Perencanaan Dan Perancangan Kota dalam Ilmu Arsitektur
Perencanaan Dan Perancangan Kota
Menurut Minaret Branch (1995: 201) mengatakan bahwa: “Di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial ”.
Harry Anthony (dalam buku Antoniades, 1986: 326) memberi pengertian bahwa perancangan kota merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya. Frederick Gutheim (dalam Antoniades, 1986: 326) menyatakan bahwa perancangan kota (urban design) merupakan bagian dari perencanaan kota (urban planning) yang menangani aspek estetika dan yang menetapkan tatanan (order) dan bentuk (form) kota.
Antoniades (1986: 326) juga mendukung pendapat di atas bahwa perancangan kota menangani permasalahan keindahan kota yang tercermin dari fisik kota yang dirancang oleh perancang kota. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik beberapa “kata kunci” tentang perancangan kota, yaitu: 1) Pengaturan unsur fisik lingkungan kota. 2) Berkaitan dengan tanggapan inderawi, yaitu aspek estetika/keindahan, penampilan visual. 3) Merupakan bagian dari perencanaan kota. Sebagai catatan: kunci ketiga di atas masih menjadi perdebatan antara para perencana kota dan para arsitek, seperti dibahas di bagian berikut.
Perbedaan Perancangan Kota dengan Perencanaan Kota dan Perancangan Arsitektur
Pittas dan Ferebee (1982: 10) menjelaskan bahwa perancangan kota merupakan bidang ilmu yang unsur-unsurnya meminjam dari—antara lain—bidang- bidang ilmu arsitektur, lansekap, administrasi publik, hukum, sosiologi, dan geografi perkotaan. Sebagai sebuah bidang ilmu, perancangan kota mempunyai perbedaan dengan perencanaan kota maupun dengan arsitektur. Perencanaan kota memandang perancangan kota sebagai salah satu implementasi rencana kota, sedangkan para arsitek melihat perancangan kota tidak selalu harus demikian, tetapi dapat timbul sebagai usaha untuk mengatasi problema perkotaan secara praktis lewat pengaturan bentuk-bentuk fisik (Antoniades, 1986: 326-327). Perencanaan kota (urban planning ), meskipun berkaitan dengan tata ruang dan juga, antara lain, ekonomi, sosial, budaya; tapi biasanya tidak berkaitan dengan kualitas visual lingkungan. Perancangan arsitektural, di lain pihak, berfokus pada bangunan secara individual (tunggal).
KONSEP PERANCANGAN KOTA
Pertumbuhan kota yang cepat terjadi di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Kota-kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang pesat pula, dan urbanisasi menjadi salah satu sebabnya. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan kebutuhan lahan meningkat.
Pertumbuhan kota yang demikian tentu akan mengakibatkan degradasi lingkungan. Persebaran lahan terbangun yang sangat luas mengakibatkan inefisiensi jaringan transportasi yang berdampak pada meningkatnya polusi udara perkotaan, selain itu juga menimbulkan costly dan pemborosan. Lihat saja Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia, kota tersebut sudah mengalami perkembangan yang terlalu besat sehingga mengalami “overload”, menjadikan kota tersebut sebagai kota yang tidak layak untuk ditinggali. Bahkan sempat muncul isu tentang pemindahan ibukota akibat ketidaklayakannya. Belum lagi kota-kota besar lain yang mulai berkembang seperti Surabaya, Bandung, dll.
Berdasarkan keadaan itu, dalam melakukan perencanaan kota dibutuhkan pendekatan konsep perencanaan yang berkelanjutan. Ada beberapa konsep pengembangan kota yang berkelanjutan, salah satunya adalah konsep Green City yang selaras dengan alam.
Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders).
Konsep ini sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang disampaikan Hill, Ebenezer Howard, Pattrick Geddes, Alexander, Lewis Mumford, dan Ian McHarg. Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang disampaikan diatas adalah menghindari pembangunan kawasan yang tidak terbangun.
Terdapat beberapa pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen pengembangan kota. Pertama adalah Smart Green City Planning. Pendekatan ini terdiri atas 5 konsep utama yaitu konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan upaya penyeimbangan air, CO2, dan energi. Pendekatan kedua adalah konsep desa ekologis yang terdiri atas penentuan letak kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh penerapan antara lain: kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk mengontrol klimat mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum. Ketiga, konsep kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing complex), dengan strategi pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan pembangunan ruang terbuka hijau, pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan kota hijau. Keempat, konsep kawasan pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi yang dilakukan adalah daur ulang air hujan untuk menjadi air baku. Kelima, konsep taman tadah hujan (rain garden).
