Lima Perusahaan Besar Rokok Pasang Iklan di Sekitar Sekolah, Ratusan Pelajar Protes ke Istana
JAKARTA --Sabtu, 25 Februari 2017, lebih dari 300 pelajar mewakili 30 sekolah dari Kota Bekasi, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor berkumpul di depan Istana Presiden dalam aksi #TolakJadiTarget untuk memperlihatkan bukti iklan rokok kepada Presiden Jokowi yang sengaja ditempatkan di sekitar sekolah oleh perusahaan rokok.
Para pelajar juga menampilkan aksi teatrikal dengan tema “Upacara Inisiasi Pengikut Serigala Berbulu Domba”. Teatrikal ini menceritakan bagaimana cara perusahaan rokok dalam menargetkan anak dengan meletakkan iklan di sekitar sekolah dan bagaimana cara pelajar melawannya.
Bukan suatu kebetulan jika iklan rokok banyak ditemui di sekitar sekolah. Anak-anak terpapar iklan rokok setiap hari, saat pergi dan pulang sekolah selama 12 tahun masa sekolah.
Semakin sering anak terpapar iklan rokok akan menciptakan kesan bahwa rokok adalah sesuatu yang baik dan biasa sehingga mendorong anak untuk mencoba merokok.
Hasil studi Komnas PA dan UHAMKA tahun 2007 menyatakan sebanyak 46,3% anak mengaku terpengaruh merokok karena melihat iklan rokok dan 86,7% anak mengaku melihat rokok di media luar ruang. Sejak Desember 2016 lalu, pelajar dari 90 sekolah di 5 kota (Padang, Mataram, Bekasi, Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor) berhasil menurunkan ratusan spanduk, poster dan iklan rokok yang ada di sekitar sekolah mereka.
Ini adalah cara pelajar menolak dijadikan target pemasaran perusahaan rokok. Mereka bergerak bersama dalam kampanye #TolakJadiTarget. Kampanye #TolakJadiTarget merupakan kampanye serentak yang digelar di 90 sekolah di 5 kota di Indonesia sejak Bulan September tahun 2016.
Tujuannya adalah untuk menolak perusahaan rokok yang dengan sengaja meletakkan iklan di sekitar sekolah. Bagi perusahaan rokok, pelajar merupakan pasar potensial, karena remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap perusahaan rokok di masa depan.
Lima perusahaan rokok terbesar di Indonesia yakni HM Sampoerna, PT Djarum, Gudang Garam, BAT dan Nojorono terbukti meletakkan iklannya di sekitar sekolah. Selama kampanye ini berlangsung, ditemukan sebanyak 61 merek rokok yang beriklan di sekitar sekolah di 5 kota ini.
Selama kampanye ini ditemukan bahwa ternyata perusahaan rokok memberikan sejumlah uang untuk memasang iklan rokok di warung-warung sekitar sekolah. Pemilik warung mengakui diberi uang dalam jumlah yang beragam, mulai dari hanya 3 bungkus rokok, Rp. 50.000 per bulan, Rp. 300.000 per 3 bulan, Rp. 800.000 per tahun, Rp. 2.000.000 per tahun hingga Rp. 4.000.000 per tahun.
Spanduk yang diletakkan di warung sekitar sekolah tersebut diduga tidak berizin dan tidak membayar pajak reklame pada pemerintah. Kampanye #TolakJadiTarget yang dilakukan pelajar mendapat dukungan dari pihak sekolah, orang tua siswa, masyarakat sekitar sekolah, RT/RW, lurah, camat hingga Walikota. Hingga saat ini, pelajar di 5 kota sudah berhasil menurunkan sekitar 120 iklan rokok di sekolahnya.
Aksi penurunan iklan rokok ini masih akan terus berlanjut di 5 kota, semoga diikuti oleh sekolah-sekolah di tempat lain. Putri Lestari, pelajar kelas 8 SMPN 17 Kota Bekasi yang ikut dalam aksi hari ini meminta Presiden melindungi mereka dari target industri rokok.
“Perusahaan rokok juga harus berhenti beriklan di sekitar sekolah kami,” pintanya.
Untuk memperluas dukungan #TolakJadiTarget, gerakan ini juga didukung oleh kampanye online http://bit.ly/TolakJadiTarget dan petisi online melalui change.org http://bit.ly/stopiklanrokokdisekolah. * [Af/voa-islam.com]
Choose EmoticonEmoticon