Konsep Pendidikan Az Zarnuji
Sabtu, 27 Juni 2015
Konsep
Pendidikan Az Zarnuji
Konsep
pendidikan beliau tertuang dalam karya monumentalnya, kitab “Ta’lim
al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum”. Kitab ini diakui sebagai karya yang
monumental dan sangat diperhitungkan keberadaannya. Kitab ini juga banyak
dijadikan bahan penelitian dan rujukan dalam penulisan karya-karya ilmiah,
terutama dalam bidang pendidikan. Kitab ini tidak hanya digunakan oleh ilmuwan
Muslim saja, tetapi juga dipakai oleh para orientalis dan penulis barat.
Keistimewaan lain dari kitab Ta’lim Muta’allim ini terletak pada
materi yang dikandungnya. Meskipun kecil dan dengan judul yang seakan-akan
hanya membahas metode belajar, sebenarnya esensi kitab ini juga mencakup
tujuan, prinsip-prinsip dan strategi belajar yang didasarkan pada moral
religius. Kitab ini tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Kitab ini juga
dicetak dan diterjemahkan serta dikaji di berbagai dunia, baik di Timur maupun
di Barat.
Di Indonesia, kitab Ta’lim Muta’allim dikaji dan dipelajari hampir di
setiap lembaga pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan di
pondok pesantren modern. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang
konsep pendidikan Islam yang dikemukakan Az Zarnuji, antara lain:
1. Hakikat
ilmu dan keutamaannya
2. Niat
belajar
3. Memilih
guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar
4. Menghormati
ilmu dan ulama
5. Sungguh-sungguh,
kontinuitas dan minat yang kuat
6. Permulaan
dan intensitas belajar serta tata tertibnya
7. Tawakkal
kepada Allah SWT
8. Saat
terbaik untuk belajar
9. Kasih
sayang dan memberi nasehat
10. Mengambil
pelajaran
11. Wara’
(menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
12. Penyebab
hafal dan lupa
13. Masalah
rezeki dan umur
1. Hakikat
ilmu dan keutamaannya
Belajar itu
hukumnya fardlu bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Namun
demikian, menurut Az zarnuji manusia tidak diwajibkan mempelajari segala macam
ilmu, tetapi hanya diwajibkan mempelajari ilm al hal (pengetahuan-pengetahuan
yang selalu dperlukan dalam menjunjung kehidupan agamanya). Dan sebaik-baik
amal adalah menjaga hal-hal.
Di samping itu, manusia juga diwajibkan mempelajari ilmu yang diperlukan setiap
saat. Karena manusia diwajibkan shalat, puasa dan haji, maka ia juga diwajibkan
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban tersebut. Sebab apa
yang menjadi perantara pada perbuatan wajib, maka wajib pula hukumnya.
Demikian pula, manusia wajib mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
berbagai pekerjaan atau kariernya. Seseorang yang sibuk dengan tugas kerjanya
(misalnya berdagang), maka ia wajib mengetahui bagaimana cara menghindari
haram. Di samping itu, manusia juga diwajibkan mempelajari ilmu ahwal al-qalb,
seperti tawakkal, ridla dan sebagainya.
Akhlak yang baik dan buruk serta cara menjauhinya, menurut Az Zarnuji juga
harus dipelajari, agar ia senantiasa bisa menjaga dan menghiasi dirinya dengan
akhlak mulia. Mempelajari ilmu yang kegunaannya hanya dalam waktu-waktu
tertentu, hukumnya fardlu kifayah seperti ilmu shalat jenazah. Dengan demikian,
seandainya ada sebagian penduduk kampung telah melaksanakan fardlu kifayah
tersebut, maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya. Tetapi jika seluruh
penduduk kampung tersebut tidak melaksanakannya, maka seluruh penduduk itu
menanggung dosa. Dengan kata lain, ilmu fardlu kifayah adalah di mana setiap
umat Islam sebagai suatu komunitas diharuskan menguasainya, seperti ilmu
pengobatan, ilmu astronomi, dan lain sebagainya.
Sedangkan mempelajari ilmu yang tidak ada manfaatnya atau bahkan membahayakan
adalah haram hukumnya seperti ilmu nujum (ilmu perbintangan yang biasanya
digunakan untuk meramal). Sebab, hal itu sesungguhnya tidak bermanfaat dan
justru membawa marabahaya karena lari dari kenyataan takdir Allah tidak akan
mungkin terjadi. Ilmu menurut Az Zarnuji adalah sifat yang kalau dimiliki oleh
seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya.