Pendekatan kedua adalah Konsep CPULS (Continous Productive Urban LandscapeS. Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang menerus dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive.
Pendekatan terakhir adalah Integrated Tropical City. Konsep ini cocok untuk kota yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian khusus pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota dengan memperbanyak vegetasi untuk mengurangi Urban Heat Island. Bukan hal yang tidak mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus lainnya (Abu Dhabi dengan Urban Utopia nya atau Tianjin dengan Eco-city nya), mengingat Indonesia yang beriklim tropis. Berikut Gambar Kerangkat Terbentuknya Konsep Integrated Tropical City:
Kelebihan dari konsep Green City adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan lingkugan lainnya.
Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan erosi, di pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masing-masing kota memiliki fungsi ekologis yang berbeda.
1. Kota Berkelanjutan
Sebuah kota yang berkelanjutan, atau eko-kota (eco-city) adalah kota yang dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, dihuni oleh orang yang berdedikasi untuk meminimalisasi input seperti kebutuhan energi, air dan makanan, sedangkan output-nya berupa limbah, panas, polusi udara – CO2, metana, dan polusi air. Dalam buku Ecocity — Bekeley — tahun 1987, karya Richard, muncul istilah pertama mengenai “ecocity“, yang secara harfiah berarti, “membangun kota untuk masa depan yang sehat”.
Tokoh-tokoh lain yang membayangkan kota yang berkelanjutan adalah arsitek Paul F Downton, yang kemudian mendirikan perusahaan Ecopolis Pty Ltd,. dan penulis Timotius Beatley dan Steffen Lehmann, yang telah menulis secara ekstensif pada subjek bidang ekologi industri yang kadang-kadang diterapkan dalam perencanaan kota-kota tersebut.
Sebuah kota yang berkelanjutan dapat berkembang sendiri dengan mengandalkan minimal pada daerah sekitarnya, dan bertumpu pada kekuasaan yang bersumber dari energi terbarukan. Inti dari ini semua kemungkinan adalah untuk menciptakan jejak terkecil ekologi, dan untuk menghasilkan kuantitas terendah polusi, untuk mengefisiensi penggunaan lahan; bahan yang digunakan kompos, daur ulang atau mengubah sampah-ke-energi, dan dengan demikian kontribusi keseluruhan kota untuk perubahan iklim akan menjadi minimal, jika praktek-praktek tersebut dipatuhi.
Ket. Foto Atas: http://www.ekomiko.pl/index.php/here-and-there-information/items/sonnenschiff-solar-city-emphasizes-on-sustainable-living.html
Diperkirakan bahwa sekitar 50% dari populasi dunia sekarang tinggal di kota dan kawasan perkotaan. Komunitas-komunitas besar menyediakan baik tantangan dan peluang bagi para pengembang sadar lingkungan. Dalam rangka untuk membuat mereka lebih berkelanjutan, desain bangunan dan praktek, serta persepsi dan gaya hidup harus mengadopsi pemikiran keberlanjutan.
Contoh Praktis:
Kota-kota ekologi tersebut dicapai melalui berbagai cara, seperti:
· Sistem pertanian dalam kota yang dapat dilakukan secara berbeda-beda pada setiap kota (pinggiran kota atau pusat). Hal ini bertujuan untuk mengurangi jarak tempuh pengunaan energi bergerak fosil (red), dari lapangan ke rumah-rumah. Praktis bekerja di luar ini dapat dilakukan dengan baik skala kecil (rumah tangga red.) / petak pertanian swasta atau melalui pertanian skala besar (farmscrapers misalnya).
· Sumber energi terbarukan, seperti turbin angin, panel surya, atau bio-gas yang dibuat dari limbah. Kota memberikan skala ekonomi yang membuat sumber energi tersebut layak.
· Berbagai macam metode untuk mengurangi kebutuhan untuk pengkondisian udara (permintaan energi masif), seperti penanaman pohon dan pengunaan warna, permukaan jalan, sistem ventilasi alami, peningkatan fitur air, dan ruang hijau setara dengan minimal 20% dari permukaan kota. Langkah-langkah ini melawan “efek rumah kaca” (red), yang disebabkan oleh banyaknya pengunaan aspal jalan, yang dapat membuat daerah perkotaan lebih hangat beberapa derajat daripada-daerah pedesaan sekitarnya sebanyak enam derajat Celsius saat malam hari (untuk daerah dingin seperti di eropa dan amerika).
