Perhelatan olahraga se-Asia, Asian Games 2018, semakin dekat. Wajah dari ketiga maskot Asian Games, yakni Bhin Bhin, Atung, dan Kaka, pun semakin akrab dilihat masyarakat.
Menurut situs resmi Asian Games 2018, maskot Asian Games ini mencerminkan nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Selain mengusung makna Bhinneka Tunggal Ika dan keberagaman budaya di Indonesia, ketiga maskot ini juga merupakan lambang dari keanekaragaman hayati di Indonesia. Pasalnya, ketiga hewan kharismatik Indonesia ini berasal dari tiga wilayah yang berbeda.
Selain menunjukkan keanekaragaman hayati di Indonesia, penggunaan hewan-hewan kharismatik ini sebagai maskot Asian Games 2018 juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik untuk melindungi ketiga hewan ini dari kepunahan, terutama akibat adanya kerusakan habitat dan perburuan.
Hewan khas Indonesia maskot Asian Games 2018. (Foto: dok. Asian Games 2018)
Apa saja hewan-hewan yang digunakan sebagai maskot Asian Games tersebut? Berikut pembahasannya.
1. Bhin Bhin si Cendrawasih
Cendrawasih (Paradisaea apoda), burung khas dari pulau paling timur Indonesia, Papua, memang terkenal karena kecantikannya. Bulu-bulunya yang berwarna cokelat dan buntut panjang yang berwarna-warni membuat Alfred Russel Wallace, ahli biologi dari Inggris, mengatakan cendrawasih adalah makhluk berbulu paling memukau dan paling cantik di muka Bumi.
Karena kecantikannya ini, burung cendrawasih dinamakan sebagai Birds of Paradise, burung dari surga.
Jenis cendrawasih dari Papua memiliki nama ilmiah apoda yang berarti tanpa kaki. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan persepsi yang membuat orang Eropa berpikir cendrawasih ini tidak punya kaki.
Dulu, cendrawasih mati yang dikirim ke Eropa, baik itu untuk dipelajari maupun untuk dikoleksi, dipotong kakinya. Karena itu, banyak yang menganggap burung ini terbang dari surga untuk mencari makan di Bumi dan hanya menyentuh tanah ketika akan mati.
Untuk logo Asian Games, Bhin Bhin digambarkan memakai rompi Asmat dari Papua dan merupakan lambang dari strategi.
2. Atung si Rusa Bawean
Rusa Bawean (Hyelaphus kuhlii) adalah rusa endemik dari Bawean, Gresik, Jawa Timur. Hal ini berarti, rusa ini tidak akan bisa ditemukan di tempat lain selain di Bawean. Rusa ini memiliki habitat asli di hutan-hutan primer dan sekunder, terutama di hutan perbukitan dan padang rumput berawa.
Rusa ini memiliki panjang 140 sentimeter dari kepala ke tubuhnya dan tanduknya bisa tumbuh hingga 47 sentimeter. Tanduk ini akan digunakan untuk bertarung pada saat musim kawin.
Sayangnya, populasi rusa Bawean semakin menurun dan kini statusnya sudah ditetapkan terancam punah akibat perburuan. Selain itu, habitat rusa Bawean yang rusak dan diganti dengan perkebunan jati juga turut mengancam kelangsungan hidup rusa ini.
Atung digambarkan memakai sarung motif tumpal dari Jakarta dan melambangkan kecepatan.
3. Kaka si Badak Jawa
Badak Jawa awalnya merupakan jenis badak yang memiliki habitat paling luas, dari Jawa, Sumatera, hingga ke India dan China. Namun sayangnya, kini populasi badak Jawa semakin menurun dan diperkirakan hanya ada 58 hingga 68 ekor saja yang tersisa dan hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon.
Karena jumlahnya yang sudah sangat sedikit, menurut WWF, badak Jawa kini menjadi badak paling langka dari lima jenis badak lain.
Semasa hidupnya, tubuh badak Jawa bisa mencapai tinggi empat meter dan berat 2 ton lebih. Hewan ini hanya memiliki satu cula sepanjang 20 sentimeter dan hanya pejantan yang memiliki cula, sementara betina tidak memiliki cula.
Kaka, si badak Jawa dalam maskot Asian Games dilambangkan menggunakan pakaian tradisional dengan motif bunga khas Palembang dan merupakan lambang dari kekuatan.
sumber :
Choose EmoticonEmoticon