MAKALAH
JENIS, SISTEM, PRINSIP DAN PROSEDUR PENILAIAN
Dosen Pengampu : Afdhal Ilahi, S.Pd.I.,M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Ema Hopipah Siregar : 20140015
Mhd.Husein Harahap : 20140105
Yenita Putri : 20140141
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Jenis, sistem, prinsip dan prosedur penilaian” tepat waktu. Tujuan disusunnya makalah ini agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang “Jenis, sistem, prinsip dan prosedur penilaian”. Ucapan terimakasih kami hanturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pendidikan, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, terutama pertolongan ALLAH SWT yang memberikan kami Kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Padangsidempuan, 20 Februari 2023
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II : PEMBAHASAN 3
A. Jenis-jenis Penilaian 3
B. Sistem dalam Penilaian 9
C. Prinsip dan Prosedur dalam Penilaian 10
D. Analisis Penulis 12
BAB III : PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Sebagaimana diketahui, tujuan pembelajaran meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meski pun dapat diukur. Oleh karena itu, dalam proses penilaian hasil belajar langkah yang pertama harus dimulai dari perumusan tujuan pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati dan diukur (observable and measurable).
Berangkat dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah instrumen untuk mengamati dan mengukur hasil pembelajaran. Dengan menggunakan instrumen, diperoleh data yang mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada seorang peserta didik. Data ini selanjutnya harus diolah dan dimaknai sehingga menjadi informasi yang bermakna. Selain itu berdasarkan data tersebut penilai dapat membuat keputusan mengenai posisi atau status seorang peserta didik, misalnya naik atau tidak naik kelas, lulus atau tidak dan sebagainya. Seluruh proses penilaian hasil belajar tentu harus dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan instrumen, pelaksanaan tes, pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir.
Penilaian (Assesmen) merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Berdasarkan hal tersebut, maka penilaian harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang sebenarnya agar penilain yang dilakukan oleh guru atau dosen sesuai dengan prinsip penilaian yang sebenarnya.
Rumusan Masalah
Apa saja jenis-jenis penilaian?
Bagaimana sistem dalam penilaian?
Apa saja prinsip dan prosedur dalam penilaian?
Tujuan
Mengatahui jenis-jenis penilain
Mengetahui bagaimana sistem dalam penilain
Mengetahui prinsip dan prosedur dalam proses penilaian
BAB II
JENIS, SISTEM, PRINSIP DAN PROSEDUR PENILAIAN
A. JENIS-JENIS PENILAIAN
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbanagan tertentu. Penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Menurut Griffin dan Nix, penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan tentang karakteristik seseorang atau sesuatu. Haryati berpendapat lain, ia mengungkapkan bahwa penilaian (assessment) merupakan istilah yang mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok.
Jenis-jenis penilaian adalah sebagai berikut:
1.Penilaian Formatif
Tes formatif (formative test) disebut sebagai tes pembinaan, adalah tes yang diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan. Tes ini juga dapat dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik. Dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan program pembelajaran serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik.
-Tujuan Penilaian Formatif
Berikut ini beberapa tujuan diadakannya tes formatif, yaitu:
Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar, dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.
Untuk mengetahui masalah dan hambatan kegiatan belajar mengajar termasuk metode belajar dan pembelajaran yang digunakan guru, kelemahan dan kelebihan seorang siswa.
Untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.
- Langkah-langkah Penilaian Formatif
Untuk memastikan bahwa penilaian formatif berjalan efektif, maka perlu melakukan prosedur berikut :
Menentukan Materi Pengajaran
Guru perlu menentukan materi pengajaran yang harus diselesaikan dalam satu tahun akademik. Langkah yang terbaik ialah menyusun materi instruksional berdasarkan tingkat kompleksitas. Sebelum beralih ke materi lain, guru perlu mengadakan ujian formatif untuk menilai penguasaan pelajaran atas materi yang telah diajar.
Menentukan Aspek dan Tahap Penguasaan
Guru perlu menentukan aspek-aspek tertentu bagi setiap materi pengajaran yang perlu dikuasai siswa. Setelah aspek-aspek ditentukan, maka guru perlu pula menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap aspek-aspek yang ditentukan itu. Misalnya, apabila 75% hingga 85% siswa menguasai suatu materi, maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa telah menguasai materi tersebut.
Mengaitkan Komponen-komponen Materi Pengajaran
Guru perlu menyusun komponen-komponen yang terdapat dalam setiap materi pengajaran berdasarkan klasifikasi objektif pengajaran.
Menyusun Soal Ujian
Penyusunan naskah soal ujian berdasarkan materi yang telah diajarkan.
Menyiapkan Langkah-langkah Tindak Lanjut
Ketika siswa masih lemah dalam suatu materi, sebagai tindakan susulan, guru perlu mengulang semua materi, atau mengubah pendekatan pengajaran agar siswa dapat menguasai materi tersebut.