· Peningkatan transportasi publik dan peningkatan pendistribusiannya untuk mengurangi emisi mobil. Hal ini memerlukan pendekatan radikal yang berbeda untuk perencanaan tiap kota, dengan melibatkan bisnis terpadu, industri, dan zona pemukiman. Mungkin jalan yang dirancang juga untuk membuat pengemudi sulit, — yang artinya lebih berpihak dan beralih pada transportasi masal (publik) daripada transportasi pribadi yang mengunakan energi fosil (tambahankalimat terakhir redaksi).
· Kepadatan bangunan optimal untuk membuat transportasi umum yang layak namun menghindari penciptaan efek rumah kaca (red) perkotaan.
· Solusi untuk mengurangi penganguran dan gelandangan (gepeng) perkotaan, dengan mencari cara-cara baru yang memungkinkan orang untuk membuka lapangan kerja yang lebih dekat ke area kerja. Sejak tempat kerja cenderung berada di pusat- pusat kota (masalah gepeng sering timbul – red.), oleh sebab itu harus segera dirubah pola pikir yang mengarah bahwa pertumbuhan harus di fokuskan tidak lagi di pusat kota melainkan di pingiran-pingiran kota, sehingga lapangan kerja dapat terbuka dan mengurangi angka kemiskinan, mengurangi bepergian penduduk kepusat-2 kota (red). Salah satu cara baru untuk mencapai hal ini adalah dengan solusi yang dikerjakan melalui Gerakan Pertumbuhan yang lebih cerdas.
Negara & Kota dunia yang sudah dan akan menerapkan Kota Berkelanjutan
· Australia, Kota Moreland. Kota Moreland di utara Melbourne, memiliki program untuk karbon menjadi netral, salah satunya adalah “Zero Carbon Moreland ‘, antara lain implementasi yang berkelanjutan yang ada dan proposal. Kota Melbourne. Selama 10 tahun terakhir, berbagai metode untuk meningkatkan transportasi umum telah dilaksanakan, zona bebas mobil dan seluruh jalan-jalan juga telah dilaksanakan. Kota Taree Raya. Kota Greater Taree Utara Sydney telah mengembangkan sebuah rencana induk untuk karbon rendah pertama Australia-untuk-tidak ada pembangunan perkotaan.
· Brasil, Deforestasi hutan hujan asli di Rio de Janeiro City untuk ekstraksi dari tanah liat untuk teknik sipil. Contoh kota berkelanjutan di Brazil Selatan kota Porto Alegre dan Curitiba sering dikutip sebagai contoh perkotaan berkelanjutan.
· Kanada, Pada tahun 2010, Calgary peringkat sebagai kota-eko teratas di planet ini untuk, yang “tingkat yang sangat baik pelayanan di pembuangan sampah, sistem pembuangan, dan drinkability air dan ketersediaan, ditambah dengan polusi udara yang relatif rendah.” Survei ini dilakukan bersamaan dengan Mercer terkemuka Survey Kualitas Hidup.
· Cina, Cina bekerja sama dengan investasi dan teknologi yang disediakan oleh pemerintah Singapura untuk membangun sebuah ecocity di Pesisir Kabupaten Baru Kota Tianjin di Cina utara, yang disebut “Sino-Singapura Tianjin Eco-kota”. Dongtan Eco-City adalah nama proyek lain di pulau terbesar ketiga di Cina di muara Sungai Yangtze dekat Shanghai. Proyek ini dijadwalkan untuk menampung 50.000 penduduk pada tahun 2010. Huangbaiyu big eko-city yang dibangun oleh China. Pada bulan April 2008, sebuah proyek kolaborasi ecocity yang diusulkan untuk sebuah kabupaten di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu di Sungai Yangtze, di barat Shanghai. Rizhao pemanas air surya untuk rumah tangga, dan telah di rekomendasikan untuk Model Kota di China.
· Denmark, Taman industri di Kalundborg sering disebut sebagai model untuk ekologi industri.
· Ekuador, Loja, Ekuador memenangkan tiga penghargaan internasional bagi upaya keberlanjutan dimulai oleh perusahaan Walikota Dr Jose Bolivar Castillo
· Estonia, Oxford Residences selama empat musim di Estonia. Oxford Group Berkelanjutan, memenangkan hadiah bagi Perusahaan Berkelanjutan of the Year, ini bisa dibilang salah satu perkembangan berkelanjutan paling maju (lengkap:red), tidak hanya mencoba untuk menjadi karbon netral, tetapi sudah karbon negatif dan mempertimbangkan faktor seperti ekonomi, pembangunan keuangan, sosial terhadap lingkungan sekitarnya, lingkungan, makanan, energi, kebijakan pemerintah, penduduk setempat, pendidikan, pada kenyataannya lebih dari pengembangan sistem yang lain.
