Analisis Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dengan Amerika, Australia, dan Jepang
Sistem
Pendidikan Manajemen Sekolah, Sistem
Persekolahan, Dan Kurikulum di Indonesia
Salah
satu tugas Pemerintah bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
adalah menyusun undang-undang pendidikan, dan sebagai hasilnya adalah
Undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003. Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas, Pendidikan nasional berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sistem Persekolahandi Indonesia
Menurut
Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI pasa 16
disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga jenjang,
yaitu: pendidikan Dasar, pendidikan Menengah, dan pendidikan Tinggi.
a.
Pendidikan Dasar.
Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pemerintah menetapkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dan setiap warga
negara yang berusia 7 (tujuh) tahun wajib mengikuti belajar pada jenjang
pendidikan dasar tanpa dipungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang Sederajat selama
6 tahun; dan sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat selama 3 tahun.
b.
Pendidikan Menengah.
Pendidikan
menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas:
Pendidikan menengah umum, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat; dan Pendidikan menengah kejuruan,
berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat, selama 3 tahun.
c.
Pendidikan Tinggi.
Pendidikan
tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun atau lebih); magister,
spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.
Perguruan
tinggi dapat berbentuk: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau
Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan atau vokasi.
Sistem Manajemen Pendidikan Sekolah di Indonesia
Pengelolaan
pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah pusatmelalui
Menteri Pendidikan Nasional, pemerintah Daerah Provinsi, dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Ketentuan yang menyangkut
pendidikan diatur dalam UU RI No.20 TH 2003 (Sisdiknas ). Ditinjau
dari Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat (1)
yaitu; Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Oleh karena itu pendidikan dapat diterima
dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif.
Pelaksanaan desentralisasi pendidikan nasional di Indonesia memberikan keluasan
kepada pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat utuk turut bertanggung
jawab atas kualitas pendidikan di Indonesia.
Kurikulum
di Indonesia
Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan enam kali
perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984,
kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku yaitu KurikulumTingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22
tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor
24 tentang pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis
Kompetensi, atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat
dengan beban belajar dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih
dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum.
Oleh
karena itu, dalam KTSP bahan belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan
pendidikan (sekolah, guru dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang ada di lingkungannya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bentuk implimentasi dari
UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1) Standar Isi, (2) Standar
Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarna, (6) Standar Pengelolaan, (7)
Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.[1]
Analisis Perbandingan Sistem
Pendidikan Indonesia dengan Amerika
Dalam
bidang pendidikan banyak pelajar dan mahasiswa Indonesia berhasil lulus dan
kemudian menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, teknik, IT. Mereka kemudian
menjadi penentu kebijakan publik, menggerakkan peraturan-peraturan dalam bidang
ekonomi makro dan mikro, Menjadi profesor yang ahli dalam strategi kebijakan
ekonomi. Para ahli lulusan Amerika itu menjadi elitis ditengah keterpurukan
pendidikan yang melanda mayoritas penduduk negeri ini.
Ternyata
sudah menjadi kultur budaya yang sangat mengakar dalam sejarah AS bahwa
pendidikan menjadi tugas bagi keluarga dan masyarakat. oleh karena itu
masyarakat tidak mau kalau pendidikan diatur oleh pemerintah pusat, bahkan oleh
pemerintah negara bagian, bahkan oleh pemerintah lokal sekalipun. Masyarakat
merasa memiliki hak yang sangat kuat untuk menentukan sistem pendidikan seperti
apa yang paling tepat untuk masyarakat mereka. Mereka menganggap tantangan yang
dihadapi oleh setiap komunitas tidaklah sama, jadi sistem pendidikan juga tidak
boleh atau tidak perlu disamakan antara satu kota dengan kota lain, antara satu
state dengan state lain.
