BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dewasa Madya
2.1.1 Pengertian Usia Dewasa
Setelah melewati masa prenatal, bayi, anak-anak, dan remaja, maka manusia (individu) akan memasuki masa dewasa. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian dewasa, antara lain :
1) Menurut Elizabeth B. Hurlock dikutip oleh Dr. Masganti Sit, M.Ag, masa dewasa adalah individu yang siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.[1]
2) Menurut Syathi’ seorang ahli Psikologi, dewasa adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tuga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak-anak.[2]
3) Masa dewasa adalah masa dimana seorang individu memilih nilai-nilai yang menurut dia tepat dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.[3]
4) Menurut Pandangan Islam usia dewasa diartikan dengan perubahan dari yang lemah (anak-anak) menjadi kuat (dewasa), dari yang kuat akan kembali menjadi lemah. Berdasarkan firman Allah SWT :
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍۢ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍۢ قُوَّةًۭ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍۢ ضَعْفًۭا وَشَيْبَةًۭ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ.
"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa“.[4]
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usia dewasa adalah perkembangan individu baik dari segi kognitif maupun fisiknya, sebagai tanda telah terbentuknya kemandirian pribadi dan ekonomi. Sehingga individu siap menerima tanggung jawab, kedudukan dalam masyarakat, dan mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Masa dewasa biasanya dimulai pada usia 18 atau 21 tahun. Masa dewasa dapat dibedakan kepada tiga masa, yaitu :
Masa dewasa dini dari usia 18/21 – 40 tahun
Masa dewasa madya dari usia 40 – 60 tahun
Masa usia lanjut dari usia 60 ke atas.[5]
2.1.2 Pengertian Dewasa Madya
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Dewasa madya adalah masa transisi seorang individu, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial. Ada beberapa pendapat tentang masa dewasa madya, antara lain :
Usia dewasa madya atau yang popular dengan istilah setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja.
Bila masa remaja merupakan masa peralihan, dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak namun belum bisa disebut dewasa, maka pada setengah baya, tidak dapat lagi disebut muda, namun juga belum bisa dikatakan tua.
Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan individu setengah baya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.[6]
2.1.3 Perkembangan Fisik Dewasa Madya
Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai kehilangan (menurun) fungsinya. Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 tahun keatas. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.[7]
Pada masa ini, baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis. Ada beberapa perubahan yang terjadi pada masa dewasa madya, antara lain :
Perubahan Fisik, diantara perubahan fisik pada masa ini antara lain ; tumbuhnya uban, kulit mulai keriput, gigi yang menguning, tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya, sulit melihat objek-objek yang dekat, penurunan pada sensitivitas pendengaran, menopause (reproduksi haid akan mulai berhenti), dll.[8]
Perkembangan Kognitif, pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya. Pada masa ini individu dalam menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu memikirkannya secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, seorang individu kemudian membuat suatu strategi penyelesaian.[9]
2.2 Krakteristik Dewasa Madya
Ada beberapa karakteristik dewasa madya, antara lain :
Masa yg ditakuti
Selain masa tua (old age), masa dewasa madya juga merupakan masa yang sangat ditakuti datangnya oleh kebanyakan individu, sehingga seolah-olah mereka ingin mengerem laju pertambahan usia mereka. Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.[10]Pada masyarakat modern seperti Eropa ketakutan lebih terasa, karena penghormatan terhadap orang tua sudah mulai luntur.[11]
Umumnya mereka (individu dewasa madya) merasa tidak lagi menarik secara seksual bagi suami mereka, sehingga muncul kekhawatiran “akan kehilangan” suami dan kondisi ini selain dapat mengakibatkan para istri begitu mengharapkan suaminya bersikap seperti ketika masih pengantin baru, juga munculnya rasa cemburu yang kadang cenderung berlebihan, bila melihat suaminya berkomunikasi dengan perempuan yang lebih muda usianya. Biasanya di usia-usia ini, suami mereka mulai lebih berkonsentrasi pada karier dan peningkatan kariernya, sehingga mereka semakin merasa kesepian dan “diabaikan”. Perasaan-perasaan negatif ini bila tidak segera dicari pemecahannya dapat mengakibatkan para istri mengalami depresi.[12]
Bagi pria, masa dewasa madya merupakan usia yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik secara menyeluruh, termasuk berkurangnya vitalitas seksual. Sebagian kaum pria yang mengalami tanda-tanda terjadinya penurunan kemampuan seksual ini, akan mengalihkan perhatian mereka pada kesibukan bekerja demi meningkatkan prestasi dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Selain masalah seksual, kaum pria yang telah memasuki usia dewasa madya, ada juga yang ingin menutupi “kelemahan” fisiknya dengan melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan cenderung menolak bantuan dari mereka yang lebih muda.
