BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setelah
wafatnya Nabi Muhammad saw keberlangsungan agama Islam dipegang oleh para
sahabat Nabi saw. Sahabat nabi yang medapat tugas amanah yang besar itu disebut
Khulafaur Rasyidin. Terjadi polemik seputar tentang sahabat yang menjadi
pengganti kedudukan Nabi saw, hal ini dapat diamini disebabkan Nabi saw tidak
pernah menunjuk langsung salah seorang sahabat untuk menggantikan Nabi saw.
Lihat Juga Artikel Ini Ada Hadiah Total Hingga Rp.25.000.000,-:
1. Green Pramuka City
2. Toko Olahraga Online Murah, Lengkap, Aman dan Terpercaya
3. Tips Memilih Jasa Logistics Terpercaya Di Indonesia
4. Jual Peralatan Makan Terlengkap dan Termurah di MelamineMall.com
5. Mama Harus Tahu, Begini Cara Mengatasi Anak Susah Makan dengan Laperma Platinum, Yuk Dicoba
6. Glorimelamine.com Produsen Peralatan Makan Industri Horeka terbaik di indonesia
Lihat Juga Artikel Ini Ada Hadiah Total Hingga Rp.25.000.000,-:
1. Green Pramuka City
2. Toko Olahraga Online Murah, Lengkap, Aman dan Terpercaya
3. Tips Memilih Jasa Logistics Terpercaya Di Indonesia
4. Jual Peralatan Makan Terlengkap dan Termurah di MelamineMall.com
5. Mama Harus Tahu, Begini Cara Mengatasi Anak Susah Makan dengan Laperma Platinum, Yuk Dicoba
6. Glorimelamine.com Produsen Peralatan Makan Industri Horeka terbaik di indonesia
Pada saat umat
islam kehilangan pemimpin yang selama ini menjadi tempat mengadu membuat para
kepala kabilah sepakat untuk mengangkat dan membaiat Abu Bakar menjadi khalifah
pertama. Diakhir kepemimpinan Abu Bakar menjadi Khalifah, Abu Bakar
bermusyawarah dengan pemuka sahabat dan kemudian sepakat untuk mengangkat Umar
bin Khattabuntuk menghindari perpecahan dan perselisihan yang terjadi
dikalangan umat islam. Kebijakan ini kemudian diterima oleh masyarakat dan
kemudian sahabat Umar bin Khattab diangkat dan dibaiat menjadi Khalifah yang
kedua. Kemudian diakhir kepemimpinan sahabat Umar bin Khattab beliau menunjuk 6orang
sahabat diantaranya Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas dan
Abdurrahman bin Auf untuk bermusyawarah siapa yang akan menggantikan Umar Bin
Khattab.[1]
Musyawarah
pemilihan khalifah pengganti Umar bin Khattab diadakan dirumah Al-Musawwir bin
Mukhrimah. Pada saat itu terjadi perdebatan sengit antara para sahabat yang
sama mencalonkan dan memilih sahabat lain. Pada saat itu pula terjadi dua kubu,
satu kubu mencalonkan Usman dan kubu lain mencalonkan Ali[2].
Dalam proses yang panjang itu terpilihlah sahabat Usman bin Affan menjadi
khalifah yang ketiga. Pada masa kepemimpinan Usman bin Affan ekspansi islam
telah sampai di negeri tersisa dari Persia dan Transoxania. Sahabat Usman bin
Affan ketika diangkat menjadi khalifaah berumur 70 tahun. Masa
pemerintahanUsman bin Affan selama 12 tahun.
Masa akhir
pemerintahan Usman bin Affan terjadi peristiwa yang besar sehingga menyebabkan
Usman bin Affan terbunuh. Pembunuhan Usman bin Affan ditengarai karena sifat
lemah lembut yang dimiliki oleh Usman bin Affan selain itu ketegasan Usman
tidak sepadan dengan sahabat Umar bin Khattab. Kemudian pembunuhan Usman bin
Affan juga diakibatkan keberpihakan Usman yang lebih memilih para kerabat untuk
menduduki jabatan-jabatan penting.[3]
Dari penjelasan
di atas menurut penulis telah terjadi peristiwa besar pada masa kekhalifahan
Usman bin Affan, sehingga menyebabkan beliau terbunuh. Sebenarnya apa yang
terjadi? apakah memang benar sifat lemah lembut yang dimiliki Usman bin Affan,
keberpihakan Usman kepada para kerabat menjadi dasar pembunuhan sahabat Usman
bin Affan.
