BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama bangsa-bangsa yang tersebar di
pertengahan bumi, yang terbentang dari tepi laut Afrika sampai tepi laut
Pasifik Selatan, dari padang rumput Siberia sampai ke pelosok kepulauan Asia
Tenggara,[1] tidak
terkecuali Singapura. perkembangan Islam di Singapura telah lama ada dan
jauh sebelum negeri itu sendiri berdiri. Singapura merupakan Negara yang
termasuk kawasan yang minoritas umat islamnya, sama halnya seperti Thailand dan
Filiphina yang merupakan satu kawasan di Asia Tenggara.
Wajah Islam di Singapura tidak jauh berbeda dengan
wajah di negeri jiran-nya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktik ibadah
maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Sedikit banyak, hal ini tidak lain
dipengaruhi oleh sisa warisan Islam Malaysia, ketika negeri kecil itu resmi
pisah dari induknya, Malaysia, pada tahun 1965. Sangat menarik jika
membicarakan dan membahas Negara Singapura ini.Terlebih jika dihubungkan dengan
umat Islam-nya yang minoritas yang terus berkembang. Untuk itu di makalah ini
akan dibahas dan diuraikan perkembangan peradaban Islam khusus pada aspek
pendidikan di Negara Singapura.
B. Rumusan Masalah
Dari
penjelasan di atas rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimana
sejarah awal Islam di Singapura?
- Bagaimana
perkembangan peradaban Islam di Singapura?
- Bagaimana
perkembangan pendidikan masyarakat
Islam di Singapura saat ini?
C.
Tujuan
Penulisan
Dari
rumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui sejarah awal masuknya Islam di Singapura
2. Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan peradaban Islam di Singapura
3. Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan pendidikan masyarakat Islam di Singapura saat
ini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Awal Islam di Singapura
1.
Sejarah
Singkat Singapura
Singapura, adalah sebuah desa nelayan
Melayu.Terbukti tempat ini menjadi luar biasa bermanfaat untuk memancing karena
terletak di mulut sungai Singapore. Ini terjadi sebelum pendudukan Eropa tetapi
sekarang Singapura dikenal dengan jelas sebagai negara kota pulau. Banyak suku
asli dan cerita rakyat hidup di daerah perbatasan pulau dan sungai . Sejarah
menyatakan bahwa British East India
Company yang dipimpin oleh Sir Stamford Raffles telah mendirikan sebuah
tempat perdagangan di pulau yang menjadikan Singapura sebagai pusat komersial
paling makmur pada tahun 1989. Kekuatan militer Singapura, di bawah British
East India Company juga menjadi unggul . Kekuatan militer sebuah negara identik
dengan kekuatan negara. Hal ini membuat Singapura sebagai pusat dari modernitas
itu sendiri yang ditentukan melalui keberhasilan komersial dan kekutan militer.
Secara berkelanjutan, Singapura dahulu merupakan inti dari hegemoni Inggris di
Asia Tenggara.
Pada tahun 1965 Singapura menjadi negara yang independen
dan bergabung dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa pada 9 Agustus 1965.
Belakangan, Singapura di tahun 1965 secara resmi menjadi bagian dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September. Sejak, kemerdekaannya
Singapura telah berhasil lolos dari belenggu hegemoni dan standar hidup mereka
telah meningkat secara drastis.
Saat ini, Singapura berada di daftar teratas bagi
wisatawan yang mencari surga di bumi. Investasi langsung asing meningkat dan
peningkatan minat untuk memenuhi standar industri internasional telah merubah
Singapura menjadi pusat daerah industri, pos perdagangan, pendidikan, urbanitas
dan modernitas. Singapura hari ini membanggakan keunggulan fasilitasnya yang
mengundang banyak orang datang dari berbagai negara dan dari semua jalan-jalan
kehidupan. Perencanaan Industri dijabarkan ke dalam pelaksanaan oleh Albert
Winsemius, ekonom Belanda dan Singapura meperoleh keuntungan dari perencanaan
sosial dan ekonomi yang rapi. Berdasarkan peringkat GDP , Singapura adalah
negara ke 5 termakmur di dunia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dana
ekonomi Singapura telah diperas beberapa miliar dari cadangan resmi dengan izin
Presiden sebagai bagian dari paket ketahanan pada 5 Februari 2009 di bawah
bimbingan Menteri Keuangan Singapura, Tharman Shanmugaratnam. Cadangan resmi
Singapura sendiri mencapai US $ 170,33 miliar. Menurut sebuah survei ekonomi
Singapura menduduki peringkat 10 sebagai kota paling mahal untuk hidup di
dunia. Ini adalah akibat dari penduduk yang dinamis dan kosmopolitan di Singapura
yang hidup dalam keselarasan dan kekayaan dengan orang Cina lokal yang
membentuk etnis mayoritas.[2]
2.
