-->

Sabtu, 14 April 2018

Sebuah masjid di Fiji di abadikan di salah satu seri perangko keberagaman negara tersebut.

Muslim di Fiji diperkirakan mencapai 7% dari total penduduk negara tersebut atau kira kira setara dengan 62,534 jiwa. Komunitas muslim disana terdiri dari muslim yang berasal dari India, keturunan dari para pekerja paksa dengan masa kontrak tertentu yang dibawa ke pulau tersebut di penghujung abad 19 masehi oleh penguasa kolonial Inggris pada masa itu, ditambah dengan mualaf pribumi salah satunya merupakan tokoh politik disana bernama Apisai Tora.

Pendatang dari India ini kemudian dikenal sebagai warga Indo-Fijian atau warga Fiji keturunan India. Mayoritas dari komunitas Indo-Fijian ini menganut agama Hindu dan diperkirakan sekitar 16% diantaranya adalah muslim. Sekitar 59.7% Muslim Fiji bermazhab Hanafi yang bernaung dibawah Organisasi Liga Muslim Fiji, sebagian lagi sekitar 30% mengikuti mazhab Syafi’I, bernaung dibawah organisasi Maunatul Islam Association of Fiji, dan sisanya tidak mengikuti atau tidak dijelaskan dengan jelas mazhab yang diikutinya.

Perkembangan Islam di Fiji cukup baik, dukungan negara terhadap komunitas muslim disana juga memberikan atmosfir yang baik bagi perkembangan Islam di negara pulau di Samudera Pasific bagian selatan itu. seiring dengan perkembangan Islam disana sempat menimbulkan kekhawatiran berlebihan dari negara tetangganya, Samoa Amerika. Di tahun 2002 Fiji menjadi salah satu dari 25 negara yang warga negaranya dilarang masuk ke wilayah Samoa Amerika. Kebijakan yang mengundang protes keras dari pemerintah Fiji, dan di tahun 2003, Fiji sudah dicoret dari daftar larangan tersebut.

Sejarah Muslim Fiji

Seperti disebutkan di awal tadi, muslim Fiji pada mulanya merupakan para pekerja paksa yang di datangkan oleh pemerintah kolonial Inggris ke pulau tersebut untuk bekerja dengan ikatan kontrak selama 5 tahun di perkebunan perkebunan tebu disana. Kelompok muslim pertama yang tiba di Fiji merupakan bagian dari rombongan pekerja paksa yang dibawa kapal Leonidas tahun 1879, diperkirakan setidaknya terdapat 22% seluruh penumpang kapal tersebut adalah muslim.

Diantara tahun 1879 hingga tahun 1916 tercatat 60.553 jiwa telah dibawa ke Fiji dari India dengan untuk dipekerjakan disana. Mereka diberangkatkan dari pelabuhan Kalkuta, 6.557 jiwa diantaranya adalah pekerja muslim. Diantaranya adalah 1.091jiwa muslim datang dari Madras dan 1.450 jiwa dari kawasan provinsi di utara, Baluchistan-Afghanistan dan wilayah Punjab.

Kehidupan Semasa Kerja Paksa

Sementara waktu, dengan kehilangan sistem kasta, pekerja yang beragama Hindu tidak memiliki satu institusi atau sistem yang mengikat mereka dalam satu kebersamaan, sedangkan ajaran Islam agak mempengaruhi kehidupan meskipun sedikit hingga ke kawasan pedalaman, kendatipun komunitas mereka pada awalnya cukup memprihatinkan karena ketiadaan masjid dan tanpa pemuka agama.

Masjid Jami' Toorak yang menjadi tempat bersejarah, dimasjid ini Liga Muslim Fiji pertama kali dibentuk.

Komunitas muslim mampu menjaga ritual agama mereka, pelaksaaan ibadah dan hari besar Islam namun dibawah realitas tekanan hebat sistem kerja paksa, mereka sangat sulit untuk sekedar melaksanakan sholat lima waktu dan melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadahan akibat perbudakan semasa sistem kerja paksa yang mengikat mereka.

