Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Tidak boleh mematahkan leher sebelum hewan benar-benar mati. Para ulama menegaskan, perbuatan semacam ini hukumnya makruh.
Ibnu Qudamah mengatakan,
(ولا يقطع عضو مما ذكي حتى تزهق نفسه) كره ذلك أهل العلم منهم عطاء، وعمرو بن دينار، ومالك، والشافعي ولا نعلم لهم مخالفا. وقد قال عمر رضي الله عنه: لا تعجلوا الأنفس حتى تزهق.
(Tidak boleh memotong anggota badan hewan yang disembelih, sampai mati). Para ulama memakruhkannya. Diantaranya Atha, Amr bin Dinar, Malik, as-Syafii, dan saya tidak tahu adanya ulama yang tidak sepakat dengan ini. Umar bin Khatab mengatakan, “Jangan terburu-buru mematahkan sampai dia mati.” (al-Mughni, 11/54).
Dinyatakan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, “Para ulama menegaskan makruhnya memutus kepala ketika menyembalih dengan sengaja. Khalil bin Ishaq dalam Mukhtashar-nya untuk Fiqih Maliki, ketika menyebutkan hal-hal yang dimakruhkan pada saat menyembelih, beliau mengatakan,
وتعمد إبانة رأس
“Diantara yang makruh adalah secara sengaja memutus kepala” (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 93893).
Demikian pula menguliti binatang, memasukkannya ke dalam air panas dan semacamnya, sebelum dia mati. Semua ini tidak boleh dilakukan kecuali setelah dipastikan hewan itu benar-benar telah mati.
Jika Kepala Putus, Apakah Tetap Halal?
Pendapat yang kuat bahwa hewan yang putus kepalanya ketika disembelih hukumnya halal.
Ibnu Qudamah melanjutkan penjelasannya,
فإن قطَع عضو قبل زهوق النفس وبعد الذبح فالظاهر إباحته; فإن أحمد سئل عن رجل ذبح دجاجة فأبان رأسها، قال: يأكلها. قيل له: والذي بان منها أيضا؟ قال: نعم.
Jika jagal mematahkan anggota badannya sebelum mati dan setelah penyembelihan, yang nampak hukumnya mubah. Karena Imam Ahmad ditanya tentang hukum orang yang menyembelih ayam, sampai kepalanya patah? Jawab Ahmad: “Ayam itu boleh dimakan.” Orang ini bertanya lagi, ‘Termasuk bagian yang terpotong, boleh dimakan?’ jawab Ahmad: Ya, boleh. (al-Mughni, 11/54).
Imam Al-Mawardi –salah satu ulama Madzhab Syafi’i– mengatakan,
“Diriwayatkan dari Imran bin Husain radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau ditanya tentang menyembelih burung sampai putus lehernya?Sahabat Imran menjawab, ‘boleh dimakan.”
Imam Syafi’i mengatakan,
فَإِذَا ذَبَحَهَا فَقَطَعَ رَأْسَهَا فَهِيَ ذَكِيَّةٌ
“Jika ada orang menyembelih, kemudian memutus kepalanya maka statusnya sembelihannya yang sah” (Al-Hawi Al-Kabir, 15/224).
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Choose EmoticonEmoticon