Film Nabi Muhammad Besutan Sutradara Iran Tuai Konroversi
Teheran – Pembuatan film senilai 40 juta USD oleh produser Iran tentang masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW mendapat kecaman keras dari para ulama Sunni di dunia Islam. Hal tersebut karena menggambarkan atau melakukan visualisasi terhadap Nabi Muhammad SAW merupakan sesuatu yang dilarang dalam Islam.
Al-Azhar sebagai institusi keagamaan terkemuka di dunia Islam mengatakan bahwa menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW itu sama dengan merendahkan status spiritualitas dan kemuliaan Nabi.
Di samping mengecam keras penggambaran wajah Nabi Muhammad SAW, al-Azhar juga menentang visualisasi aspek lain, yakni suara Nabi.
Abdel Dayyem Nosair, seorang penasehat Pimpinan al-Azhar Syeikh Ahmed al-Tayyeb, mencoba menjelaskan kepada kantor berita AFP bahwa aktor yang memerankan “karakter” Nabi tersebut bisa jadi akan melakukan tindak kejahatan ataupun hal-hal buruk yang lain di kemudian hari, sehingga para penonton film akan mengasosiasikan “karakter” tersebut dengan kejahatan.
Sementara sang sutradara film, Majid Majidi tetap bersikeras bahwa film berdurasi 171 menit itu akan bisa memperbaiki citra Islam yang ia gambarkan sebagai agama kekerasan dengan cara memberi kesan yang benar tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah wawancara dengan AFP di Teheran, Majidi malah menyalahkan ISIS. Ia mengklaim bahwa para “ekstrimis” dan “jihadist” seperti kelompok Daulua Islam (ISIS) telah “mencuri” nama Islam.
Kembali menurut Majidi, bahwa di dunia Barat, interpretasi yang salah terhadap Islam muncul di mana Islam kerap dikaitkan dengan kekerasan, dan kami percaya bahwa hal itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama ini (Islam).
Tanpa Menampilkan Wajah Nabi
Dalam usahanya untuk menenangkan kaum Muslim, Majidi mencari cara lain sebagai alternatif untuk “menghadirkan” sosok Nabi pada filmnya itu. Ia juga memilih untuk tidak menampilkan wajah “karakter” Nabi secara keseluruhan, melainkan hanya bagian belakang kepala aktor pemeran Nabi.
“Kami melakukan penyesuaian pada steadicam-nya terutama untuk pemeran Nabi. Di bagian manapun ada adegan yang menampilkan sosok Nabi di film itu, kita akan melihatnya dari sisi POV (point of view)-nya saja, bahkan untuk masa kanak-kanak beliau,” kata Majidi menjelaskan.
“Semua orang penasaran ingin melihat wajah Nabi di film itu, tetapi anda tidak akan bisa melihat wajah beliau,” katanya menambahkan bahwa Nabi hanya akan terlihat profilnya saja, atau penampakan bagian belakangnya saja.
“Menampilkan tokoh utama di seluruh bagian film sekaligus tanpa harus memperlihatkan wajahnya adalah sebuah tantangan yang besar,” kata Majidi yang pernah menyutradarai “Children of Heaven” dan meraih nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Award 1998.
Film berjudul “Muhammad” merupakan bagian pertama dari tiga seri trilogi kehidupan Nabi SAW. Film ini menggambarkan berbagai peristiwa dari masa sebelum kelahiran hingga beliau SAW menginjak ujian belasan tahun. Ini adalah masa sebelum kenabian.
Dengan cukup percaya diri Majidi mengatakan, “beberapa negara seperti Saudi akan melihat film ini bermasalah, tetapi banyak negara-negara Muslim lain, seperti: Turki, Indonesia, Malaysia, dan lainnya di Asia Tenggara banyak yang menanyakan film ini.”
Film pertama yang pernah dibuat tentang kehidupan Nabi SAW adalah “Mohammad, Messenger of God” atau yang dikenal dengan “ar-Risalah (The Message)” yang disutradarai oleh Moustapha Akkad dengan menampilkan aktor di antaranya Antony Quinn. Film tersebut juga menuai kritikan di dunia Islam saat kali pertama peluncurannya tahun 1976.
Penulis: Yasin Muslim
Sumber: France24/mii
Choose EmoticonEmoticon