Pada sebagian yang lain, justru bersikap kompensatif, dalam arti untuk menutupi “kekurangannya” mereka bersikap seperti anak muda dengan lebih memperhatikan penampilan fisik, berdandan sedemikian rupa untuk mencari perhatian dari lawan jenis yang berusia jauh lebih muda. Mereka yang berperilaku seperti ini justru menunjukkan adanya ketidakpercayaan yang cukup besar terhadap daya tarik seksual mereka.[13]
2. Masa Transisi
Seperti juga masa remaja, individu pada masa dewasa madya juga disebut sebagai masa transisi dari masa dewasa awal ke masa dewasa lanjut. Sebagian ciri-ciri fisik dan perilakunya masih memperlihatkan masa dewasa awal, sementara banyak ciri fisik dan perilaku lainnya justru telah menunjukkan ciri-ciri orang dewasa lanjut. Kondisi transisi ini menyebabkan mereka harus banyak melakukan penyesuaian terhadap peran-peran baru yang diberikan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan mereka untuk dapat berpikir dan berperilaku sesuai dengan usianya. Pada masa ini individu tidak lagi dipandang sebagai orang dewasa muda tetapi sudah menjadi seorang individu yang dituakan.[14]
Masa Penyesuaian Kembali
Memasuki usia dewasa madya, cepat atau lambat individu harus mengadakan penye-suaian kembali terhadap perubahan-perubahan yang dialaminya, baik fisik maupun peranan. Penyesuaian terhadap perubahan peranan, biasanya akan terasa lebih sulit dilakukan bila dibandingkan dengan penyesuaian terhadap berubahnya kondisi fisik. Misalnya kaum pria yang mengalami masa pensiun, atau kaum perempuan yang mengalami perubahan peran sebagai ibu dengan anak-anak yang akan mulai memasuki kehidupan baru.[15]
4. Masa Stres
Bahwa usia ini merupakan masa stres. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah menjadikan stress.[16] Khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.[17]
5. Usia yang berbahaya
Yang dimaksud dengan usia berbahaya adalah dalam hal kehidupan seksualnya, terutama dengan istrinya. Juga dalam hal-hal yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan lainnya, seperti kondisi fisik yang mulai rentan terhadap penyakit, juga kondisi psikologis yang relatif menjadi lebih peka, dalam arti mudah tersinggung, tertekan, stress, hingga depresi. Dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksual, tidak jarang terjadi para suami yang mulai merasa “bosan” dengan istrinya, sehingga mulai menyeleweng, atau pun menceraikan istrinya untuk kawin lagi dengan perempuan lain yang kadang-kadang seusia dengan anak gadisnya. Adapun untuk hal-hal yang lain, individu usia dewasa madya, relatif lebih sering mengalami gangguan fisik maupun mental, bahkan pada orang-orang tertentu dapat mengakibatkan bunuh diri.
6. Usia Canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua. Individu pada masa ini seolah-olah berada di antara generasi muda dan juga generasi tua (senior).[18] Pada sebagian individu kondisi ini mengakibatkan mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin berusaha untuk tidak tampak tua, misalnya dalam hal pemilihan busana, berdandan/ pemakaian kosmetik dsb. Kadang-kadang apabila individu agak berlebihan di dalam menampilkan busana dan dandanan yang bertujuan untuk menutupi ketuaannya, maka hal ini justru menyebabkan mereka tampak janggal, sehingga terlihat kaku/canggung.[19]
7. Masa Berprestasi
Berprestasi pada usia dewasa madya menurut Werner merupakan suatu gambaran yang positif dari seorang individu. Seorang individu yang telah bekerja keras untuk sukses pada usia sebelumnya akan mencapai puncak karier pada masa ini.[20] Pada usia 40 tahun pada orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga mereka telah memiliki sikap yang pasti serta nilai-nilai tentang hubungan sosial yang berkembang secara baik. Kondisi keuangan dan kedudukan sosial mereka biasanya telah mapan, serta mereka telah memiliki pandangan yang jelas tentang masa depan dan tujuan yang ingin dicapai. Apabila situasi ini diikuti dengan kondisi fisik yang prima, maka mereka dapat menyatakan bahwa hidup dimulai di usia 40 tahun.[21]
8. Masa Keseimbangan dan Ketidakseimbangan
Pengertian keseimbangan mengacu pada kemampuan penyesuaian terhadap terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang dilakukan orang-orang dewasa madya. Keseimbangan ini dapat dicapai bila ada penyesuaian secara menyeluruh terhadap pola-pola kehidupannya. Mereka yang mampu mencapai keseimbangan akan merasakan kehidupan yang tenang, tenteram dan damai di rumah, sehingga tidak suka “keluyuran”/ buang-buang waktu di luar rumah untuk kegiatan yang tidak berguna. Ketidakseimbangan artinya adalah terjadinya kegoncangan, atau gangguan penyesuaian yang dialami individu pada masa ini, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk dengan pasangan hidupnya. Mereka yang tidak mampu mencapai keseimbangan ini akan merasa tidak betah di rumah, dan cenderung ingin “lari” dari rumah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis yang tidak diperoleh di rumahnya.[22]
9. Masa Evaluasi
Selama akhir tiga puluhan dan awal empat puluhan adalah umum bagi pria untuk melihat kembali apa saja yang telah dicapainya dalam kehidupan ini. Baik dilihat dari segi fisik maupun nonfisik.