Untuk itu dalam
mengkaji lebih dalam tentang kebenaran kisah di atas makalah ini ditulis dengan
judul “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Kekhalifahan Usman bin Affan”
B.
Rumusan
Masalah
Dari penjelasan di atas rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
peradaban Islam pada masa khalifah Usman bin Affan?
2.
Bagaimana
sifat-sifat Usman bin Affan?
3.
Apa
faktor-faktor yang menyebabkan munculnya peristiwa Fitnah Al-Kubra?
4.
Mengapa
dalam peristiwa Fitnah Al-kubra sahabat Usman bin Affan terbunuh?
C.
Tujuan
Masalah
Dari rumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui sejarah peradaban Islam pada masa khalifah Usman bin Affan.
2.
Untuk
mengetahaui sifat-sifat yang dimiliki Usman bin Affan?
3.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan muncullnya peristiwa fitnah
Al-kubra.
4.
Untuk
mengetahaui peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan dalam peristiwa fitnah
Al-kubra.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Sahabat Usman bin Affan
Beliau dilahirkan pada tahun ke enam dari tahun gajah. Nama asli
beliau adalah Usman bin Affan bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf bin
Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib Al-Quraisy Al-Umawi
Al-Makki Al-Madani. Ibu beliau bernama Arwa binti Kariz bin Rabi’ah bin Habib
bin Abdus Syams bin Abdu Manaf.
Nasab Usman bin Affan masih bertemu dengan nasab Nabi Muhammad saw
yaitu pada kakeknya yang bernama Abdul Manaf hal ini membuktikan bahwa Usman
bin Affan jika dilihat dari silsilah beliau masih saudara dengan Nabi Muhammad
saw.[4]
Usman bin Affan menikah dengan putri Nabi yang bernama Ruqayyah dan
Ummi Kulsum yang meninggal pada tahun 9 H. Tidak ada seorangpun dari kalangan
sahabat yang menikah dengan putri Rasulullah saw sampai dua kali, oleh karena
itu beliau dijuluki dengan Dzun Nurain.[5]Sangat
menarik tidak ada sahabat Nabi yang menikahi dua putri Rasulallah saw kecuali
Usman bin Affan.
Sahabat Usman bin Affan termasuk sahabat yang paling kaya karena
pada saat perang tabuk beliau menafkahkan hartanya melebihi sahabat-sahabat
lain, beliau menyediakan 300 ekor unta lengkap dengan isinya dan 1000 dinar[6].
Usman bin Affan selalu mengikuti peperangan bersama Rasulallah saw namun pada
saat perang badar beliau tidak ikut
karena Usman menjaga istrinya Ruqaiyyah yang sedang sakit dan pada saat itu
pula dikarenakan sakit ini istri Usman bin Affan wafat.
B.
Peradaban
Islam Pada Masa Usman bin Affan
Setelah Umar
bin Khattab meninggal dunia, perluasan wilayah dilanjutkan oleh Usman bin Affan.
Peradaban Islam pada masa khalifah Usman bin Affan lebih baik lagi hal ini
ditandai dengan. Perluasan wilayah yang dilakukan oleh Usman bin Affan
dilakukan dengan cara membentuk angkatan laut untuk menyerang daerah kepulauan
yang terletak dilaut tengah.
Pada saat itu
pula dibangun kapal-kapal perang sehingga dapat menaklukkan pulau Cyprus pada
tahun 28 H yang di pimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Mu’awiyah juga
berhasil menaklukkan beberapa benteng pertahanan pihak musuh tidak hanya di
Cyprus Mu’awiyah juga menaklukkan Armenia Kecil sampai ke Kikilia sehingga
penduduknya berhasil diikat dengan perdamaian dengan membayar jizyah[7],
perluasan wilayah yang dilakukan Usman bin Affan hanya sampai di daerah
Tripoli, Cyprus.[8]
Pertempuran
yang sangat dahsyat yang ada di lautan dinamakan dengan Dzatis Sawari
(pertempuran tiang kapal). Pertempuran ini terjadi antara Abdullah bin Abi
Sarrah gubernur Mesir dengan kaisar Constantine dari Bizantium. Pertempuran ini
diikuti 1000 buah kapal 200 kapal kepunyaan islam dan 800 buah kapal kepunyaan
Bizantium pada pertempuran ini dimenangkan oleh Umat Muslim[9].