2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.
-Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah :
a. Untuk nenentukan nilai.
Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
b. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja.
- Langkah-langkah Penilaian Sumatif
Cara membuat/langkah-langkah penilaian sumatif yaitu sebagai berikut:
a. Membentuk jadwal penentuan ujian.
b. Membuat soalan-soalan yang berkaitan dengan isi dan perlakuan yang ingin diuji. Setiap item haruslah menguji objektif pelajaran yang telah ditetapkan.
c. Mengumpul item secara sistematik, misalnya mengelompokkan item mengikuti bentuk yang sama. Item objektif dipisahkan dengan item mengisi tempat kosong, esai dan sebagainya.
d. Menyediakan arahan yang jelas tentang apa yang seharusnya murid lakukan dalam menjawab setiap soalan yang dikemukakan.
e. Menguji item tersebut terlebih dahulu melalui ujian rintis kepada sampel pelajar untuk memastikan ujian yang akan dijalankan itu benar-benar sah dan boleh dipercayai serta dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada item yang berkenaan.
f. Menganalisis item serta memastikan pilihan jawaban yang disediakan (distraktor) dapat berperan dengan baik.
3.Penilaian diagnostik
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus dan lain-lain.
- Fungsi dan Tujuan Penilaian Diagnostik
Fungsi penilaian diagnostik yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang studi. Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya.
Tujuan penilaian diagnostik yaitu untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pembelajaran.
- Langkah-langkah Penilaian Diagnostik
Langkah-langkah pengembangan tes diagnostik sebagai berikut:
a.Mengidentifikasi Kompetensi Dasar yang Belum Tercapai Ketuntasannya
Dalam tes diagnostik mengacu pada kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes diagnostik harus diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar manakah yang belum tercapai tersebut.
b.Menentukan Kemungkinan Sumber Masalah
Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya.
c.Menentukan Bentuk dan Jumlah Soal yang Sesuai
Dalam menentukan kesulitan yang dialami siswa, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian), maupun kinerja (performance) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi.
d.Menyusun Kisi-kisi Soal
Sebagaimana ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya. Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d) bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.
e.Menulis Soal
Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal. Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang lain.
f.Mereview Soal
Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal tersebut dapat direview setidaknya oleh guru-guru mata pelajaran serumpun dalam satu sekolah.
g.Menyusun kriteria penilaian
Jawaban atau respon yang diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu bervariasi, karena itu untuk memberikan penilaian yang adil dan interpretasi diagnosis yang akurat harus disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang sama dilakukan oleh guru yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang guru.
4.Penilaian Selektif
Penilaian selektif adalah penilaian yang dilaksanakan dalam rangka menyeleksi atau menyaring. Memilih siswa untuk mewakili sekolah dalam lomba-lomba tertentu termasuk jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan yang lebih luas penilaian selektif misalnya seleksi penerimaan mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan dalam rekruitmen tenaga kerja.
-Tujuan Penilaian Selektif
Dengan cara mengadakan penilaian selektif, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
a).Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b).Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c).Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapatkan beasiswa.
d).Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
5.Penilaian Penempatan
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.
-Fungsi Penilaian Penempatan
Fungsi penilaian penempatan yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu termasuk keadaan seluruh pribadi peserta didik tersebut ditempatkan pada posisinya. Umpamanya peserta didik berbadan kecil jangan di tempatkan di belakang, tapi sebaiknya di depan agar tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.
B. SISTEM PENILAIAN
1. Evaluasi Acuan kriteria (Criterion Referenced Evaluation)
Pengukuran keberhasilan belajar didasarkan atas penafsiran tingkah laku (performance) yang didasarkan atas kriteria atau standar khusus, artinya derajad penguasaan yang ada didasarkan pada tingkat tertentu yang harus dicapai.
Acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya yang berbeda. Konsekuensi dari acuan kriteria adalah adanya program remidi, program pengayaan, dan program percepatan. Penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan dulu.
Karakteristik penilaian acuan kriteria:
a. Terdapat kemampuan kognitif minimal yang harus dimiliki oleh peserta didik
b. Adanya kemampuan psikomotorik dan sikap mental minimal sebagai prasyarat
c. Meletakkan perbedaan latar belakang peserta didik sebagai unsur individual
d. Sebagai alat diagnosis kesulitan siswa
e. Dapat dufungsikan sebagai embrio tes baku
f. Tidak komparatif terhadap kelompok sehingga dapat melemahkan semangat kompetisi
2. Evaluasi Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation).
Pengukuran ini mendudukkan individu pada kelompoknya, membandingkan penguasaan individu terhadap rata-rata penguasaan kelompok.
