadi standar bagi respons-respons berikutnya.
Dengan kata lain, apabila suatu informasi (pengetahuan) baru dikenalkan pada seseorang dan pengetahuan itu cocok dengan skema yang telah dimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi melalui proses asimilasi dan terbentuklah pengetahuan baru. Sedangkan apabila pengetahuan baru yang dikenalkan itu tidak cocok dengan struktur kognitif yang sudah ada maka akan terjadi equilibrium, sehingga pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasikan menjadi skemata baru. Menurut Piaget dalam buku Life Span Development (2002;158) skemata adalah struktur kognitif yang membantu seseorang dalam mengorganisasi dan memahami pengalaman mereka. Skema berkembang menurut usia.
3) Teori Belajar Sosial Bandura
Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi obyek: pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan, sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.
4) Pengolahan Informasi Norman
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa. Adapun teori atau pemikiran, pendapat Norman tentang belajar yang bisa diungkap dalam buku An Introduction to Theories of Learning ini adalah sebagai berikut:
a. Hukum pembelajaran (Law of Learning)
Adalah pemikirannya tentang belajar yang terwujud dalam tiga hukum, semuanya yang menekankan pada causal hubungan antara tindakan dan hasil. Meliputi:
(1) Hukum hubungan sebab akibat (The law of causal relationship)
Adalah untuk suatu organisme untuk menghubungkan belajar antara suatu tindakan khusus dan suatu hasil, sesuatu yang harus menjadi suatu hubungan sebab akibat yang jelas diantara keduanya.Ini yang disebut hukum hubungan sebab akibat.
(2) Hukum belajar sebab akibat (The law of causal learning)
Dalam hukum belajar sebab akibat mempunyai dua bagian: pertama, untuk hasil yang diinginkan, organisme yang mencoba untuk mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang memiliki suatu hubungan sebab akibat yang jelas pada hasil yang diinginkan. Kedua, untuk hasil yang tidak diinginkan, organisme yang mencoba untuk menghindari tindakan-tindakan itu yang mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk hasil yang tidak diinginkan.
(3) Hukum umpan balik informasi (The law of information feedback)
Dalam hukum umpan balik informasi ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa sebagai informasi tentang peristiwa tersebut.
Adapun ciri- ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3. Mementingkan peranan kognitif
Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitivisme. Kelebihannya yaitu :
1. menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
2. membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan.Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya.Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar.
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa.
Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan.Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan.Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri. Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
Mencari dan menilai pendapat siswa.
Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
4.Teori Belajar Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian..Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.Tokoh utama teori humanistik adalah C. Rogger dan Arthur Comb.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik. untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
a. Beberapa Prinsip Teori Belajar Humanistik:
Manusia mempunyai belajar alami.
Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil.
Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya.
Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Ciri-ciri Teori Belajar Humanistik
Setelah membaca pengertian mengenai teori belajar humanistik, kamu mungkin masih sedikit bingung apa yang membedakan teori ini dengan teori belajar lainnya. Berikut ini ciri-ciri teori belajar humanistik.
Ciri teori humanistik yang pertama adalah lebih memfokuskan pada proses belajar itu sendiri. seseorang akan menjadi yang lebih bisa mengeksplorasi diri. Fokus belajar ada dalam prosesnya saat seseorang menjalankan pendekatan belajar.
Adanya peranan aspek kognitif dan aspek afektif.
Mementingkan pemahaman dan juga pengetahuan dalam proses belajar.
Mementingkan sikap dan perilaku diri ketika menjalankan proses belajar.
Tidak seorangpun mampu mengatur atau mendikte proses belajar yang benar pada setiap individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Oleh karena itu dengan adanya teori-teori belajar maka akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan dan akan membantu peserta didik dalam belajar.
Ada beberapa macam teori belajar yang muncul di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan, diantaranya yaitu:
1. Teori Belajar Behaviorisme
2. Teori Belajar Kognitif
3 .Teori Belajar Kostruktivisme
4.. Teori Belajar Humanistik
B. Saran
Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, pendidikan & psikologi perkembangan, Jogjakarta: ar-ruzz media, 2010.