Selain daerah-daerah ini masa kekhalifahan Usman bin Affan juga
berhasil menaklukkan daerah seperti dengan mengalahkan Konstantinopel. Armada
umat islam pada saat itu di komandoi oleh Yazid bin Muawiyah. Pada tahun 21 H
dipimpin Abdullah bin Abi Sarrah kaum muslimin juga behasil membebaskan
negeri-negeri Nubea (daerah Utara Sudan). Abdullah bin Abi Sarrah juga berhasil
membuat kesepakatan dengan mereka. Kesepakatan ini dinamakan kesepakatan Qibti[10]
yang berjalan selama 6 abad. Kesepakatan ini berisi Mesir dan Nubea harus
saling tukar menukar hasil bumi dan tidak boleh berperang.
Pada tahun 31 H, perluasan wilayah dipimpin oleh Busar bin Artha’ah
dari Syam Abdullah bin Abi Sarh bergabung dengan rombongan Mesir jumlah
pasukannya keduanya berjumlah 200 perahu. Busar bin Artha’ah melakukan serangan
kepada Romawi yang menyatakan akan menghabisi kaum muslimin.
Peradaban islam pada masa Usman bin Affan selain ditandai dengan
berbagai kecanggihan teknologi kelautan, armada laut, serta angkatan bersenjata
yang handal sehingga dapat mengalahkan kekuatan-kekuatan besar Bizantium,
Romawi, serta Konstantinopel. Peradaban pada masa itu juga ditandai dengan
dilakukannya pengumpulan dan penyatuan Al-Qur’an.
Hal ini dilakukan karena pada masa kekhalifahan Usman bin Affan
kaum muslimin telah tersebar diberbagai daerah sehingga daerah-daerah yang jauh
terjadi perselisihan antara bacaan satu sahabat dengan sahabat lain, sampai
terjadi pula perpecahan dan pengkafiran. Melihat perselisihan ini semakin
sengit berangkatlah Hudzaifah bin Al-Yamani untuk menemui Usman bin Affan untuk
segera mengatasi permasalahan dan segera menyatukan seluruh baca’an satu dengan
yang lain agar jurang pemisah serta terjadinya pertikaian dapat diselesaikan.
Khalifah Usman bin Affan kemudian bermusyawrah dengan para sahabat
dan diputuskan bahwa Al-Qur’an harus ditulis dalam satu qiroa’ah dan
menyatukan seluruh daerah pada satu bacaan. Kemudian beliau meminta
lembaran-lembaran yang dipakai oleh Abu Bakar As-Sidiq, kemudian dipakai oleh
Umar bin Khattab dan dipakai oleh Ummul Mukminin. Usman meminta kepada Zaid bin
Tsabit untuk menuliskannya didektekan oleh Sa’id bin Ash al-Umawy dan disaksikan
oleh Haris bin Hisyam al-Makhzumy. Setelah selesai ditulis maka al-Qur’an
dikirim ke Syam, Mesir, Basrah, Kufah, Mekkah, Yaman dan Madinah.Al-Qur’an yang
sudah ditulis tersebut disebut dengan al-Imamah atau al-Usmaniyah.
Perlu diketahui mengapa pada masa khalifah Usman bin Affan terjadi
perbedaan baca’an? Bagi kaum awam tidak mengerti bahwa sebenarnya al-Qur’an itu
diturunkan dalam tujuh bacaan, hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw yang
artinya “al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf”[11]maksud hadis ini adalah Qiro’ah sab’ah.
Pemahaman dari hadis ini menjadi dasar mengapa ada perbedaan bacaan
terjadi dikalangan umat islam pada saat itu selain disebabkan oleh keadaan,
bahasa, suku dan lughot yang berbeda dari luasnya daerah kekuasaan islam pada
saat itu. Maka muncullah ulama yang benar-benar tsiqohmenganai tujuh
bacaan a-Qur’an dan mereka lebih dikenal dengan sebutan ulama Qiro’ah Sab’ah.[12]
Dari pejelasan di atas penulis berpandangan bahwa peradaban islam pada
masa khalifah Usman bin Affan selain ditandai dengan perluasan wilayah dengan
kekuatan militer dan armada lautnya, memindah pelabuhan hijaz dari bandar
su’aibi ke Jeddah sehingga arus perdagangan ramai antar alaut tengah dan laut
merah, serta ditulisnya mushaf al-Usmaniyah yang menandakan keahlian tulis
menulis para sahabat pada saat itu, juga ditandai dengan usaha yang dilakukan
Usman bin Affan memperluas masjid Nabawi mencapai 160 x 150 hasta, tiang masjid
terbuat dari pualam, dinding batu yang berukir bertahta perak atap yang
melengkung serta ka’bah di mekah diberi kiswah dari mesir. Khalifah Usman juga
mendirikan lembaga administrasi negara sebagai lembaga konstitusi[13].
