Ada seorang lelaki ahli ibadah (abid) telah menghabiskan waktunya selama empatpuluh tahun hanya beribadah kepada Allah tanpa sedikitpun melakukan kemaksiatan. Bahkan ia tidak pernah berfikir meminta sesuatu kepada Allah dengan ibadahnya itu, karena ia melaksanakannya benar-benar ikhlas karena Allah. Tetapi di suatu malam, tiba-tiba saja muncul suatu keinginan untuk meminta, dan ia langsung berkata dalam munajatnya, “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku bidadari yang telah Engkau sediakan (janjikan) untukku di akhirat kelak!!”
Tiba-tiba dinding mihrabnya (tempat ibadahnya) terbelah dan muncul seorang wanita yang sangat cantik memikat, begitu cantiknya sehingga akan menjadi fitnah jika wanita ini (yang sebenarnya adalah bidadari) muncul di tengah-tengah masyarakat manusia di dunia ini. Tiba-tiba wanita itu berkata, “Wahai hamba Allah, engkau mengeluh kepada Tuhanmu sedangkan Dia telah mengetahui keluhanmu (tanpa engkau mengucapkannya). Dan Tuhanmu telah memenuhi harapanmu dan menghalaukan ujian-ujian untukmu. Dan Allah mengutusku menemuimu untuk menjinakkan hatimu. Tahukah engkau, bahwa setiap harinya sepanjang malam engkau beribadah, aku berbisik kepadamu. Jika saja engkau bisa mendengar bisikanku, pastilah malam-malammu menjadi lebih mengasyikkan!!”
Lelaki ahli ibadah itu berkata, “Wahai wanita, siapakah engkau ini??”
Wanita itu berkata, “Aku adalah bidadari yang disediakan Allah untukmu di akhirat kelak!!”
Lelaki itu berkata lagi, “Berapa banyak istriku yang seperti engkau ini??”
“Seratus orang, dan setiap orangnya mempunyai seratus pelayan….!!”
Tampak sekali lelaki ahli ibadah itu terkagum-kagum, kemudian berkata, “Apakah ada orang yang diberi lebih banyak daripada aku ini??”
Bidadari itu tersenyum dan berkata, “Wahai orang yang miskin, tentu saja ada dan banyak sekali!! Pemberian yang diberikan kepadamu ini adalah pemberian bagi seseorang yang banyak berbuat dosa, kemudian membaca istighfar, dan Allah memberikan ampunan kepadanya. Dan ia terus menerus membaca istighfar setiap terbenamnya matahari sehingga Allah tak henti-hentinya melimpahkan ampunan kepadanya!!”
Tiba-tiba bidadari itu lenyap dari pandangannya dan dinding mihrabnya kembali seperti sediakala. Lelaki itu makin meningkatkan ibadahnya kepada Allah dan tidak henti-hentinya membaca istighfar. Karena ternyata keinginannya yang sekali itu telah dianggap sebagai keluhan, dan menjadikan dirinya ‘sejajar’ dengan orang-orang yang banyak berdosa dan diterima taubatnya oleh Allah, walau selama ini ia tidak banyak berbuat maksiat.
Choose EmoticonEmoticon