Amerika
Serikat terdiri dari berbagai orang dari negara-negara lain didunia. makanya AS
sering disebut sebagai Negri Imigran. Meskipun imigran tapi mereka diperlakukan
sama. Demokrasi dan hak setiap individu dijunjung tinggi. Keberhasilan letaknya
pada individu masing2 bukan pada sistemnya. Ketika di Newyork saya melihat
banyak gelandangan berkeliaran dikota yang sangat padat, lebih padat dari
jakarta. Lebih padat dari pusat pertokoan di kota Sukabumi. Dan orang miskin
juga banyak, tetapi itu bukan lantaran mereka tidak diperhatikan pemerintah,
tetapi karena mereka sendiri yang mau seperti itu, dan sebagiannya lagi karena
sudah dirusak oleh obat-obat bius. Ternyata etnik yang tergolong kaya di AS
adalah etnik kulit putih asli AS dan orang Asia, dan yang miskin kebanyakan
orang kulit hitam, suku African American dan orang Hispanik (Amerika Latin).
Kalo dari sisi agama, yang kaya adalah orang Yahudi dan Muslim. Ada sekitar 10%
dari seluruh penduduk AS yang paling kaya. penghasilan pemerintah pusat atau
federal adalah dari pajak penghasilan atau PPH (kalo tadi pemerintah lokal
penghasilannya dari pajak proverty atau PBB). Dari keseluruhan pendapatan
banyak 70%nya berasal dari 10% orang paling kaya di AS.
Tidak
dipungkiri Pendidikan di Amerika jauh lebih baik dari Indonesia. Dalam segala
segi ada ketergantungan kuat negara ini terhadap segala gertak amerika. Dari
intervensi ekonomi, utang luar negeri, kebijakan makro ekonomi sampai pergerakan
mata uang asing. Dari segi keamanan regionalpun Amerika masih banyak memberi
tekanan khususnya Asia Tenggara.
Di
Indonesia kita mengenal wajib belajar SD dan SMP. Di Amerika kesempatan
memperoleh pendidikan bagi seluruh warga sudah lama diberlakukan. wajib belajar
di AS mulai dari SD sampai SMA. Tapi pemerintah menggratiskan biaya sekolah
sejak TK sampai SMA untuk sekolah-sekolah negri. Untuk sekolah swasta,
pemerintahan dipusat sampai lokal tidak memberikan anggaran apapun, dan
sebaliknya sekolah itupun tidak diwajibkan mengikuti seluruh kebijakan
pemerintah dibidang pendidikan.
Pada
tahun 2001 pemerintah pusat melakukan Reformasi di bidang pendidikan dengan
meluncurkan kebijakan NCLB atau No Child Left Behind atau Tak ada satupun anak
yang tertinggal dibelakang. Kebijakan ini terkait dengan mutu atau kualitas
anak didik. Negara bagian Massachusetts yang selalu terbaik dalam pendidikan
telah lebih dulu mengawali kebijakan ini pada tahun 1993. Kebijakan NCLB ini
antara lain dilakukan dalam bentuk penciptaan standar-standar mutu hasil didik
dan pelaksanaan Ujian Nasional. Pemerintah pusat memerintahkan pemerintah
negara bagian untuk membuat standar pendidikan, membuat kurikulum, membuat soal
Ujian nasional dan menyelenggarakan Ujian nasional. materi yang diujikan
samapai saat ini baru Matematik dan Bahasa Inggris, tapi tahun depan akan
ditambah Sejarah AS dan IPA.