Lepasnya
Singapura dari Melayu
Kehidupan politik Melayu mengalami perubahan besar
setelah terjadi perang dunia kedua. Hal ini bukan disebabkan oleh gerakan oposisi
nasionalis terhadap pemerintahan inggris, akan tetapi disebabkan oleh
penyerahan kekuasaan Inggris kepada aristokrasi Melayu dan pembentukan negara
Melayu yang merdeka yang diperintah oleh elite tradisionalnya. kemerdekan
Melayu bermula pada tahun1946, dengan rencana Inggris membentuk sebuah kesatuan
Melayu yang digabungkan atau dengan melepaskan beberapa negarakesultanan
Melayu, Singapura dan Penang.[3]
Pihak Inggris bermaksud mengakhiri sejumlah
kesultanan dan membentuk sebuah pemerintahan pusat untuk seluruh wilayah
tersebut, dan memberikan kesempatan kepada imigran Cina dan India untuk
mengakses kekuasaan politik.Rencana tersebut dengan serta merta ditentang oleh
aristokrasi Melayu, yang pada tahun 1946 membentuk organisasi kesatuan nasional
Melayu. Perlawanan yang sangant kuat tersebut memaksa pihak Inggris
memodifikasi rencana mereka pada tahun 1948 diganti dengan sebuah
pemerintahanFederasi Melayu dengan tetap mempertahankan keberadaan sejumlah
pemerintahan kesultanan Melayu dan menjamin supremasi kepentingan warga Melayu.
Meskipun demikian, pemerintahan federasi ini
mendapat serangan dari partai Komunis Melayu, yang sebagian besar didukung oleh
pekerja Cina.Partai Komunis melayu mengorganisir perlawanan anti Jepang pada
tahun 1940-an. Setelah peperangan ini melancarkan gerakan gerilya terhadap
pemerintahan gerilya terhadap pemerintahan federasi yang baru dan terhadap
kelangsungan pengaruh Inggris yang terkandung dalam pemerintahan
tersebut.Akibatnya terjadi persekutuan antara organisasi kesatuan nasional
melayu, asosiasi warga Cina dan asosiasi warga India-Melayu.
Pada tahun 1957 terbentuk Negara Melayu merdeka
dengan dukungan dari para pejabat Melayu, para pedagang Cina dan intelektual
India di bawah pimpinan Tunku Abdul Rahman.Di dalam konstitusi yang baru,
dominasi warga Melayu dalam pendidikan dan birokrasi pemerintahan dan dominasi
warga non-Melayu dalam perekonomian dikukuhkan.
Islam ditetapkan sebagai agama resmi Negara Melayu,
bahkan kebebasan beribadah mendapatkan perlindungan.Periode sepuluh tahun
berlangsung dengan ketentraman sebelum bahasa Melayu menggantikan bahasa
Inggris, Cina, dan bahasa Tamil di sekolah-sekolah pemerintah.Dan pada tahun
1963 federasi Melayu diorganisir kembali untuk memasukkan wilayah Borneo Utara
dan Singapura.Akan tetapi Singapura melepaskan diri pada tahun1965 [4] dan
federasi ini secara resmi dirubah namanya menjadi Malaysia.[5]
3.
Awal
Masuknya Islam di Singapura
Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari
datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak
beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia
Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari
Zaman T’-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat
adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita
Marco Polo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur
Sultan Malik as Saleh tahun 1292.[6] Adapun
Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam
Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang.
Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya.
Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknya migran asli atau paling
awal.[7]
Pendapat lain mengatakan bahwa sampai sekarang belum ditemukan bukti-bukti yang
jelas kapanpertama Islam masuk ke Singapura, tapi berdasarkan perkiraan sezaman
dengan masa-masa aktifnya para pedagang muslim berada di Malaka. Karena pada
abad ke-8 para pedagang muslim ini telah sampai ke Kanton, China, yang
kemungkinan besar akan singgah di pulau-pulau yang telah berpenduduk di
semenanjung tanah Melayu. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi adalah salah salah
satu pedagang muslim yang berjasa menyebarkan Islam di tanah Melayu.[8]
Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak
kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang
bejudul Making Modern Muslim: The
Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah
tahun 1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan.
Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November
1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum
mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia
Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan melaksanakan haji dalam
jumlah yang besar.[9]
B. Perkembangan Peradaban Islam di
Singapura
1.
Perkembangan
Lembaga Islam di Singapura
Ada 15 persen penduduk Singapura yang Muslim.
Sebagian besar orang adalah Melayu. Pengikut lain termasuk dari komunitas
India dan Pakistan serta sejumlah kecil dari Cina, Arab dan Eurasia. 17 persen
dari Muslim di Singapura berasal dari India. Sementara mayoritas Muslim di
Singapura secara tradisional adalah Muslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi'i,
ada juga Muslim yang mengikuti mazhab Hanafi serta sedikit Muslim Syiah.
Islam di Singapura tidak bisa dipisahkan dari
sejarah kolonial. Pada tahun 1915, penguasa kolonial Inggris mendirikan Dewan
Penasihat Islam. Dewan ini bertugas untuk memberikan nasihat kepada penguasa
kolonial mengenai hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam dan
adat-istiadatnya. Singapura sudah terkenal sebagai negara yang menjembatani
kepentingan Yahudi di Asia Tenggara. Tidak heran jika kemudian negeri ini
menjadi “basis” Yahudi di kawasan ini.[10]
Seperti di negara-negara sekuler lainnya, Islam di
Singapura tidak mendapatkan tempat yang cukup. Misalnya saja, tidak boleh ada
kumandang adzan. Seseorang boleh melakukan adzan di masjid, namun suaranya tak
boleh keluar dari masjid. Ini yang diberlakukan oleh MUIS (Majelis Ugama Islam
Singapura) sebuah lembaga semacam MUI di Indonesia yang memegang penuh otoritas
beragama Islam di sini.
Apa alasannya? Ini supaya orang non-muslim yang
mayoritas tidak terganggu. Tak ada usaha dari MUIS untuk melakukan protes dan
aksi untuk memperbaiki keadaan ini Tapi, hal ini tidak berlaku di wilayah
Masjid Sultan salah satu masjid tertua di Singapura. Di sekitar Arab Street
ini, adzan boleh dikumandangkan lewat speaker, dan menjalankan
fungsinya sebagai pengingat dan pemanggil.
Saat ini di Singapura terdapat 69 masjid. Semua
masjid ini dibawah admistrasi MUIS sepenuhnya. Di Singapura terdapat 6
madrasah yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan.
Berikut ini keenam madrasah tersebut.
a. Madrasah
Al-Arabiah Al-Islamiah.
b. Madrasah
Al-Irsyad Al-Islamiah.
c. Madrasah
Aljunied Al-Islamiah.
d. Madrasah
Al-Maarif Al-Islamiah (khusus putri).
e. Madrasah
Alsagoff Al-Arabiah (khusus putri).
f. Madrasah
Wak Tanjong Al-Islamia.
Pada 1966, parlemen mengesahkan Administration of the Muslim Law Act (AMLA).
Undang-undang yang mulai berlaku pada 1968 tersebut menetapkan kewenangan dan
yurisdiksi tiga lembaga Islam,
yaitu Islamic Religious Council of
Singapore atau Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), Syariah Court, dan
Registry of Muslim Marriages (ROMM).[11]
a.
Islamic
Religious Council of Singapore
Islamic Religious Council of Singapore atau
Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) merupakan badan yang memiliki peran
penting dalam urusan agama Islam. Fungsi dan tugas Majlis Ugama Islam Singapura
sebagai berikut.
1) Memberi
saran kepada presiden Singapura dalam
masalah-masalah yang berkaitan dengan agama Islam di Singapura.
2) Mengurusi
masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan kaum muslimin di Singapura,
termasuk urusan haji dan sertifikasi halal.
3) Mengelola
wakaf dan dana kaum muslimin berdasarkan undang-undang dan amanah.
4) Mengelola
pengumpulan zakat, infak, dan sedekah, untuk
mendukung dan mensyiarkan agama Islam atau untuk kepentingan umat Islam
5) Mengelola
semua masjid dan
madrasah di Singapura.
b. Syariah Court
(Pengadilan Syariah)
Pada 1880, pemerintah kolonial Inggris mengeluarkan
peraturan tentang pernikahan pemeluk
Islam, yakni Mahomedan Marriage Ordinance.
