Sebenarnya tak ada keharusan pesta pernikahan harus berlangsung meriah dan wah, yang penting berkahnya. Bila dilakukan secara sederhana tanpa memaksakan diri namun berkah, tentu ini lebih baik. Hanya saja, banyak anggapan bahwa moment sekali seumur hidup semacam pernikahan, haruslah semeriah mungkin. Meskipun harus berhutang kesana kemari.
Gengsi dan prestise, sering menjadi alasan banyak pasangan dan anggota keluarga untuk bersikerasmelaksanakan pesta yang ‘wah.’ Meskipun tak mampu secara materi, namun gaya hidup mewah mampu membuat seseorang menghalalkan segala cara. Ingatlah, bahwa persiapan pernikahan tak melulu soal pesta yang mewah dan megah. Tapi, ada beberapa hal yang lebih penting dari itu, yakni :
Persiapan Mental
Pernikahan , adalah sebuah pengalaman baru dan hidup bersama orang yang baru kita kenal. Kita tentu sadar, bahwa suami dan istri memiliki perbedaan yang harus saling dimengerti satu sama lain, seperti perbedaan karakter, latarbelakang keluarga, hobi, dsb. Untuk itulah, dibutuhkan persiapan mental yang mantap. Hal ini begitu penting agar kita paham bagaimana cara menyikapi semua itu dengan cara terbaik yang bisa kita lakukan.
– Persiapan Fisik
Kalau kita sehat, maka dalam menjalani pernikahan akan terasa lebih mudah. Sebab, dalam menjalani rumah tangga, membutuhkan kekuatan fisik yang prima setiap saat, mulai dari mengurus suami, anak serta melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Misalnya, ketika proses menuju pernikahan, pasangan bisa memeriksakan kesehatan lebih dulu, mengetahui bagaimana seluk-beluk hubungan sex yang sehat misalnya tidak baik bila berhubungan intim ketika masih menstruasi dsb.
– Persiapan Ilmu, Akhlak Dan Ketakwaan
Ketiga aspek ini sangat penting dipersiapkan, karena dalam pernikahan adanya tanggungjawab untuk bisa mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi, menikah haruslah dipandang sebagai sarana untuk beribadah dan tidak hanya bertujuan bagi duniawi saja. Begitu pentingnya ketiga kriteria ini, sebagaimana Rasulullah, saw. Bersabda: “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)
– Persiapan Finansial
Persiapan ini, lebih kepada tanggungjawab untuk mencari nafkah (khususnya, bagi suami). Jadi, bukanberarti pasangan yang hendak menikah WAJIB mapan terlebih dulu. Hal terpenting adalah, saat seseorang mau berusaha keras dan bekerja demi keluarga, selama itu halal dan tidak melanggar aturan.
Sudah tidak zamannya lagi nikah pakai ribet. Mengundang banyak orang yang semuanya belum tentu kita kenal baik dan dekat. Belum lagi, stress karena banyaknya hal yang harus dipersiapkan dan menguras pikiran karena semuanya memang butuh perencanaan, mulai dari catering, baju nikah, undangan, seragam panitia, dsb. Belum lagi, bagi budaya tertentu, seseorang harus bersedia berkompromi dengan keluarga kedua belah pihak soal hari baik dan acara adat yang harus ada dalam pesta. Semua itu, butuh kompromi dan hati yang tenang. Sebab kalau tidak, ujung -ujungnya malah akan memicu pertengkaran. Dalam kondisi persiapan pernikahan, biasanya kedua belah pihak sama-sama mengalami stressing yang tinggi. Merasakan kelelahan lahir dan bathin dalam mengurusi segala detail persiapan pernikahan, yang sebetulnya terkesan berlebihan dan tidak begitu esensi/ penting.
Pesta besar besaran yang banyak mengeluarkan biaya alangkah baiknya digunakan sebagai modal membina rumah tangga. Misalnya untuk membeli atau membayar DP rumah, membeli peralatan rumah tangga dan mengisi tabungan selama menikah dsb. (ummi-online/akhwat indonesia)
Choose EmoticonEmoticon