Usman juga membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan
mengatur pembagian air ke kota-kota.[14]
C.
Sifat-sifat
Khalifah Usman bin Affan
Pembaiatan Usman bin Affan tidak serta merta atas keberpihakan
salah satu golongan, akan tetapi pemilihan Usman didasari atas
kriteria-kreiteri khusus yakni melalui sifat-sifat beliau yang didalam hadis
Nabi saw banyak menjelaskan tentag keutamaan Usman bin Affan dengan yang lain.
Nabi saw menjelaskan sifat-sifat Usman bin Affan di dalam hadisnya
“umatku yang benar-benar pemalu adalah Usman”. Usman memiliki sifat malu yang
luar biasa dan rasa malu ini bertambah ketika bertemu dengan orang lain. Abdul
Wahab an-Najar menyebutkan sifat-sifat Usman sebagai berikut:
وكان
عثمان كريم النفس جوادا بماله سخي اليد في طاعة الله عز وجل واعلاه دينه حتي انه
بدل
في تجهيز العسرة من ماله
مالم يبدله احد فقد حهز دالك الجيش بالف بعير وخمسين فرسا
Artinya : Adapun usman adalah mulia sifatnya, dermawan,
menyerahkan hartanya untuk taat kepada Allah ‘azza wa jalla, tinggi agamanya
sampai Usman menyerahkan 10 persen dari hartanya yang tidak dilakukan oleh
orang lain. Usman juga mempersiapkan tentara dengan 1000 unta dan 500 kuda[15]. Selain sifat di atas Usman juga terkenal dengan sangat lunak,
pemaaf, murah hati, percaya, tangguh, mudah tersentuh hatinya.[16]
Beberapa sifat-sifat mulia dari khalifah Usman bin Affan menurut
penulis menjadi dasar terpilihnya Usman bin Affan menjadi khalifah. Sifat mulia
ini juga menjadi bomerang yang menjadikan khalifah Usman bin Affan terbunuh
pada saat tersebar fitnahal-Kubrayang dipropagandai oleh orang-orang
yang tidak suka kepada Usman bin Affan.
D.
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Munculnya Fitnah Al-Kubra
Khalifah Usman bin Affan pada saat menjadi khalifah telah menemui
berbagai problem. Problem ini muncul akibat proses terjadinya pembunuhan yang
dilakukan oleh Abu Lu’lu yang membunuh khalifah Umar bin Khattab. Sementara
banyak yang berpandangan bahwa terjadinya fitnah al-kubra juga tidak
lepas dari perihal perbedaan dari dua orang khalifah ini, serta langkah Usman
yang tidak sejalan dengan Umar bin Khattab.
Usman bin Affan diangkat menjadi khalifah berumur 70 tahun melalui
proses persetujuan dari dewan majelis syuro yang bersama-sama membaiat khalifah
Usman. Usman bin Affan memiliki cara tersendiri dalam menjalankan pemerintahan dan
memiliki karakter yang berbeda dengan khalifah Umar bin Khattab yang terkenal
dengan ketegasannya. Sementara khalifah Usman terkenal dengan kelembutan dan
belas kasihnya kepada orang lain terlebih kepada keluarganya.
Apabila dicermati bahwa kelembutan Usman bin Affan juga disebabkan
umur beliau yang sudah lanjut. Sangat menusiawi jika manusia yang sudah berumur
memiliki sifat-sifat yang mulia serta berkasih sayang terlebih kepada
keluarganya serta butuh dukungan dari orang-orang yang dekat kepada beliau.
Tentang keutamaan dan sifat-sifat mulia Usman bin Affan tidak
menghentikan langkah bagi orang-orang yang tetap tidak suka dan ingin
menggulingkan khalifah Usman. Ketidaksukaan orang-orang ini disebut dengan fitnah
al-Kubra yakni munculnya tuduhan miring kepada Usman bin Affan sehingga
muncul di kalangan umat ketidak percayaan kepada khalifah serta muncul niat dan
mosi tidak percaya kepada khalifah.
Menurut Murodi munculnya fitnah al-Kubrayang berakhir dengan
pemberontakan pada masa Usman bin Affan adalah sebagai berikut:
1.
Perbedaan
karakter yang dimiliki oleh Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
2.
