-->

Sabtu, 14 Januari 2023

Dampak lingkungan dari Irigasi

Dampak lingkungan dari irigasi adalah perubahan kuantitas dan kualitas tanah dan air akibat irigasi. Dampak juga terlihat di alam dan lingkungan sosial di hulu dan hilir sungai yang dijadikan sumber irigasi. Dampak lingkungan berakar dari perubahan kondisi hidrologi sejak instalasi dan pengoperasian irigasi.

Irigasi sebagian besar mengambil air dari sungai dan mendistribusikannya ke area yang diirigasikan. Dampak langsung dari hal tersebut adalah berkurangnya debit hilir sungai dan peningkatan evaporasi.Penggenangan air permanen (waterlogging) juga dapat terjadi karena tinggi muka air tanah meningkat hingga menenggelamkan akar tanaman. Pada irigasi yang mengambil air dari air tanah, maka tinggi muka air tanah akan menurun. Pada sungai yang dibendung untuk ditinggikan permukaan airnya untuk irigasi, akan terjadi risiko relokasi pemukiman manusia yang tinggal dekat dengan sungai seperti yang terjadi pasca pembangunan bendungan Manantali di Mali. Dari semua dampak langsung tersebut, terdapak dampak tidak langsung yang mengikuti, seperti terjadinya kelangkaan air, subsiden tanah, intrusi air asin, dan salinisasi, tidak terkecuali dampak sosio-ekonominya.

Proyek irigasi dapat menguntungkan secara finansial bagi perekonomian individu, wilayah, dan negara. Sekitar 16% dari seluruh kawasan pertanian yang ada di dunia telah teririgasikan. Hasil pertanian dari lahan yang teririgasikan itu mencakup 40% dari total hasil pertanian dunia. Meski demikian, dampak negatif dari irigasi seringkali diabaikan meski signifikan.

Bendungan Kainji di Nigeria yang selesai dibangun pada tahun 1968 telah menyebabkan relokasi warga di sekitar sungai karena tinggi permukaan air sungai meningkat. Bendungan ini pada tahun 1999 menimbulkan masalah karena debit air yang berlebih memaksa pembukaan pintu limpasan. Lebih dari 60 desa dan sekitar 60% lahan pertanian terendam.

Daftar isi

    1 Pengaruh pada hilir sungai

    2 Pengaruh terhadap tanah dan air tanah

    3 Dampak penggunaan air tanah

    4 Lihat pula

    5 Referensi

    6 Bahan bacaan terkait

    7 Pranala luar

Pengaruh pada hilir sungai

Irigasi yang bersumber dari sungai dapat mengurangi debit air di hilir secara signifikan karena air diserap tanaman, lahan pertanian, dan menguap. Hal ini dapat menyebabkan:

    hilangnya lahan basah dan hutan di hilir sungai

    berkurangnya air yang tersedia untuk kawasan industri dan pemukiman di hilir sungai

    terganggunya rute pengapalan, seperti yang telah terjadi di Sungai Gangga, India

    terganggunya aktivitas penangkapan ikan, seperti yang telah terjadi di Sungai Indus, Pakistan

    berkurangnya air yang mengalir ke laut yang dapat mempengaruhi ekosistem pantai dan intrusi air laut. Saat ini Sungai Nil, meski debitnya sangat tinggi, namun karena besarnya pengambilan air untuk irigasi, aliran sungai ini tidak mencapai ke laut di musim kemarau. Contoh lainnya adalah yang terjadi pada Laut Aral di mana sungai diambil untuk irigasi sehingga Laut Aral mengering.

Irigasi juga telah mengurangi kualitas air sungai karena air bilasan dari lahan pertanian dapat mengandung garam, pupuk, dan pestisida sehingga dapat terakumulasi di sungai. Air bilasan dari lahan pertanian dapat mengalami perkolasi dan mencmari air tanah.

Air menjadi langka bagi kaum nomaden penggembala di Balochistan akibat pembangunan irigasi

Secara sosio-ekonomi, berkurangnya debit sungai di hilir dapat merugikan, bahkan merelokasi masyarakat yang menikmati hilir sungai. Kaum nomaden penggembala di Baluchistan, Pakistan mengalami kesulitan hidup karena sumber air yang biasa mereka gunakan untuk minum hewan ternak berkurang drastis.

Pengaruh terhadap tanah dan air tanah

Irigasi dari sumber selain air tanah akan meningkatkan tinggi muka air tanah yang berada di bawah lahan pertanian dikarenakan perkolasi. Irigasi permukaan adalah metode dengan tingkat perkolasi tertinggi sehingga efisiensi irigasi berkurang. Metode irigasi tertentu dapat mencegah perkolasi berlebihan, misal dengan sprinkler dan irigasi tetes. Peningkatan tinggi muka air tanah dapat menyebabkan penggenangan air, menyebabkan akar tanaman terendam air. Munculnya genangan air yang stagnan dapat menjadi sarang berbagai jenis organisme vektor penyakit, sedangkan efek samping akibat pengoperasian irigasi biasanya tidak disertakan dalam biaya pembangunan/pengoperasian irigasi.

Di India, dua juta hektare lahan telah tergenang dan tiga juta hektare lahan telah mengalami salinisasi.

Di lembah sungai Indus, Pakistan, dua juta hektare lahan telah tergenang[12] dan 3.1 juta hektare lahan mengalami salinisasi.[12] Reklamasi lahan dengan pipa drainase telah memakan biaya miliaran rupee, namun tujuan reklamasi baru belum terpenuhi.[13] Asian Development Bank menyatakan bahwa 38% lahan yang teririgasi kini tergenang dan 14% mengalami salinisasi.

Di delta sungai Nil di Mesir, fasilitas drainase dipasang di jutaan hektare lahan untuk mencegah penggenangan air.

Di Meksiko, 15% dari tiga juta hektare lahan yang teririgasi telah mengalami salinisasi dan 10% telah tergenang.

Salinisasi akibat irigasi juga telah terjadi di berbagai negara seperti Israel (30% area yang teririgasi), Australia (20%), China (15%), Irak (50%), dan Mesir (30%). Salinisasi terjadi akibat irigasi skala kecil maupun skala besar.

FAO memperkirakan bahwa 52 juta hektare lahan akan membutuhkan drainase bawah tanah untuk mengendalikan salinisasi dan penggenangan.

Dampak penggunaan air tanah

Subsiden tanah menyebabkan permukaan tanah turun sehingga rentan banjir

Ketika air tanah dipompakan melebihi tingkat pengembaliannya (replenishment), akan menyebabkan rongga yang terdapat di bawah tanah kosong sehingga rentan mengalami pemadatan dan akibat beban dari tanah yang berada di atasnya dan subsiden tanah terjadi. Di Amerika Serikat, penurunan tinggi muka air tanah terjadi sedalam satu meter setiap penurunan 13 meter tinggi muka air tanah. Di Houston, Texas, subsiden tanah sedalam 5 hingga 7 kaki terjadi dan menyebabkan banjir pada tahun 1989.




Baca Artikel Terkait:




Choose EmoticonEmoticon