10. Masa Sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
11. Masa Jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Para pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
2.3 Pandangan Agama tentang Usia Madya
Sudah menjadi ketentuan Allah SWT bahwa setiap manusia pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang hidupnya, yaitu dari dalam kandungan menjadi masa kanak-kanak, remaja, dewasa, parubaya, dan kemudian menjadi lemah dan renta dimana kesemuanya memiliki karakteristiknya masing-masing. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Qs. Ar-Rum ayat 54 :
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍۢ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍۢ قُوَّةًۭ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍۢ ضَعْفًۭا وَشَيْبَةًۭ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ.
"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa“.[23]
Orang yang telah mencapai usia 40 tahun biasanya mulai menampakkan tanda-tanda penuaan yang diantaranya menurut Muhammad Musa Syarif (2007) adalah tampak penuaan pada rambut kepala dan jenggotnya, dimana pada sebagian orang karena penuaan ini mereka merasa takut, gelisah, dan berusaha menyembunyikan tanda penuaan yang telah nampak, sehingga tidak jarang mereka merubahnya dengan berbagai cara dan media.
Dalam pandangan Islam seseorang yang telah dewasa, adalah orang-orang yang telah menanggung beban. Artinya bertatanggung jawab atas anak-anaknya, baik dari segi pendidikan keagamaan, kebutuhan fisik & nonfisik, dll. Sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an, yang berbunyi :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًۭا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌۭ شِدَادٌۭ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.[24]
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masa dewasa madya adalah berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
3.2 Kritik & Saran
Dari penjelasan tentang Masa Dewasa Madya di atas tadi, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang keadaan manusia di usia itu. Kita bisa mengukur bagaimana kepribadian diri kita dan kepribadian orang-orang yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang kurang baik dan bisa mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam rangka fastabiqul khoirot.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim & Terjemahnya
Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing, 2011.
Bintusy Syathi’, Maqal fi al-Insan (Tahapan Perkembangan Manusia), terj. Adib Arief, Yogyakarta : LKPSM, 1997.
Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Siprees, 1996.
[1] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 81
[2] Bintusy Syathi’, Maqal fi al-Insan (Tahapan Perkembangan Manusia), terj. Adib Arief, Yogyakarta : LKPSM, 1997, hal: 102
[3] Dikutip dari: http://dianapsycho.blogspot.com/2012/05/masa-dewasa-madya.html (25-9-2012)
[4] Al-Qur’anul Karim & Terjemahnya, surah ar-Rum ayat : 54
[5] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 81
[6] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal : 105 & lihat juga di sebuah situs http://dianapsycho.blogspot.com/2012/05/masa-dewasa-madya.html (25-9-2012)
[7] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Siprees, 1996, hal : 105
[8] Ibid, hal : 105-107
[9] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal : 109 & lihat juga Bintusy Syathi’, Maqal fi al-Insan (Tahapan Perkembangan Manusia), terj. Adib Arief, Yogyakarta : LKPSM, 1997, hal: 104
[10] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Siprees, 1996, hal : 109
[11] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 82
[12] Shafi’I & Subandi, hal : 109
[13] Ibid, hal : 109-110
[14] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 82
[15] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Siprees, 1996, hal : 110
[16] Masganti Sit, hal : 82
[17] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal : 109
[18] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 83
[19] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal : 109-110
[20] Masganti Sit, hal : 83
[21] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Siprees, 1996, hal : 114
[22] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Siprees, 1996, hal : 114-115
[23] Al-Qur’anul Karim & Terjemahnya, surah ar-Rum ayat : 54
[24] Al-Qur’anul Karim dan Terjemahnya, surah at-Tahrim ayat : 6
sumber:http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-dewasa-madya.html
Choose EmoticonEmoticon