Visi
politik Usman yang memperbolehkan kaum muhajirin untuk keluar madinah yang pada
masa khalifah Umar hal ini dilarang.
3.
Perubahan
sosial dari negara islam menjadi negara besar internasional, masyarakat semakin
komplek serta adanya generasi muslim baru, serta terjadinya pergulatan budaya
dan interaksi sosial yang mengakibatkan ambisi pribadi fanatisme kesukuan dan
golongan dan tidak patuh masyarakat kepada pemerintah.
4.
Merabaknya
kelompok saba’iyyah yang dimotori oleh Abdullah bin Saba’ ia merupakan yahudi
dari yaman dan sebagai otak dari berbagai kerusuhan dan fitnah dengan
menampilkan konsep “wasaya”[17].
Dari penjelasan ini dapat diinterpertasi bahwa munculnya fitnah
al-Kubra disebabkan isu yang ada ditengah masyarakat yakni munculnya paham
orang-orang yang membedakan karakter antara Umar bin Khattab dan Usman bin
Affan, visi politik keduanya, serta perubahan sosial masyarakat yang komplek
dan telah bersinggungan dengan budaya serta interaksi sosial yang lebih luas
yang memudahkan masyarakat untuk memisahkan diri dan tidak pecaya kepada
khalifah. Khalifah Usman juga tidak dapat melanjutkan kabijakan ekonomi yang
dilakukan Umar bin Khattab.[18]
Fitnah itu juga dipengaruhi oleh kelompok saba’iyah yang dikomandoi
oleh Abdullah bin Saba’. Dia adalah orang yahudi dari San’a Yaman yang masuk
islam namun memiliki niat tersembunyi untuk menggulingkan kekhalifahan Usman
bin Affan. Usaha yang dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ adalah dengan mengumpulkan
data kesalahan-kesalahan khalifah, membuat daftar tuduhan, mempelajari seluk
beluk kehidupan di Madinah, mempelajari titik lemah dan kekuatan, mencari
berita dari daerah dan kota-kota besar mempelajari para sahabat serta kedudukan
dan pengaruhnya.[19]
Setelah seluruh data terkumpul maka Abdullah bin Saba’ menyebarkan
fitnah keberbagai negeri seperti Kufah, Basrah, Syam, Mesir serta menggalang
kekuatan. Pada awal pergerakkan Saba’ menebarkan isu washoyaatau wasiat
yakni menyampaikan kepada masyarakat bahwa setiap Nabimempunyai seorang
penerima wasiat dan Ali adalah penerima wasiat Muhammad dan penutup para wasiat
Saba’ juga mengatakan bahwa Usman telah mengambil kedudukan Khalifah dari Ali
sebagai wari karib Rasulallah secara tidak sah.[20]Dengan
isu ini Saba’ telah menganggap tidak sahnya kekhaifahan Usman dan harus
digulingkan, hal ini diperparah dengan kondisi umat yang saat itu mudah
terprovokasi dengan isu dan turut mendukung gerakan tidak percaya kepada
khalifah Usman.
Keberhasilan Abdullah bin Saba’ juga didukung serta dipengaruhi
oleh sikap dan prilaku gubernur dan pejabat dari pihak Bani Umayah yang masa
bodoh terhadap suara kecaman, berbuat semena-mena, berprilaku superior, berlaku
lancang kepada Khalifah, mengikuti hawa nafsu, fanatik kesukuan serta mabuk
kekuasaan.[21]Prilaku-prilaku
yang menyimpang yang dilakukan oleh gubernur dan para pejabat sudah diketahi
oleh Usman serta sudah diantisipasi dengan menasehati para gubernur melalui
surat peringatan untuk tetap menjalankan pemerintahan sesuai dengan yang telah
digariskan oleh Rasulallah saw.
Usman bin Affan juga dinilai membelanjakan uang kas baitul maalsecara
boros tanpa perhitungan jika akan digunakan oleh rang-orang dari keturunan Bani
Umayah. Usman juga dianggap telah melakukan penyimpangan kebijaan-kebijakan
politik serta memlih pejabat yang dinilai urang memiliki kepribadian dan moral
yang tidak disenangi oleh masyarakat sekitar.[22]
Ketidak
stabilan kondisi politik dan sosial pada saat itu, menurut penulis menjadi
rumusan penting terhadap mudahnya tersebar isu-isu tentang khalifah Usman serta
tidak adanya kepercayaan lagi kepada khalifah. Kondisi ini sangat manusiawi
jika semua orang tidak ada atau sedikit yang percaya dengan khalifah tentu
khalifah akan mengangkat orang-orang yang memiliki hubungan darah serta masih
memiliki kerabat dengan Nabi saw dengan tujuan kerabat yang masih dapat
mempercayai khalifa dan lebih memudahkan untuk membantu langkah-langkah
strategi yang dilakukan dalam menghadapi fitnah.
