Penari Saman dari Sanggar Pesona PTPN 1 Langsa, Aceh, membawakan Tari Pukat dalam pembukaan Saman Summit di Plaza Museum Fatahillah, Jakarta Pusat, Jumat (14/12/2012). Selain untuk merayakan pengakuan UNESCO terhadap Tari Saman sebagai warisan dunia tak benda, kegiatan tersebut juga menjadi media silaturahmi para seniman Tari Saman dari berbagai daerah.
Minggu, 29 November 2015 | 09:01 WIB
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Belasan karya seni Aceh ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nonbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Sebanyak 12 Sertifikat Warisan Budaya tersebut diserahkan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, kepada sejumlah daerah yang diwakili Asisten III Setda Aceh, Syahrul, di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Sabtu (28/11/2015) malam.
"Penetapan warisan budaya nonbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan penegasan bahwa seni budaya tersebut merupakan budaya asli dari berbagai wilayah di Aceh," kata Gubernur Aceh Zaini Abdullah.
Ada pun 12 seni budaya lokal Aceh yang mendapat sertifikat sebagai warisan budaya nonbenda adalah Tari Saman dari Gayo pada tahun 2011, kerajinan Rencong dari Aceh Besar pada 2013, Seni Didong dari Aceh Tengah, Karawang Gayo dari Aceh Tengah dan Kupiah Riman (dari Pidie).
Selanjutnya Tari Seudati dari Pidie, Rumoeh Aceh dari Aceh Besar pada tahun 2014 dan Pintoe Aceh dari Kota Banda Aceh, Tari Rabbani Wahid dari Bireuen, Tari Binnes dari Gayo Lues, Tari Dampeng dari Singkil dan Rapai Geleng dari Aceh Barat Daya pada 2015.
Ia mengatakan dari 12 budaya tersebut, Tari Saman dari Gayo bahkan telah terlebih dahulu pengakuan dan ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda dari UNESCO pada tahun 2011.
"Pemberian sertifikat ini juga menjadi pendorong bagi kita untuk lebih termotivasi, mencintai, dan peduli dalam melestarikan budaya asli daerah kita," katanya.
Abdullah berharap 11 warisan tak benda lainnya nantinya juga mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Dia juga berpesan kepada kepala daerah yang menerima penghargaan agar menyampaikan kabar gembira tersebut kepada masyarakat di daerah masing-masing supaya semarak pelestarian budaya menjadi spirit yang melekat di hati masyarakat Aceh.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Pahlevi, mengatakan, saat ini sedang bekerja sama dengan Badan Arsip Nasional Indonesia untuk mengusulkan kepada UNESCO agar menjadikan Arsip Tsunami Aceh sebagai warisan dunia.
Jika hal tersebut berhasil, data-data kejadian Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 sebagai bencana terbesar yang pernah terjadi akan menjadi salah satu warisan dunia.
(Kompas)
1 komentar:
Ok
Choose EmoticonEmoticon