Adapun fiqh adalah pengetahuan tentang
kelembutan-kelembutan
ilmu. Sedangkan mengenai keutamaan ilmu, Az Zarnuji mengutip ungkapan seorang
penyair sebagai berikut:
Belajarlah,
karena ilmu adalah hiasan bagi penyandangnya, keutamaan dan tanda semua akhlak
yang terpuji. Usahakanlah, setiap hari menambah ilmu dan berenanglah di lautan
ilmu yang bermanfaat. Belajarlah ilmu fiqh, karena ia pandu yang paling utama
pada kebaikan, taqwa dan adilnya orang yang paling adil. Ia adalah tanda yang
membawa pada jalan petunjuk, ia adalah benteng yang menyelamatkan dari segala
kesulitan. Karena seorang ahli fiqh yang menjauhi perbuatan haram adalah lebih
membahayakan bagi setan dari pada seribu orang yang beribadah.
2. Niat
belajar
Mengenai niat
dan tujuan belajar, Az Zarnuji mengatakan bahwa niat yang benar dalam belajar
adalah untuk mencari keridlaan Allah SWT., memperoleh kebahagiaan di dunia dan
di akhirat, berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain,
mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, dan mensyukuri nikmat Allah.
Sehubungan dengan hal ini, Az Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut ilmu
tidak sampai keliru menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang
diniatkan untuk mencari pengaruh, mendapatkan kenikmatan duniawi atau
kehormatan dan kedudukan tertentu. Jika masalah niat ini sudah benar, tentu ia
akan merasakan kelezatan ilmu dan amal serta berkuranglah kecintaannya pada harta
dunia.
3. Memilih
guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar
Peserta didik
hendaknya memilih ilmu yang terbaik dan ilmu yang dibutuhkan dalam kehidupan
agamanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu mendatang. Ia perlu mendahulukan
ilmu tauhid dan ma’rifat beserta dalilnya. Semikian pula, perlu
memilih ilmu ‘atiq (kuno).
Dalam memilih
pendidik hendaknya mengambil yang lebih wara’, alim, berlapang dada dan
penyabar. Dan peserta didik juga harus sabar dan tabah dalam belajar kepada
pendidik yang telah dipilihnya serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan.
Peserta didik
hendaknya memilih teman yang tekun, wara’, jujur, dan mudah memahami masalah.
Dan perlu menjauhi pemalas, banyak bicara, penganggur, pengacau dan pemfitnah.
Seorang penyair mengatakan: “Teman durhaka lebih berbahaya dari pada ular yang
berbisa demi Allah Yang Maha Tinggi dan Suci teman buruk membawamu ke neraka
Jahim sedangkan teman baik mengajakmu ke syurga Na’im.”
Di samping itu,
Az Zarnuji juga menganjurkan pada peserta didik agar bermusyawarah dalam segala
hal yang dihadapi. Karena ilmu adalah perkara yang sangat penting, tetapi juga
sulit, maka bermusyawarah di sini menjadi lebih penting dan diharuskan
pelaksanaannya.
4. Menghormati
ilmu dan ulama
Menurut Az
Zarnuji, peserta didik harus menghormati ilmu, orang yang berilmu dan
pendidiknya. Sebab apabila melukai pendidiknya, berkah ilmunya bisa tertutup
dan hanya sedikit kemanfaatannya. Sedangkan cara menghormati pendidik di
antaranya adalah tidak berjalan di depannya, tidak menempati tempat duduknya,
tidak memulai mengajak bicara kecuali atas izinnya, tidak bicara macam-macam di
depannya, tidak menanyakan suatu masalah pada waktu pendidiknya lelah, dan
tidak duduk tertalu dekat dengannya sewaktu belajar kecuali karena terpaksa.
Pada prinsipnya, peserta didik harus melakukan hal-hal yang membuat pendidik
rela, menjauhkan amarahnya dan mentaati perintahnya yang tidak bertentangan
dengan agama Allah.
Termasuk
menghormati ilmu adalah menghormati pendidik dan kawan serta memuliakan kitab.
Oleh karena itu, peserta didik hendaknya tidak mengambil kitab kecuali dalam
keadaan suci. Demikian pula dalam belajar, hendaknya juga dalam keadaan suci.
Sebab ilmu adalah cahaya, wudlupun cahaya, maka akan semakin bersinarlah cahaya
ilmu itu dengan wudlu. Peserta didik hendaknya juga memperhatikan catatan,
yakni selalu menulis dengan rapi dan jelas, agar tidak terjadi penyesalan di
kemudian hari. Di samping itu, peserta didik hendaknya dengan penuh rasa
hormat, ia selalu memperhatikan secara seksama terhadap ilmu yang disampaikan
padanya, sekalipun telah diulang seribu kali penyampaiannya.