E.
Peristiwa
Terbunuhnya Usman bin Affan
fitnah yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka kepada
khalifah Usman bin Affan semakin tersebar diberbagai kota. Gagasan mosi tidak
percaya kepada khalifah Usman semakin luas dan tidak pernah berhenti. Mereka
mengajak seluruh kaum muslimin untuk pergi ke Madinah menghadap kepada khalifah
untuk menyampaikan mosi tidak percaya kepada para pejabat yang diangkat oleh
Usman.
Jumlah para penyebar fitnah sekitar 1000 orang mereka menyusun
strategi dengan membagi menjadi beberapa kelompok, tugas untuk meyebar fitnah
di Mesir adalah Abdullah bin Saba’ dan al-Ghifaqi bin Harb, di Kufah disebarkan
oleh Amr bin Ashm dan Zaid bin Shaujan Al-Abdi, di Basrah disebarkan oleh
Harqus bin Zahir dan Hakim bi Jabalah Al-Abdi.[23]
Pada awalnya mereka datang ke Madinah hanya ingin menyampaikan
kepada Usman bahwa mereka meminta khalifah Usman bin Affan mengganti gubernur
dan pejabat yang menyeleweng, setelah permintaan mereka dikabulkan oleh Usman
mereka kembali ke Mesir dengan di komandoi oleh Muhammad bin Abu Bakr. Ditengah
perjalanan mereka menemukan surat yang diberi stempel atas nama Usman bin Affan
yang berisi perintah kepada Gubernur Mesir untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakr
dan kaumnya. Surat ini menjadi dasar bagi kemarahan para pemberontak dan mereka
segera meminta penjelasan kepada Usman.[24]
Sekembalinya dari mereka ke Madinah, Muhammad bin Abu Bakr bertemu Ali
bin Abi Thalib tentang alasan mereka kembali kemudian Ali menjelaskan bahwa
surat itu palsu. Namun keadaan semakin gaawat karena pemberontak Muhammad bin
Abu Bakr segera menyerbu rumah Usman bin Affan.Pada saat itu Usman berada di
dalam rumah dan rumah berliau dijaga oleh orang-orang Muhajirin dan Anshar
berjumlah 700 orang. Usman bin Affan lantas menyampaikan Nasehat kepada
pemerontak tidak dibenarkan mengalirkan darah seorang muslim,kecuali karena
tiga alasan, kafir, berzina dan membunuh.
Namun nasihat ini tidak dihiraukan oleh kaum pemberontak sehingga
mereka terus mengepung rumah Usman bin Affan selama 40 hariserta tetap bersikap
kasar kepada Usman bin Affan kemudian pemberontak dapat masuk kerumah dan
mendapati Usman sedang dalam membaca Al-Qur’an dan sedang berpuasa lalu mereka
membunuh Usman bin Affan dengan kejam.
Pada saat terjadi pembunuhan itu dimanakah para sahabat berada?
Tidak adakah bantuan dari sahabat yang menghalau pemberontak? Para sahabat
sebenarnya tidak tinggal diam bahkan menawarkan beberapa bantuan dan siap
membela, namun Usman bin Affan menolak dan hendak menyelesaikan masalah tanpa
terjadi penumpahan darah[25]
beliau juga telah mengetahui dari hadis Rasul saw bahwa Usman akan meninggal
dengan terbunuh, Usman juga mengetahui bahwa jumlah pemberontak sangat banyak
dan Usman tidak menginginkan terjadi penumpahan darah, fitnah menghendaki
adanya orang-orang yang tidak berdosa menjadi korban, dan Usman memilih
bersabar agar menjadi saksi kepada para sahabat bahwa perintahnya dan penumpahan
darahnya dengan tanpa alasan yang benar.[26]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Khalifah Usman bin Affan terpilih menjadi khalifah melalui proses
musyawarah yang dilakukan oleh dewan syura selanjutnya Usman bin Affan
dibait untuk menjadi khalifah yang ketiga. Masa kekhalifahan Usman bin Affan
selama 12 tahun dalam menjalankan pemerintahan Usman bin Affan melanjutkan
cara-cara yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab yakni memperluas daerah
kekuasaan hingga sampai ke daerah Cyprus, serta membentuk baitul al-Mal.