· Jerman, Tidak ada negara lain yang telah membangun lebih banyak proyek-proyek eko-city dari Jerman. Freiburg im Breisgau sering disebut sebagai kota hijau. Ini adalah salah satu dari sedikit kota dengan walikota hijau dan dikenal bagi perekonomian yang kuat surya. Vauban, Freiburg adalah sebuah distrik model berkelanjutan. Semua rumah dibangun dengan standar konsumsi energi rendah dan seluruh kabupaten dirancang untuk car free (daerah bebas kendaraan bermotor-red). Kabupaten hijau di Freiburg adalah Rieselfeld, di mana rumah-rumah menghasilkan energi yang lebih dari yang mereka konsumsi. Ada beberapa proyek lainnya kota hijau berkelanjutan seperti Kronsberg di Hannover dan perkembangan saat ini di seluruh Munich, Hamburg dan Frankfurt.
· Hong Kong, Pemerintah menggambarkan diusulkan Hung Shui Kiu kota baru sebagai eco-city. Hal yang sama terjadi dengan rencana pembangunan perkotaan di situs dari mantan Kai Tak Airport.
· India, India adalah bekerja pada Gujarat International Finance Tec-Kota atau GIFT yang merupakan kota dunia kelas di bawah konstruksi di negara bagian Gujarat India. Ini akan muncul pada 500 hektar (2,0 km2) tanah Ini juga akan menjadi yang pertama dari jenisnya sepenuhnya Kota Berkelanjutan Manimekala adalah Hightec Eco kota diproyeksikan dalam Karaikal, India akan mempertimbangkan luas 5 km2. Ini akan menjadi yang pertama dari jenisnya di India Selatan.
· Kenya, Hacienda – Mombasa, Kenya. Ini adalah perkembangan terbesar properti hunian yang ramah lingkungan di Afrika Timur, konstruksi sedang berlangsung, dan akhirnya akan menjadi salah satu perkebunan pertama Afrika mandiri.
· Korea, Songdo IBD adalah kota yang direncanakan di Korea yang telah mendirikan sejumlah fitur ramah lingkungan. Ini termasuk sebuah taman pusat, irigasi dengan air laut, sebuah jalur kereta bawah tanah, jalur sepeda, sistem tangkapan air hujan, sistem pengumpulan sampah pneumatik, … Akhirnya, 75% dari sampah yang dihasilkan oleh pembangunan kota akan didaur ulang. Gwanggyo City Centre merupakan kota berkelanjutan yang direncanakan di Korea.
· Selandia Baru, Kota Waitakere, bagian Barat wilayah perkotaan lebih besar Auckland, pertama kali Selandia Baru, eco-city, bekerja dari GreenPrint, dokumen pedoman bahwa Dewan Kota dikembangkan pada awal 1990-an.
· Republik Irlandia, South Dublin County Council mengumumkan rencana pada akhir tahun 2007 untuk mengembangkan Clonburris, pinggiran baru Dublin untuk berisi hingga 15.000 rumah baru, harus dirancang untuk mencapai nilai standar internasional. Rencana untuk Clonburris termasuk. Inovasi hijau yang tak terhitung jumlahnya seperti tinggi tingkat efisiensi energi, energi terbarukan wajib untuk pemanasan dan listrik, penggunaan bahan bangunan daur ulang dan berkelanjutan, sistem distrik pemanas penyebaran panas, pemberian jatah untuk makanan tumbuh, dan bahkan melarang pengering jatuh, dengan pengeringan alami daerah yang disediakan sebagai gantinya.
· Swedia, Gothenburg, dan terutama Älvstaden (pusat kota di tepi sungai Göta älv) adalah contoh yang baik dari kota yang berkelanjutan di Swedia. Mereka memiliki dampak lingkungan yang rendah, mengandung rumah pasif, sistem daur ulang yang baik untuk limbah, dll
· United Kingdom, Hammarby Sjöstad, Stockholm, St Davids kota terkecil di Inggris bertujuan untuk menjadi kota pertama yang netral karbon di dunia. Leicester adalah kota lingkungan pertama Inggris.
· Amerika Serikat, Arcosanti, Arizona Treasure Island, San Francisco: merupakan proyek yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kota kecil. Coyote Springs Nevada kota terbesar direncanakan di Amerika Serikat. Babcock Ranch Florida sebuah kota bertenaga surya diusulkan. Douglass Ranch di Arizona Buckeye. Mesa del Sol di Albuquerque, New Mexico, Sonoma Mountain Village di Taman Rohnert, California.
Choose EmoticonEmoticon