Chaplin, J. P. (1981). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono Trans.). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. (Original work published 1968).
Denim, Sudarwan, Khairil, psikologi pendidikan, bandung: alfabeta, 2011.
Dimyati,Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Grage, N. L. & Berliner David, C. 1984. Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.
Guthrie, Edwin. 1935. The Psychology of Learning.
Hamalik, oemar, psikologi belajar & mengajar, bandung: sinar baru algensindo, 2012.
Mahmud, psikologi pendidikan, bandung: pustaka setia, 2009.
Mardalis, 2003. Metode Penelitian Kualitatif (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta : Bumi Aksara.
Sanjaya,Wina.2006.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana.
Sugiyono Prof, Dr. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan R & D. Bandung: Cv. Alfa Beta.
Surianto.2009.Teori Konstruktivisme.
Umar, Husein. 2004. Metode Riset Ilmu Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Watson, John.1913. Psychology as the Behaviourist view it.
Winkel, W. Santrock. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Hasil diskusi :
Pertanyaan :
Anni nora nasution
1. masalah apa yang mungkin muncul bila dalam suatu proses pembelajaran di terapkan teori belajar behaviorisme dan teori belajar apa yanng paling efektip dalam pembelajaran?
Jawab :
Masalah yang mungkin muncul bila dalam suatu proses pembelajaran jika di terapkan teori behaviorisme antara lain :
Proses pembelajaran di rasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi , berekperimentasi dan mengembangkan kemampuan sendiri dan teori belajar yang paling efektif adalah teori belajar konstruktivisme di karenakan teori belajar ini bertujuan untuk menciptakan pemahaman siswa yang baru dengan menuntut aktivitas aktif dan produktif dalam konteks nyata.
Menambahkan :
Murni salmiah
Dalam penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran siswa seperti menghasilkan suatu dampak. Adapun dampak negatifnya yaitu pelajar kurang diberi ruang bebas akibatnya belajar kurang berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Teori behaviorisme atau behavioristik sering disebut sebagai S-R psikologi s adalah tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior dengan stimulusnya.
Salah satu contoh penerapan teori belajar behavioristik adalah adanya sistem poin ketika siswa melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan di sekolah. Kesimpulan bahwa penerapan teori behavioristik dapat mengurangi siswa mengoperasikan handphone dalam proses pembelajaran berlangsung.
Wisda medani
2. mengapa teori belajar humanistik beranggapan bahwa proses belajar di nilai lebih penting dari hasil belajar itu sendiri?
Jawaban :
Karena Teori belajar humanistik adalah teori yang menyatakan bahwa manusia berhak mengenali dirinya sendiri sebagai langkah untuk belajar, sehingga diharapkan mampu mencapai aktualisasi diri.
Yang maksud dengan aktualisasi yaitu yaitu seseorang bisa menyadari dan memanfaatkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup.
Annisa fitri harahap
3. dari 4 macam teori belajar yang telah di bahas coba sebutkan 4 perbedaan teori tersebut yang berkaitan dengan belajar dan pembelajaran ?
Jawaban :
Perbedaannya antara lain yaitu :
Teori behavoristik mempelajari proses belajar sebagai stumulus danm respon
Teori belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering di sebut sebagai model perseptual
Teori konstruktivisme berpendapat bahwa belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun ide ide baru atau konsep
Teori humanistik ini berusaha memahami prilaku belajar dari sudut pandang pelakunya
Menambahkan :
Surya eviana pardede
Perbedaan dari ke 4 teori tersebut adalah
1.teori behaviorosme
Yaitu menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
2.teori kognitivisme
Yaitu para peserta didik memproses informasi dan pembelajaran melalui upaya mengorganisir,menyimpan dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lebih ada
3.teori konstruktivisme
Yaitu upaya mengembangkan tata susunan hidup yang berbudaya moderen
4. Teori humanistik
Membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri sendiri dan membantu menguatkan potensi yang ada pada dirinya
Choose EmoticonEmoticon