C.F. Andrews dalam salah satu laporannya setelah kunjungan ke Fiji mencatat, bahwa kemerosotan beragama di kalangan penganut Islam tidak lah separah di kalangan umat hindu, dan dalam kunjungan keduanya dia mencatat bahwa muslim Fiji mampu mempertahankan sistem sosial dan kehidupan keagamaan mereka.

Muslim di Fiji memainkan peran penting dalam aksi protes menentang sistem kerja paksa. Di tahun 1907 sekelompok Indo-Fijian melakukan unjuk rasa di Labasa setelah dipaksa untuk bekerja di perkebunan tebu, padahal pada saat perekrutan mereka dijanjikan akan dipekerjakan sebagai polisi, sebagian besar dari para pengunjuk rasa tersebut merupakan muslim Pasthun dari Afgan dan Punjab, India.

Masjid Pertama di Fiji

Dari dan setelah tahun 1884, para pekerja paksa di Fiji telah menyelesaikan masa kontrak kerja lima tahun mereka, Muslim disana mulai membangun kehidupan mereka sebagai orang merdeka di berbagai lini kehidupan di Fiji. Meski jumlah mereka sedikit kadangkala juga terisolir namun menunjukkan keinginan saling bersilaturrahmi dan bekerjasama diantara sesame muslim dalam kehidupan social dan keagamaan.

Kelompok muslim ini merupakan kelompok generasi pertama dari para pekerja paksa dari India, rata rata dari mereka memiliki kemampuan baca tulis yang baik termasuk kemampuan membaca kitab suci Al-Qur’an sehingga tak terlalu sulit untuk membentuk struktur mayarakatnya sendiri termasuk dalam kepemimpinan pelaksanaan sholat, pengajaran dan sebagainya. sholat berjamaah masih dilaksanakan di rumah karena belum adanya masjid, namun semangat itu telah sangat membantu mengokohkan identitas ke-Islaman mereka serta menunjukkan ukhuwah yang kuat.

Di tahun 1898 Mulla Mirza Khan tiba di Fiji dari India sebagai imigran dan membantu penguatan da’wah Islam di Fiji karena keterlibatannya secara aktif dalam dunia pendidikan dan keagamaan. Dua tahun setelah itu atau di tahun 1900 sebuah masjid pertama dibangun di Navua di atas lahan yang disediakan oleh Perusahaan Gula Fiji kemudian menyusul pembangunan Masjid Kecil dan Sekolah di Nausori di atas lahan yang disediakan oleh Perusahaan Refineri Gula Kolonial, dan sebuah Masjid lainnya dibangun di Labasa tahun 1902. Di tahun 1908 ada sekitar 4000 muslim di Fiji dan sepertiga dari mereka saat itu masih berstatus sebagai para pekerja paksa.

Organisasi Islam di Fiji

Di tahun 1915 organisasi muslim pertama di Fiji dibentuk di Nausori dengan nama the Anjuman Hidayat-e-Islam, ditahun yang sama the Anjuman Hidayat ul-Islam mengeluarkan petisi kepada pemerintah setempat untuk mengakui pernikahan yang dilaksanakan secara Islam dan meminta mengangkat seorang Kadi (semacam penghulu pernikahan) untuk wilayah Suva.

Masjid Noor saat senja datang

Setahun kemudian, di tahun 1916 organisasi Islam Anjunan Isha Ithul Islam terbentuk di Lautoka, dalam upaya muslim di Lautoka untuk membangun masjid disana. Suva yang merupakan Ibukota pemerintahan Fiji, kala itu belum memiliki masjid ataupun sekolah bagi sekitar 70 muslim disana, namun jumlah mereka mengali peningkatan pesat di tahun 1919, kemudian dibentuk organisasi Anjuman-e-Islam bagi muslim yang tinggal disana. dalam pertemuan para pengurus organisasi Islam di Masjid Jami di Toorak, disepaki pembentukan Liga Muslim Fiji (The Fiji Muslim League) pada tanggal 31 Oktober 1926.

