Alquran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan Lisanun Arobiyyun, yang dengan demikian tidak boleh di Jerman-jermankan, tidak boleh di Jawa-jawakan, tidak boleh di Spanyol-spanyolkan. Itu karena lisan arobi tadi. Demikian dijelaskan Buya Yahya, Ulama kharismatik asal Cirebon dalam sebuah ceramahnya baru-baru ini.
Buya menambahkan, yang dimaksud dengan lisan Arabi ini adalah sesuai dengan aturan dalam bahasa Arab yang selama ini dikenal dengan ilmu tajwid dan ilmu qira’ah.
"Jadi ini tentang memberikan hak-hak hurufnya, makharijul hurufnya, tentang madnya, tasydidnya, membaca Alquran asalkan memenuhi hak huruf-hurufnya (makharijul huruf) maka itu semua tentang lisan Arabi. Maka, semua bacaan yang bertentangan dengan tajwid dan ilmu qira'ah tidak diperkenankan," jelasnya
Pengasuh Lembaga Pendidikan Dakwah Al Bahjah Cirebon ini mencontohkan, ketika membaca Qul Huwallahu Ahad dengan tajwid yang benar, maka itulah yang disebut lisan Arabi, bukan lagu Jerman, bukan lagu Arab.
"Jika Alquran diikutkan lagu, dan lagu itu ada panjangnya sendiri, apakah itu dandanggulo, dan sebagainya. Nah, Alquran disesuaikan dengan lagu itu, ya ini yang merusak. Pasti salah," tegasnya.
Kembali Buya mencontohkan, anggap saja lagu garuda pancasila, Alquran dibaca dengan langgam Garuda Pancasila ya rusak! "Haram hukumnya, ini yang jadi masalah," katanya.
Dijelaskannya, jika Alquran disenandungkan dengan lagu yang ada, makanya Alquran ikut lagu. "Kalau Alquran dibaca cara Jepang karena lidahnya berbeda atau Jawa karena memangnya logatnya seperti itu, selama hurufnya terpenuhi ya tidak apa-apa. Cuma yang kemarin itu diikutkan lagu, itu yang jadi masalah," pungkasnya.
red: adhila
sumber: youtube/nugarislurus
Buya menambahkan, yang dimaksud dengan lisan Arabi ini adalah sesuai dengan aturan dalam bahasa Arab yang selama ini dikenal dengan ilmu tajwid dan ilmu qira’ah.
"Jadi ini tentang memberikan hak-hak hurufnya, makharijul hurufnya, tentang madnya, tasydidnya, membaca Alquran asalkan memenuhi hak huruf-hurufnya (makharijul huruf) maka itu semua tentang lisan Arabi. Maka, semua bacaan yang bertentangan dengan tajwid dan ilmu qira'ah tidak diperkenankan," jelasnya
Pengasuh Lembaga Pendidikan Dakwah Al Bahjah Cirebon ini mencontohkan, ketika membaca Qul Huwallahu Ahad dengan tajwid yang benar, maka itulah yang disebut lisan Arabi, bukan lagu Jerman, bukan lagu Arab.
"Jika Alquran diikutkan lagu, dan lagu itu ada panjangnya sendiri, apakah itu dandanggulo, dan sebagainya. Nah, Alquran disesuaikan dengan lagu itu, ya ini yang merusak. Pasti salah," tegasnya.
Kembali Buya mencontohkan, anggap saja lagu garuda pancasila, Alquran dibaca dengan langgam Garuda Pancasila ya rusak! "Haram hukumnya, ini yang jadi masalah," katanya.
Dijelaskannya, jika Alquran disenandungkan dengan lagu yang ada, makanya Alquran ikut lagu. "Kalau Alquran dibaca cara Jepang karena lidahnya berbeda atau Jawa karena memangnya logatnya seperti itu, selama hurufnya terpenuhi ya tidak apa-apa. Cuma yang kemarin itu diikutkan lagu, itu yang jadi masalah," pungkasnya.
red: adhila
sumber: youtube/nugarislurus
suara-islam.com
Choose EmoticonEmoticon