﴿ وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ
فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرِّحُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍۗ وَلَا
تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوْا ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ
نَفْسَهٗ ۗ وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّاذْكُرُوْا نِعْمَتَ
اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمَآ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ وَالْحِكْمَةِ
يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗوَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيْمٌ ࣖ ٢٣١ ﴾
Terjemah Kemenag 2019
231. Apabila kamu
menceraikan istri(-mu), hingga (hampir) berakhir masa idahnya,69) tahanlah
(rujuk) mereka dengan cara yang patut atau ceraikanlah mereka dengan cara yang
patut (pula). Janganlah kamu menahan (rujuk) mereka untuk memberi kemudaratan
sehingga kamu melampaui batas. Siapa yang melakukan demikian, dia sungguh telah
menzalimi dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan ayat-ayat (hukum-hukum) Allah
sebagai bahan ejekan. Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu, yaitu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), untuk
memberi pengajaran kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
69) Idah ialah masa menunggu (tidak boleh menikah) bagi
perempuan karena perceraian atau kematian suaminya.
﴿ وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا
تَعْضُلُوْهُنَّ اَنْ يَّنْكِحْنَ اَزْوَاجَهُنَّ اِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ
بِالْمَعْرُوْفِ ۗ ذٰلِكَ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ
وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكُمْ اَزْكٰى لَكُمْ وَاَطْهَرُ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ
وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ٢٣٢ ﴾
232. Apabila kamu
(sudah) menceraikan istri(-mu) lalu telah sampai (habis) masa idahnya,
janganlah kamu menghalangi mereka untuk menikah dengan (calon) suaminya70)
apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang patut. Itulah
yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah
dan hari Akhir. Hal itu lebih bersih bagi (jiwa)-mu dan lebih suci (bagi
kehormatanmu). Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
70) Maksudnya adalah menikah lagi, baik dengan bekas
suaminya maupun laki-laki yang lain.
﴿ ۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ
كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ
لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا
وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ
بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ
تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ
اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ
مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ
اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ٢٣٣ ﴾
233. Ibu-ibu
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka
dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan
kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan
pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan
musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin
menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu
memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
﴿ وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا
يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّعَشْرًا ۚ فَاِذَا
بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا فَعَلْنَ فِيْٓ
اَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ٢٣٤ ﴾
234. Orang-orang
yang mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah mereka
(istri-istri) menunggu dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian,
apabila telah sampai (akhir) idah mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai
apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka71) menurut cara yang patut. Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
71) Setelah masa idah selesai, perempuan boleh berhias,
bepergian, atau menerima pinangan.
﴿ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا عَرَّضْتُمْ بِهٖ مِنْ
خِطْبَةِ النِّسَاۤءِ اَوْ اَكْنَنْتُمْ فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ
اَنَّكُمْ سَتَذْكُرُوْنَهُنَّ وَلٰكِنْ لَّا تُوَاعِدُوْهُنَّ سِرًّا اِلَّآ
اَنْ تَقُوْلُوْا قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ەۗ وَلَا تَعْزِمُوْا عُقْدَةَ النِّكَاحِ
حَتّٰى يَبْلُغَ الْكِتٰبُ اَجَلَهٗ ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا
فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوْهُ ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ
ࣖ ٢٣٥ ﴾
235. Tidak ada dosa
bagimu atas kata sindiran untuk meminang perempuan-perempuan72) atau (keinginan
menikah) yang kamu sembunyikan dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan
menyebut-nyebut mereka. Akan tetapi, janganlah kamu berjanji secara diam-diam
untuk (menikahi) mereka, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang patut
(sindiran). Jangan pulalah kamu menetapkan akad nikah sebelum berakhirnya masa
idah. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka,
takutlah kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
72) Perempuan yang boleh dipinang secara sindiran ialah
perempuan yang dalam masa idah karena ditinggal mati oleh suaminya atau karena
talak bā’in, sedangkan perempuan yang dalam idah talak raj‘iy (bisa dirujuk)
tidak boleh dipinang, walaupun dengan sindiran.
﴿ لَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ مَا لَمْ
تَمَسُّوْهُنَّ اَوْ تَفْرِضُوْا لَهُنَّ فَرِيْضَةً ۖ وَّمَتِّعُوْهُنَّ عَلَى
الْمُوْسِعِ قَدَرُهٗ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهٗ ۚ مَتَاعًا ۢبِالْمَعْرُوْفِۚ
حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِيْنَ ٢٣٦ ﴾
236. Tidak ada dosa
bagimu (untuk tidak membayar mahar) jika kamu menceraikan istri-istrimu yang
belum kamu sentuh (campuri) atau belum kamu tentukan maharnya. Berilah mereka
mut‘ah,73) bagi yang kaya sesuai dengan kemampuannya dan bagi yang miskin
sesuai dengan kemampuannya pula, sebagai pemberian dengan cara yang patut dan
ketentuan bagi orang-orang yang berbuat ihsan.
73) Mut‘ah yang
dimaksud adalah pemberian suami kepada istri yang diceraikannya sebagai
pelipur, di samping nafkah yang wajib ditunaikannya sesuai dengan kemampuannya.
﴿ وَاِنْ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ
وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيْضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ اِلَّآ اَنْ
يَّعْفُوْنَ اَوْ يَعْفُوَا الَّذِيْ بِيَدِهٖ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۗ وَاَنْ
تَعْفُوْٓا اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۗ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۗ اِنَّ
اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ٢٣٧ ﴾
237. Jika kamu
menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan
maharnya, maka (bayarlah) separuh dari apa yang telah kamu tentukan, kecuali
jika mereka atau pihak yang memiliki kewenangan nikah (suami atau wali)
membebaskannya.74) Pembebasanmu itu lebih dekat pada ketakwaan. Janganlah
melupakan kebaikan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.
74) Yang dimaksud dengan orang yang memiliki kewenangan
nikah adalah suami atau wali. Jika yang membebaskan mahar adalah wali, suami
dibebaskan dari kewajiban membayar separuh mahar. Apabila suami yang
membebaskannya, dalam arti berkomitmen untuk membayar seluruh mahar yang
disebutkan, dia harus membayar mahar seluruhnya. Namun, wali yang boleh
bertindak demikian hanyalah wali mujbir, yaitu wali yang berhak memaksa anak
gadis untuk menikah, seperti ayah atau kakek kandung.
﴿ حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى
وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ ٢٣٨ ﴾
238. Peliharalah
semua salat (fardu) dan salat Wusṭā.75) Berdirilah karena Allah (dalam salat)
dengan khusyuk.
75) Menurut pendapat yang masyhur, salat Wusṭā adalah salat
Asar.
﴿ فَاِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا اَوْ رُكْبَانًا ۚ فَاِذَآ
اَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا
تَعْلَمُوْنَ ٢٣٩ ﴾
239. Jika kamu
berada dalam keadaan takut, salatlah dengan berjalan kaki atau berkendaraan.
Lalu, apabila kamu telah aman, ingatlah Allah (salatlah) sebagaimana Dia telah
mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.
﴿ وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًاۖ
وَّصِيَّةً لِّاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ ۚ فَاِنْ
خَرَجْنَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْ مَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ مِنْ
مَّعْرُوْفٍۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ٢٤٠ ﴾
240. Orang-orang yang
akan mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah membuat wasiat
untuk istri-istrinya, (yaitu) nafkah sampai setahun tanpa mengeluarkannya (dari
rumah). Akan tetapi, jika mereka keluar (sendiri), tidak ada dosa bagimu
mengenai hal-hal yang patut yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri.
Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Choose EmoticonEmoticon