Karakteristik peniaian acuan norma:
a. Terdapat unsur kompetitif
b. Sangat baik untuk penilaian afektif dan kognitif
c. Tidak dapat untuk menilai kemampuan skill atau materi tertentu
d. Tidak dapat memberi interpretasi secara langsung pada suatu skala
e. Nilai tidak mencerminkan kemampuan yang rinci.
C. PRINSIP DAN PROSEDUR PENILAIAN
1). Prinsip-prinsip Penilaian Dalam Pembelajaran
Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penilaian yaitu :
a.Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (part of, not a part from instruction);
b.Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problem), bukan dunia sekolah (school work-kind problems);
c.Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan
d.Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).
2). Prinsip-Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar.
a).Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
b).Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.
c).Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes dan kemampuan hasil belajar itu sendiri.
d).Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
3). Prosedur dalam Penilaian
a. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif.
b. Harus dibedakan antara peskoran (scoring) dan penilaian (grading).
c. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu penilaian yang norms-referenced dan yang criterion-referenced.
d. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar-mengajar. Artinya sebagai feedbacak (umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar.
e. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya setelah tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memperoleh nilai yang sama pula.
f. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri.
-Macam-macam prosedur penilaian :
a). Prosedur yang tidak membedakan dengan jelas adanya dua fase yaitu fase pengukuran dan penilaian. Prosedur ini mengandung lebih banyak kelemahan daripada kebaikan. Dalam pelaksanaannya sering dikacaukan antara penskoran dan penilaian, atau yang lebih lazim lagi angka atau skor yang sebenarnya merupakan ‘biji’, langsung dianggap sebagai nilai, yang kemudian dipergunakan sebagai alat untuk menentukan vonis kepada siswa atau mahasiswa yang memperoleh ‘biji’ tersebut.
b).Prosedur yang telah memisahkan fase pengukuran dan fase penilaian, dengan berbagai variasi mulai dari yang relatif sederhana sampai dengan yang lebih rumit. Yang pertama adalah prosedur penilaian dengan membuat peringkat skor-skor dalam bentuk-bentuk tabel-tabel distribusi. Hal ini yang perlu diperhatikan, dengan penggunaan penilaian norm-oriented dalam bentuk kompetisi intra kelompok dan penilaian criterion-orientid, yaitu dari segi penguasaan minimal yang diharapkan sesuai dengan kapasitas prestasi kelompok atau kelas masing-masing.
c).Prosedur penilaian dengan menggunakan persentase (%) banyak digunakan karena dianggap lebih sederhana dan praktis. Penilaian dengan presentase ini umumnya dikaitkan dengan skala penilaian 0-10 atau 0-100, dengan langsung mentransformasikan persentase yang dimaksud menjadi nilai.
d).Prosedur yang menggunakan teknik statistik yang lebih kompleks, yaitu yang dinamakan prosedur perstandardisasian dan penormalisasian, yaitu penyimpangan rata-rata yang dihitung dari nilai titik tengah kelompok yang disebut mean atau rata-rata hitung.
D.ANALISIS PENULIS
Kegiatan penilaian merupakan bagian dari proses untuk menentukan pencapaian kompetensi mahasiswa selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara terpadu untuk mengungkapkan seluruh aspek kemampuan mahasiswa baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap/nilai.
Pada dasarnya, cara mengukur prestasi belajar siswa dilakukan dengan tiga cara yaitu tes diagnostik, tes sumatif dan tes formatif. Sementara itu, bentuk tes yang diberikan dapat berbentuk tertulis, tes lisan dan tes praktik. Evaluasi pembelajaran sangat penting dilakukan untuk mengetahui efektif atau tidaknya suatu sistem pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pendidik. Karena bila seorang pendidik tidak melakukan evaluasi, sama saja tenaga pendidik tersebut tidak ada perkembangan dalam merancang sistem pembelajaran.
Penilaian dalam pendidikan juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan berdasarkan standar kompetensi yang kemudian diperluas menjadi kompetensi dasar, penilaian juga dilakukan secara terstruktur, mempunyai jangka waktu untuk mengamati keberhasilan dan pencapaian peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Penilaian adalah suatu kegiatan pengukuran, kuatifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh. Dalam pengertian ini, diisyaratkan bahwa penilaian harus terintregasi dalam pembelajaran dan memiliki beragam bentuk. Jenis-jenis penilaian dibagi menjadi 5 yaitu : 1.penilaian formatif, 2.penilaian sumatif, 3.penilaian diagnostic, 4.penilaian selektif, 5.penilaian penempatan.
Prinsip penilaian hasil beserta didik didasarkan pada prinsip terbuka. Sistem penilaian, baik prosedur, kriteria maupun dasar pengambilan keputusan dapat diketahui secara transparan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan penilaian hasil belajar siswa. Sistem penilaian hasil belajar terdiri atas penilaian kelas yang dilakukan oleh guru, penilaian oleh sekolah, penilaian oleh pemerintah melalui UN, dan penilaian eksternal. Di samping itu, sistem penilaian juga dilakukan melalui keikutsertaan siswa dalam studi-studi internasional.