Di tahun 1942 organisasi Islam bernama Maunatul Islam Association of Fiji dibentuk untuk mewadahi kaum muslimin yang bermazhab Syafi’e yang terdiri dari sekitar 30% dari keseluruhan muslim di Fiji. Organisasi ini bergerak dengan nama "The India Maunatul Islam Association of Fiji”. Muslim bermazhab Syafi’i ini merupakan kaum muslimin keturunan dari para pekerja paksa muslim dari Malayalam yang di datangkan ke Fiji dari Kerala antara tahun 1903 hingga 1916.

                                                                                            

Peran Muslim Fiji di Dunia Pendidikan, Sosial dan Politik

Muslim di Fiji terlibat aktif di dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah sekolah Islam. Sekolah Islam tertua di Fiji dikenal dengan nama Suva Muslim Primary School (SD Islam Suva) didiirikan tahun 1926 oleh Liga Muslim Fiji yang kini telah memiliki dan mengelola 17 Sekolah Dasar Islam dan 5 SMP Islam diseluruh Fiji ditambah dengan satu institut dengan nama the Islamic Institute of the South Pacific.

Sekolah sekolah tersebut tidak hanya menerima murid dari kalangan muslim namun juga menerima murida murid dari pemeluk agama lain yang berminat untuk sekolah disana. disamping itu dengan di topang sumber pendanaan yang kuat dari para pendiri dan dari Bank Pembangunan Islam (IDB) sekolah sekolah tersebut juga memberikan bantuan bea siswa ataupun dana pinjaman pendidikan kepada para muridnya yang kurang mampu. Termasuk membantu pendidikan mereka hingga ke luar negeri.

Masjid Lautoka

Organisasi organisasi muslim di Fiji juga terlibat aktif dalam aktivitas sosial bagi bagi para anggotanya maupun secara umum baik berskala nasional maupun lokal, termasuk terlibat aktif dalam penanganan bencana alam yang sempat menghantam negara pulau tersebut. organisasi Islam di Fiji berperan secara aktif melakukan tindakan tanggap bencana termasuk membuka masjid masjid yang selamat dari bencana sebagai tempat perlindungan sementara bagi para pengungsi.

Sejak tahun 1929 Liga Muslim Fiji telah berusaha untuk mendapatkan pemisahan perwakilan khusus bagi muslim di kursi dewan legislatif negara dan sejak tahun 1970 berupaya untuk menempatkan perwakilannya di parlemen. Kecuali antara tahun 1932-1937, muslim Fiji telah terwakili dengan di Parlemen Fiji. Dari tahun 1937 – 1963 setidaknya satu perwakilan muslim selalu masuk nomisasi untuk duduk di Dewan Legislatif dari lima perwakilan Indo-Fijian. sehingga dengan sendirinya muslim mewakili 20% dari anggota Indo-Fujian di Dewan legislatif dengan kisaran 15% populasi muslim di dalam kelompok masyarakat Indo-Fijian (warga Fiji Keturunan India).

Muhammad Sidiq Koya menjadi muslim pertama yang terpilih untuk pertama kali duduk di dewan perwakilan di tahun 1963 sehingga untuk pertama kalinya juga muslim Fiji menempatkan dua perwakilannya di Dewan Legislatif dari enam kursi yang sediakan bagi masyarakat Indo-Fijian. Satu perwakilan muslim lainnya adalah C.A. Shah yang menduduki posisinya dari proses nominasi. Pada pemilu tahun 1966 dari 12 anggota legislatif mewakili Indo-Fijian merupakan muslim. mereka adalah Sidiq Koya, C.A. Shah, dan Mohammed Towahir Khan dari Partai Federasi (Federation Party) dan Abdul Lateef dari Partai Aliansi (Alliance Party).***

Sumber: http://bujangmasjid.blogspot.co.id/2017/01/islam-dan-masjid-di-fiji.html?m=1




Baca Artikel Terkait:




Choose EmoticonEmoticon