Untuk menentukan
ilmu apa yang akan dipelajari, hendaknya ia musyawarah dengan pendidiknya,
sebab pendidik sudah lebih berpengalaman dalam belajar serta mengetahui ilmu
pada seseorang sesuai bakatnya. Az Zarnuji juga mengingatkan agar peserta didik
selalu menjaga diri dari akhlak tercela, terutama sikap sombong.
5. Sungguh-sungguh,
kontinuitas dan minat yang kuat
Peserta didik
harus sungguh-sungguh di dalam belajar dan mampu mengulangi pelajarannya secara
kontinu pada awal malam dan di akhir malam, yakni waktu antara maghrib dan
isya’ dan setelah waktu sahur, sebab waktu-waktu tersebut kesempatan yang
memberkahi.
Peserta didik
jangan sampai membuat dirinya terlalu kepayahan, sehingga lemah dan tidak mampu
berbuat sesuatu. Kesungguhan dan minat yang kuat adalah merupakan pangkal
kesuksesan. Oleh karena itu, barang siapa mempunyai minat yang kuat untuk
menghafal sebuah kitab misalnya. Maka menurut ukuran lahiriyah, tentu ia akan
mampu menghafalnya, separuh, sebagian besar, atau bahkan seluruhnya.
6. Permulaan
dan intensitas belajar serta tata tertibnya
Belajar
hendaknya dimulai pada hari rabu, sebab hari itu Allah menciptakan nur
(cahaya), hari sialnya orang kafir yang berarti hari berkahnya orang mukmin.
Bagi pemula hendaknya mengambil pelajaran yang sekiranya dapat dikuasai dengan
baik setelah di ulangi dua kali. Kemudian tiap hari ditambah sedikit demi
sedikit, sehingga apabila telah banyak masih mungkin dikuasai secara baik
dengan mengulanginya dua kali, seraya ditambah sedikit demi sedikit lagi.
Selain itu, untuk pemula hendaknya dipilihkan kitab-kitab yang kecil, sebab
dengan begitu akan lebih mudah dimengerti dan dikuasai dengan baik serta tidak
menimbulkan kebosanan. Ilmu yang telah dikuasai dengan baik, hendaknya dicatat
dan diulangi berkali-kali. Jangan sampai menulis sesuatu yang tidak dipahami,
sebab hal itu bisa menumpulkan kecerdasan dan waktupun hilang dengan sia-sia
belaka.
Diskusi, menurut
Az zarnuji juga perlu dilakukan oleh peserta didik. Manfaat diskusi lebih besar
dari pada sekedar mengulangi, sebab dalam diskusi, selain mengulangi juga
menambah ilmu pengetahuan. Az Zarnuji juga mengingatkan agar diskusi
dilaksanakan dengan penuh kesadaran serta menghindari hal-hal yang membawa
akibat negatif.
Peserta didik
hendaknya membiasakan diri senang membeli kitab. Sebab hal itu akan bisa
memudahkan ia belajar dan menelaah pelajarannya. Oleh karena itu, hendaknya
peserta didik berusaha sedapat mungkin menyisihkan uang sakunya untuk membeli
kitab. Menurut Az Zarnuji peserta didik di masa dahulu belajar bekerja dulu,
baru kemudian belajar, sehingga tidak tamak kepada harta orang lain.
7. Tawakkal
kepada Allah SWT
Dalam belajar,
peserta didik harus tawakkal kepada Allah dan tidak tergoda oleh urusan rezeki.
Peserta didik hendaknya tidak digelisahkan oleh urusan duniawi, karena
kegelisahan tidak bisa mengelakkan musibah, bahkan membahayakan hati, akal,
badan dan merusak perbuatan-perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hendaknya
peserta didik berusaha untuk mengurangi urusan duniawi.
Peserta didik
hendaknya bersabar dalam perjalanannya mempelajari ilmu. Perlu disadari bahwa
perjalanan mempelajari ilmu itu tidak akan terlepas dari kesulitan, sebab
mempelajari ilmu merupakan suatu perbuatan yang menurut kebanyakan ulama lebih
utama dari pada berperang membela agama Allah. Siapa yang bersabar menghadapi
kesulitan dalam mempelajari ilmu, maka ia akan merasakan lezatnya ilmu melebihi
segala kelezatan yang ada di dunia.
8. Saat
terbaik untuk belajar
Masa belajar
adalah semenjak dari buaian hingga masuk liang lahat. Adapun masa yang
cemerlang untuk belajar adalah awal masa muda. Belajar dilakukan pada waktu
sahur dan waktu antara maghrib dan isya’. Namun sebaiknya peserta didik
memanfaatkan seluruh waktunya untuk belajar. Bila telah merasa bosan
mempelajari suatu ilmu hendaknya mempelajari ilmu yang lain.