Intervensi
pemerintah pusat dalam pendidikan dilakukan karena melihat kualitas pendidikan
anak-anak SMA sangat menurun. Angka Drop Out (tidak meneruskan sekolah) sebesar
rata-rata 50%, dari 50% yang ikut Ujian nasional lulus 90%, dari yang lulus ini
sebagian meneruskan kuliah dan sebagian lagi bekerja. Sebelum masuk perguruan
tinggi atau bekerja mereka juga di tes, dan hanya 50% dari yang ikut tes lulus
masuk perguruan tinggi atau bekerja. akibatnya banyak pengangguran atau bekerja
ditempat yang dibayar murah, dan akibatnya angka kemiskinan makin meningkat,
seterusnya pembayar pajak semakin sedikit dan pendapan negara semakin
berkurang.[2]
Kita
melihat masih terlalu banyak problema dan ketidakpuasan diseputar persoalan
pendidikan ini, tetapi sebagai bangsa yang besar dan sudah tua mereka sangat
berpengalaman dalam memberikan respon yang cepat dan tepat dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Karakter ini sudah menjadi budaya
bangsa Amerika yang perlu kita pelajari untuk kita ambil manfaat.
Analisis Perbandingkan Pendidikan di
Australia dan Indonesia
NO
|
AUSTRALIA
|
INDONESIA
|
|||
New South Wales,Victoria, Tasmania, dan Australian Capital
Territory
|
Queensland, AustraliaSelatan, Australia Barat,
Northern Territory
|
||||
1
|
Primary School (6 Tahun)
Junior Secondary School (4 tahun)
|
Primary School (7 Tahun)
Junior Secondary School(3 Tahun)
|
Pendidikan dasar 9 tahun (SD 6 Tahun dan SMP 3
Tahun)
|
||
2.
|
Senior High School (2 Tahun)
|
Senior High School (2 Tahun)
|
Pendidikan Menengah 3 tahun (SMA, MA, SMK, dan MAK )
|
||
3.
|
Diploma
(1 tahun)
Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)
Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)
Graduate certificate
(6 bulan)
Graduate diploma
(1 tahun)
Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)
Gelar doktor (3+ tahun)
|
Ahli Madya, Diploma 3 (D3)
Sarjana, Diploma 4 (D4)
Sarjana, Strata 1 (S1)
Magister, Strata 2 (S2)
Doktor, Strata 3 (S3)
|
|||
Selain
dari jenjang pendidikan, beberapa perbandingan dari pendidikan yang ada di
Australia dan Indonesia antara lain adalah:[3]
Pertama,
dilihat dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan
dasar di Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua
SD sudah mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta
ulangan atau ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia
belum diwajibkan untuk membaca. Bahkan di Indonesia, siswa TK nol besar
diwajibkan lancar membaca dan berhitung, apalagi jika orangtua mereka berniat
mendaftarkan mereka ke Sekolah Dasar unggulan yang diwajibkan mereka lolos
ujian tulis sebagai syarat pendaftaran masuk. Sungguh berbeda sekali dengan di
negeri yang terkenal dengan binatang kangguru ini. Pendidikan di TK seperti
istana bermain dimana mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan
bersosialisasi. Pendidikan dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi
untuk belajar mengenal diri sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap
(character building). Mengajarkan hal-hal sederhana secara praktis lebih
ditekankan dibanding teori-teori di kelas. Karena itu, tidak heran jika di
Australia, sering terlihat siswa-siswa SD yang sedang belajar mengukur
kepadatan mobil di jalan raya atau di lain waktu mereka tengah melakukan
kegiatan di luar kelas (excursion), seperti ke pasar, perkebunan, peternakan
kadang mereka belajar juga mengantri, melakukan transaksi jual beli dan
sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif serta bisa langsung diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua,
dalam hal penilaian (assessment). Berbeda dengan di Indonesia yang mewajibkan
para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas.
Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional
seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah
NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional
yang dilakukan serentak di Australia untuk menguji kemampuan membaca, menulis
dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10 (setara dengan kelas I SMU).
Walaupun standar
materi pelajaran untuk pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan Australia, namun ketika memasuki tingkat perguruan tinggi,
tampak negeri kita lebih tertinggal dibandingkan Australia. Selain disebabkan
karena peralatan teknologi yang lebih canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas
penelitian yang lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang telah memiliki
pengembangan karakter (character building) yang kuat, fondasi sikap yag
tertanam sejak dini di pendidikan dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa
depan mereka, seperti kemandirian, jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir
kritis (critical thinking).