B.SARAN
Kami dari pemakalah menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kami meminta kritik dan saran untuk pembentukan makalah dan materi yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi setiap pembacanya dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Pengertian Penilaian Diagnostik. (online), (http://www.eurekapendidikan.com/2016/06/pengertian-penilaian-daignostik. html, diakses tanggal 29 September 2016)
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Endang, Listiani. Jenis-Jenis Penilaian Dalam Evaluasi Pendidikan. (online), (https://www.academia.edu/5016631/jenisjenis-penilaian-dalam-evaluasi-pendidikan, diakses tanggal 26 Januari 2020).
Nasution, Noehi dan Adi Suryanto. 2008. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PERTANYAAN DAN TANGGAPAN
1.Mutiara Tapsel Siregar
Apa yang membedakan antara penilaian acuan kriteria dengan acuan penilaian norma?
Acuan norma digunakan untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekan kan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa. Sedangkan acuan kriteria digunakan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan atau tidak pengetahuan siswa atas perilaku spesifik.
Jawaban Tambahan:
- Nurisa Hutabarat
Acuan norma Dengan kata lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada kelompok itu.Sedangkan acuan kriteria adalah penilaian yang dilakukan untuk mennnngetahui kemampuan siswa dibandingkan dengan kriteria yang sudah dibuat terlebih dahulu didalam.
- Nasrul Halim
Jadi menurut saya penilaian acuan kriteria adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa di bandingkan dengan kriteria yang sudah dibuat terlebih dahulu .
Dan penilaian acuan norma adalah nilai yang mengacu pada penilaian kelompok dengan membandingkan nilai nilai siswa dalam kelompok tersebut yang mencakup satu kelas.
2.Novita Sari Siagian
Dalam prinsip dikatakan penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah. Jadi mengapa penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah?
Karena penilaian menghadapkan siswa pada tantangan-tantangan dunia-nyata yang mengharuskan mereka mampu menerapkan berbagai keahlian dan pengetahuan yang dimiliki. Penilaian memberikan siswa seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pengajaran, melakukan penelitian, menulis, merevisi dan membahas artikel. Melalui penilaian, siswa lebih terlibat dalam tugas dan guru dapat lebih yakin bahwa penilaian yang diberikannya itu bermakna dan relevan.
Jawaban Tambahan
-Mira Yanti Siregar
Karena,Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3.Nuraisyah Siregar
Mengapa guru harus melakukan penilaian formatif apa manfaatnya?
1.Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
2.Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
3.Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
Memperbaiki program pengajaran atau satuan pelajaran di masa mendatang, terutama dalam merumuskan tujuan intruksional dan organisasi bahan kegiatan belajar-mengajar.
Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar.
Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum dikuasai para siswa sebelum melanjutkan dengan bahan baru atau memberi penugasan kepada siswa untuk memperdalam bahan yang belum dikuasainya.
Jawaban Tambahan
- Listi Aulia Siregar
Manfaat penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan dengan tujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran,serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, penilaian formatif dapat dilakukan di awal disepanjang proses pembelajaran. Untuk memperbaiki proses pembelajaran,bukan hanya untuk menentukan tingkat kemampuan siswa.
-Nela Afriza
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan dengan tujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, penilaian formatif dapat dilakukan di awal dan di sepanjang proses pembelajaran.
4.Muti Ela Nurma
Seorang guru dalam proses belajar mengajar pasti akan melakukan tes untuk mengukur kemampuan siswa. Coba pemakalah jelaskan langkah2 yg dapat dilakukan dalam penyusunan tes?
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan tes adalah:
1.Menentukan tujuan mengadakan tes
2.Mengadakan pembatasan terhadap bulan yang diteskan
3.Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
4.Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku yang terkandung dalam TIK itu.
Jawaban Tambahan
-Neka Fatmala Sari
1. Menetapkan tujuan penilaian atau tujuan tes. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan penilaian harus sadar tujuan akan penilaian tersebut.
2.Menguraikan materi tes dan kompetensi. Dalam menguraikan isi tes harus menjaga agar tes yang ditulis itu tidak keluar lingkup materi yang telah ditentukan oleh batasan kawasan ukur tetapi juga menjaga agar tidak ada bagian isi yang penting yang terlewatkan dan tidak tertuang dalam tes.
3.Mengembangkan kisi-kisi. Kisi-kisi adalah matrik atau format yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman oleh penulis soal untuk menulis soal menjadi tes
4.Pemilihan bentuk tes. Pimilihan ini didasarkan pada beberapa faktor seperti: tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
5. Panjang tes. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah jumlah soal yang akan diujikan dalam suatu ujian.
Choose EmoticonEmoticon