Peradaban pada masa khalifah Usman ditandai oleh perluasan daerah
kekuasaan dengan dibentuknya armada-armada laut yang handal sehingga dapat
mengalahkan kekuatan Romawi. Hal ini juga mengisyaratkan adanya teknologi yang
dimiliki pada saat itu cukup memadai dan sangat canggih. Selain itu peradaban
ini tandai dengan keahlian para penulis wahyu yang semakin banyak serta mampu
menghimpun Al-Qur’an dalam satu bentuk mushaf Usmaniyah. pada masa ini juga
telah dikenal pengesahan surat dengan menggunakan stempel.
Selain itu pada masa Usman bin Affan telah terbentuk lembaga
administrasi yang mengatasi masalah-masalah, serta dibentuknya bendungan yang
menahan laju air banjir serta mengatur pengaliran air ke kota-kota, pada saat
ini juga telah terjadi suatu perdagangan yang luas dan ramai antara laut tengah
dan laut merah.
Pada akhir masa kekhalifahan Usman bin Affan beliau menghadapi kaum
pemberontak yang terpengaruh dengan fitnah yang disebarkan oleh Abdullah bin
Saba’ untuk menurunkan kekhalifahan Usman bin Affan serta berusaha menyampaikan
tidak percaya kepada para gubernur dan para pejabat. Abdullah bin Saba’ orang
yang bertanggung jawab dalam penyebaran fitnah dan menyebarkan isu tentang
pemerintah nepotisme dan kebijakan yang tidak sejalan dengan apa yang telah
digariskan Rasul, Abu Bakr, Umar. Isu ini telah menyebar sampai di negeri Syam,
Kufah, Basrah, Mesir, Pada masa itu pemberontak berhasil memasuki Madinah dan
berhasil masuk ke rumah dan membunuh khalifah Usman bin Affan, pemberontak
selain membunuh khalifah Usman bin Affan juga menjarah baitul al-Mal.
B.
Saran
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyajikan makalah
namun penuis sadari dalam makalah ini masih dapat kekurangan dan perlu untuk
diperbaiki lagi. Untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun
agar dijadikan dasar dalam menyempurnakan makalah ini. Atas saran dan kritik
yang disampaikan diucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ade
Wijdan dkk, Pemikiran dan Peradaban Islam, PT. Satria Insania
Press,Yogyakarta: 2007.
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta: 2010.
Hasan
Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islam As Siyasi wa Ats Tsaqafi Wa Al-Ijtima
(Sejarah Kebudayaan Islam), PT. Kalam Mulia, Jakarta: Cet Ke-3, 2009.
Imam
As-Suyuti, Tarikh Khulafa, diterjemahkan oleh Fachry, Tarikh Khulafa:
Ensiklopedi Pemimpin Umat Islam dari Abu Bakar sampai Al-Mutawakkil, PT.
Mizan Publika, Jakarta: 2010. Cet Ket – 1
Umar
Abdul Jabbar, Khulashah Nur Al-Yakin Fi Siroti Sayyid Al-Mursalin, tt
...
Imam
Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti, Tarih Al-Khulafa’, Dar
Al-Kutub Al-Ilmiyah, Cet Ke -1, Lebanon: 2008.
Muhammad
Husain Haekal, Usman bin Affan: Antara kekhalifahan dengan Kerajaan,
diterjemahkan oleh Ali Audah, cet. Ke – 10, PT. Pustaka Litera Antar Nusa,
Bogor: 2012.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam I, PT. Kalam
Mulia, Jakarta: 2001.
Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, PT. Amzah, Jakarta:
2013.
Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, IAIN-IB
Press, Cet Ke – ii, Padang: 2002.
Muhammad
Hadi Ma’rifat, Tarikh Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Thoha Musawa, Sejarah
Lengkap Al-Qur’an, PT. Al-Huda, Jakarta: 2010.
Khalid
Muhammad Khalid, Khulafaur al-Rasul, diterjemahkan oleh Mahyudin Syah
dkk (Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakeristik Perihidup Khalifah
Rasulallah saw, CV. Dipenogoro, Bandung: 1985.
Tim
Riset dan Studi Islam Mesir, al-Mausu’ah al-Mubassirah fi al-Tarikh
al-Islami, diterjemahkan oleh M.Taufik dan Ali Nurdin, Ensiklopedi
Sejarah Islam, PT. AL-Kautsar, Jakarta: 2013.