Ketiga,
pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi,
baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’,
dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau
melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh
reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti jika
telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara assembly, yaitu
acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk pengembangan bakat seni
para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas menampilkan kreatifitas
seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa lagi, pada school
awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak didik, seperti
menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas, jujur, empati, dan
perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah terlihat betapa
pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional
equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar. Penghargaan dan feedback
yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa. Jadi penilaian pada
rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan dalam bentuk
angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
Keempat,
suasana belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif.
Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam
kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat
peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan
digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan
guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard),
sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar.
Hal ini jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’
dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan
bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar,
berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini
kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki
kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan
Australia.
Kelima,
dari segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para guru
diwajibkan datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya tengah
digalakkan di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru sebelum
masuk ke kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi tenaga
pengajar dan juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam proses
belajar mengajar.
Keenam, tidak
adanya Pendidikan Agama di Australia.
Analisis Perbandingkan Pendidikan di
Jepang dan Indonesia
Beda
negara pasti juga memiliki banyak perbedaan, meski tidak menutup kemungkinan
adanya persamaan diantara keduanya. Sistem pendidikan di Indonesia dan sistem
pendidikan di Jepang jauh berbeda. Di negara Jepang, pendidikan benar-benar
diperhatikan hingga detilnya, sedangkan di Indonesia hanya membahas mata
pelajaran wajib. Maka wajar bangsa tersebut memiliki peringkat dalam pendidikan
dan teknologi internasional. Seandainya negara Indonesia melirik sistem
pendidikan Jepang, tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia memiliki SDM yang
benar-benar berkualitas dalam jumlah yang banyak. Berikut perbedaan sistem
pendidikan Indonesia dengan sistem pendidikan negara Jepang.
Di
Indonesia, pendidikan wajib hanya sembilan tahun. Pendidikan di Jepang terdiri
dari sistem 6-3-3-plus yaitu enam tahun Sekolah Dasar, tiga tahun SMP, dan tiga
tahun SMA, plus 2-4 tahun kuliah; 1-4 tahun kuliah pelatihan khusus (special
training college). Sembilan tahun pendidikan pada Sekolah Dasar dan SMP adalah
wajib (usia 6-15 tahun), dan tidak dikenakan biaya sekolah selama periode ini.
Semua anak yang telah mencapai usia 6 tahun pada 1 April tahun ajaran tersebut
layak untuk mendaftar pada tingkat pertama di sekolah dasar.
Di
Sekolah Dasar, murid belajar Bahasa Jepang, pelajaran lingkungan hidup, musik,
menggambar dan kerajinan tangan, ilmu sains, ilmu-ilmu sosial, aritmatik, homemaking,
dan pelajaran kesegaran jasmani. Mereka juga akan menerima pelajaran pendidikan
moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dan pelajaran-pelajaran topik (topic
studies). Murid SMP belajar Bahasa Jepang, ilmu-ilmu sosial, matematika,
ilmu-ilmu sains, musik, kesehatan dan pendidikan jasmani, seni industri,
homemaking, dan bahasa asing. Mereka juga akan menerima pelajaran pendidikan
moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dan pelajaran-pelajaran topik (topic
studies). Hampir semua sekolah mengajarkan Bahasa Inggris sebagai bahasa
asingnya.
Di sekolah dasar, kelas dipimpin oleh guru kelas sedangkan di SMP, setiap mata ajaran ada gurunya masing-masing. Tidak ada biaya sekolah, buku-buku yang diberikan juga tidak dikenaan biaya sepeserpun. Akan tetapi, biaya untuk makan siang, kunjungan lapangan, dan tamasya, dan alat tulis manjadi tanggungan orang tua. Berbeda dengan Indonesia yang selalu melakukan pembayaran SPP per bulan. Ditambah lagi dengan biaya tambahan untuk fotocopy soal, pembelian buku cetak, pembelian buku kerja siswa, dan lain sebagainya.