9. Kasih
sayang dan memberi nasehat
Orang alim
hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau memberi nasehat dan jangan berbuat
dengki. Peserta didik hendaknya selalu berusaha menghiasi dirinya dengan akhlak
mulia. Dengan demikian orang yang benci akan luluh sendiri. Jangan berburuk
sangka dan melibatkan diri dalam permusuhan, sebab hal itu hanya menghabiskan
waktu serta membuka aib sendiri.
10. Mengambil
pelajaran
Peserta didik
hendaknya memanfaatkan semua kesempatannya untuk belajar, hingga dapat mencapai
keutamaan. Caranya dengan menyediakan alat tulis disetiap saat untuk mencatat
hal-hal ilmiah yang diperolehnya.
Az zarnuji
mengingatkan bahwa umur itu pendek dan ilmu itu banyak. Oleh karena itu peserta
didik jangan sampai menyia-nyiakan waktunya, hendaklah ia selalu memanfaatkan
waktu-waktu malamnya dan saat-saat yang sepi. Di samping itu peserta didik
hendaknya berani menderita dan mampu menundukkan hawa nafsunya.
11. Wara’
(menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
Di waktu belajar
hendaknya peserta didik berlaku wara’, sebab dengan begitu ilmunya akan lebih
bermanfaat, lebih besar faedahnya dan belajarpun lebih mudah. Sedangkan yang
termasuk perbuatan wara’ antara lain menjaga diri dari terlalu kenyang, terlalu
banyak tidur dan terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Di samping itu,
jangan sampai mengabaikan adab kesopanan dan perbuatan-perbuatan sunnah.
Hendaknya memperbanyak shalat dan melaksanakannya secara khusyuk, sebab hal itu
akan membantunya dalam mencapai keberhasilan studinya. Dalam hal ini Az Zarnuji
juga mengingatkan kembali agar peserta didik selalu membawa buku untuk
dipelajari dan alat tulis untuk mencatat segala pengetahuan yang
didapatkannya.ada ungkapan bahwa barang siapa tidak ada buku di sakunya maka
tidak ada hikmah dalam hatinya.
12. Penyebab
hafal dan lupa
Yang paling kuat
menyebabkan mudah hafal adalah kesungguhan, kontinu, mengurangi makan,
melaksanakan shalat malam, membaca al-Quran, banyak membaca shalawat Nabi dan
berdoa sewaktu mengambil buku serta seusai menulis.
Adapun penyebab
mudah lupa antara lain perbuatan maksiat, banyak dosa, gelisah karena
urusan-urusan duniawi dan terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi.
13. Masalah
rezeki dan umur
Peserta didik
perlu mengetahui hal-hal yang bisa menambah rizki, umur dan lebih sehat,
sehingga dapat mencurahkan segala kemampuannya untuk mencapai apa yang
dicita-citakan.
Bangun pagi-pagi
itu diberkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan, khususnya rizki. Banyak
bersedekah juga bisa menambah rizki. Adapun penyebab yang paling kuat untuk
memperoleh rizki adalah shalat dengan ta’zhim, khusyu’ sempurna rukun, wajib,
sunnah dan adatnya. Di antara faktor penyebab tambah umur adalah berbuat
kebajikan, tidak menyakiti orang lain, bersilaturrahim dan lain sebagainya.
Terlalu berlebihan dalam membelanjakan harta, bermalas-malasan, menunda-nunda
dan mudah menyepelekan suatu perkara, semua itu bisa mendatangkan kefakiran
seseorang.
Menurut Az
zarnuji, peserta didik juga harus belajar ilmu kesehatan dan dapat
memanfaatkannya dalam menjaga kesehatan dirinya. Demikianlah deskripsi isi
kitabTa’lim al-Muta’allim
Thuruq al-Ta’allum karya Az Zarnuji. Beliau menulis kitab seperti itu,
karena di masanya beliau mengetahui banyak peserta didik yang telah belajar
dengan
sungguh-sungguh, tetapi tidak bisa menyiarkannya. Menurut Az zarnuji hal
tersebut dikarenakan mereka salah jalan dan meninggalkan syarat-syarat yang
seharusnya mereka penuhi. Oleh karena itu, beliau menulis kitab Ta’lim
al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum dengan maksud menjelaskan kepada para
peserta didik tentang cara yang seharusnya mereka tempuh agar tidak salah jalan,
sehingga studi yang