[1]Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta:
2010. Hlm. 38.
[2]Hasan Ibrahim
Hasan, Tarikh Al-Islam As Siyasi wa Ats Tsaqafi Wa Al-Ijtima (Sejarah
Kebudayaan Islam), PT. Kalam Mulia, Jakarta: Cet Ke-3, 2009 : 486.
[3]Imam As-Suyuti,
Tarikh Khulafa, diterjemahkan oleh Fachry, Tarikh Khulafa: Ensiklopedi
Pemimpin Umat Islam dari Abu Bakar sampai Al-Mutawakkil, PT. Mizan Publika,
Jakarta: 2010. Cet Ket – 1. Hlm. 180.
[4]Umar Abdul
Jabbar, Khulashah Nur Al-Yakin Fi Siroti Sayyid Al-Mursalin, tt ... hlm.
45.
[5]Imam Jalaluddin
Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti, Tarih Al-Khulafa’, Dar Al-Kutub
Al-Ilmiyah, Cet Ke -1, Lebanon: 2008, hlm. 96
[6]Muhammad Husain
Haekal, Usman bin Affan: Antara kekhalifahan dengan Kerajaan, diterjemahkan
oleh Ali Audah, cet. Ke – 10, PT. Pustaka Litera Antar Nusa, Bogor: 2012. Hlm.
41.
[7]Jizyah adalah hak yang
diberikan kepada Allah swt untuk menuntutnya dari pada orang-orang kafir arena
mereka tunduk kepada pemerintahan Islam.
[8]Hasan Ibrahim Hasan,
Sejarah Kebudayaan Islam I, PT. Kalam Mulia, Jakarta: 2001. Hlm. 494.
Lihat juga Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, PT. Amzah, Jakarta:
2013. Hlm. 22.
[9]Maidir Harun
& Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, IAIN-IB Press, Cet Ke – ii,
Padang: 2002. Hlm. 64.
[11]Muhammad Hadi
Ma’rifat, Tarikh Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Thoha Musawa, Sejarah
Lengkap Al-Qur’an, PT. Al-Huda, Jakarta: 2010. Hlm: 225
[12]Qiro’ah Sab’ah,
Qiro’ah artinya bacaan dan sab’ah adalah menunjukkan imam-imam
yang dinisbatkan kepada tujuh ulama yang pandai tentang Qiro’ah, mereka
adalah Imam Ibnu Amir, Imam Ibnu Katsir, Imam Ashim, Imam Abu Amr, Imam
Hamzah, Imam Nafi’, Imam al-Kisa’i.
[13]Wilaela, Reinterpertasi
Sejarah Islam Klasik, Suska Preess, Pekanbaru: 2012. Hlm. 126
[14]Badri Yatim...
Op. Cip. Hlm. 39
[15]Abdul Wahab
An-Najar, Al-Khulafa Al-Rasyidin, al-Maktabah al-Syuruq al-Dauliyah, Kairo:
2009. Hlm. 264.
[16]Wilaela ....
Op. Cip. Hlm. 124-125
[17]Murodi, Rekonstruksi
Politik Umat Islam Tinjauan Historis Peristiwa ‘Am al-Jama’ah, PT. Kencana,
Jakarta: 2011. Hlm. 28-30.
[18]Ade Wijdan dkk,
Pemikiran dan Peradaban Islam, PT. Satria Insania Press,Yogyakarta:
2007. Hlm. 20
[19]KhalidMuhammad
Khalid, Khulafaur al-Rasul, diterjemahkan oleh Mahyudin Syah dkk (Mengenal
Pola Kepemimpinan Umat dari Karakeristik Perihidup Khalifah Rasulallah saw,
CV. Dipenogoro, Bandung: 1985. Hlm. 368.
[20]Muhammad Husain
Haikal... Op. Cip. Hlm. 131
[21]Khalid Muhammad
Khalid... Op. Cip. Hlm. 368
[22]Maidir Harun
dan Firdaus... Op. Cip. Hlm. 67
[23]Tim Riset dan
Studi Islam Mesir, al-Mausu’ah al-Mubassirah fi al-Tarikh al-Islami,
diterjemahkan oleh M.Taufik dan Ali Nurdin, Ensiklopedi Sejarah Islam,
PT. AL-Kautsar, Jakarta: 2013. Hlm. 161
[25]Ibnu Kasir, Op.
Cip. Hlm. 402
Choose EmoticonEmoticon