Di pendidikan wajib Jepang, seorang murid tidak dapat loncat kelas yang berbeda dengan pendidikan Indonesia. Mereka harus melewati mulai dari kelas 1 ke kelas 2, 2 ke 3, 3 ke 4 dan seterusnya. Murid juga tidak harus mengulang tingkat yang sama. Akan tetapi jika murid kehilangan waktu belajar akibat sakit atau sebab-sebab lain, mereka bisa tinggal di tingkat yang sama. Untuk melanjutkan ke SMA setelah menyelesaikan pendidikan wajib, murid harus lulus ujian saringan masuk. Ketika seorang murid mendaftar di sekolah dasar atau SMP, mereka akan ditempatkan di tingkat yang sesuai dengan umurnya.
Di sekolah dasar, kelas dipimpin oleh guru kelas sedangkan di SMP, setiap mata ajaran ada gurunya masing-masing. Tidak ada biaya sekolah, buku-buku yang diberikan juga tidak dikenaan biaya sepeserpun. Akan tetapi, biaya untuk makan siang, kunjungan lapangan, dan tamasya, dan alat tulis manjadi tanggungan orang tua. Berbeda dengan Indonesia yang selalu melakukan pembayaran SPP per bulan. Ditambah lagi dengan biaya tambahan untuk fotocopy soal, pembelian buku cetak, pembelian buku kerja siswa, dan lain sebagainya.
Di pendidikan wajib Jepang, seorang murid tidak dapat loncat kelas yang berbeda dengan pendidikan Indonesia. Mereka harus melewati mulai dari kelas 1 ke kelas 2, 2 ke 3, 3 ke 4 dan seterusnya. Murid juga tidak harus mengulang tingkat yang sama. Akan tetapi jika murid kehilangan waktu belajar akibat sakit atau sebab-sebab lain, mereka bisa tinggal di tingkat yang sama. Untuk melanjutkan ke SMA setelah menyelesaikan pendidikan wajib, murid harus lulus ujian saringan masuk. Ketika seorang murid mendaftar di sekolah dasar atau SMP, mereka akan ditempatkan di tingkat yang sesuai dengan umurnya.
Jam
masuk di Jepang adalah pukul 08.00 pagi sampai pukul 03.00 sore dan di
Indonesia umumnya adalah pukul 07.00 sampai pukul 01.00 siang. Kalau di Jepang
sekali siswa terlambat akan diminta untuk membuat surat perjanjian tidak akan
mengulangi lagi. Jika mengulanginya lagi akan diberikan sanksi skorsing. Sedangkan
di Indonesia tidak. Saat ada anak yang terlambat masuk kesekolah hanya meminta
surat ijin masuk sekolah dan mendapatkan sedikit hukuman namun, tetap diijinkan
masuk ke sekolah keesokan harinya. [4]Hal
itu berlaku bagi anak yang melakukan pelanggaran di keesokan harinya.
Itulah sebagian dari perbedaan sistem pendidikan Indonesia dengan sistem pendidikan Jepang. Tidak heran negara Jepang menjadi negara yang begitu maju dan memiliki peringkat kelima setelah Finlandia, Korea Selatan, dan Hongkong. Lalu disusul dengan Singapura dan Inggris berdasarkan tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson lalu.
Itulah sebagian dari perbedaan sistem pendidikan Indonesia dengan sistem pendidikan Jepang. Tidak heran negara Jepang menjadi negara yang begitu maju dan memiliki peringkat kelima setelah Finlandia, Korea Selatan, dan Hongkong. Lalu disusul dengan Singapura dan Inggris berdasarkan tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson lalu.
1 komentar:
y
Choose EmoticonEmoticon