Ordonansi ini mengakui status hukum pribadi kaum muslim di
Singapura.
Pada 1958, berdasarkan Muslim Ordinance (Ordonansi Muslim) 1957, didirikan Syariah Court (Pengadilan Syariah),
dengan kewenangan mendengarkan
dan memutuskan perselisihan yang berkaitan dengan pernikahan dan kasus
perceraian pemeluk Islam.
Pengadilan ini menggantikan peran kadi (hakim Islam)
yang sebelumnya berwenang memberi keputusan dalam kasus perceraian dan warisan
dengan mengikuti tradisikelompok
etnik tertentu atau penafsiran mereka terhadap hukum Islam.
c. Registry
of Muslim Marriages (ROMM)
Registry of Muslim Marriages bertugas mencatat
pernikahan pasangan muslim (keduanya muslim). Pernikahan pasangan berbeda
agama dicatat pada Registry of Marriages.
Sebelumnya, registrasi pernikahan umat Islam juga
perceraian, dilaksanakan dalam satu unit, yakni Syariah
Court. Registry of Muslim Marriages semula berkantor di sebuah rumah peristirahatan di Fort
Canning, kemudian pindah ke Canning Rise pada 1983
2.
Model
Pendidikan Islam di Singapura
Sejarah awal munculnya pendidikan
Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan
islam telah ada pada pase awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri.
Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri
lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India.
Para ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku
Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin
Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta),
Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa Husain (Purba Baru
Tapanuli), Syaukh Muhammad jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di Negara
lain, pendidikan agama Islam di Singpura dijalankan mengikuti tradisi dan
system persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam
berdasarkan system persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di
Indonesia.
Adapun system modern adalah melalui
system sekolah yang merujuk ke
Mesir dan Barat, yang dikenal dengan madrasah, sekolah arab atau sekolah agama.
Ada empat madrasah terbesar di Singapura sampai saat ini, yaitu :
d. Madrasah
al-Junied al-Islamiyyah, didirikan pada bulan muharam 1346H (1927M) oleh
pangeran Al-Sayyid Umar bin Ali al-Junied dari Palembang. Mata pelajaran yang
diajarkan dimadrasah ini adalah ilmu Hisab, Tarikh, Ilmu Alam, Bahasa Melayu,
Bahasa Inggris, Sains, Sastra Melayu dan mata pelajaran lainnya.
e. Madrasah
al-Ma’arif, didirikan pada tahun 1940-an. Pengasuh madrasah ini adalah lulusan
universitas al-Azhar, Mesir dan dari kawasan Asia Barat.
f. Madrasah
Wak Tanjung Al-Islamiyyah, didirikan pada tahun 1955
g. Madrasah
Al-Sago (atau Al-Saqaf), didirikan pada tahun 1912 diatas
tanah yang diwaqafkan oleh Sed Muhammad bin Sed Al-Saqof.
Pada kenyataannya, kemajuan
sebuah Negara tidak lepas dari kondisi geografis dan keadaan pendidikannya.
Pendidikan merupakan standarisasi penilaian secara tidak langsung yang dapat
menjadi pertimbangan dalam mengkategorisasikan maju tidaknya sebuah Negara.
Demikian pula halnya Negara Singapura, dilihat dari factor
pendidikan tekanan bagi kaum muslim dan melayu di Singapura sungguh-sungguh
nyata.
Ini terlihat dari meningkatnya
pendidikan dan kemajuan ekonomi yang telah dicapai orang-orang singapura
lainnya khususnya orang-orang Cina yang mayoritas dinegara itu. Tekanan
tersebut nampak nyata dalam tulisan-tulisan dan studi-studi yang dilakukan
komunitas Muslim-Melayu sepanjang tahun 1980-an. Dilatarbelakangi sensus
penduduk 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang Melayu Singapura tertinggal di
belakang etnis lain, dalam status social ekonomi, diskursus public kembali
diaktifkan organisasi-organisasi muslim seperti Majlis Pusat untuk menggerakan
pesan bahwa jalan keluar bagi kaum muslim adalah meningkatkan
pendidikan dan kompetensi professional. Sejalan dengan seruan itu adalah
himbauan dari pemimpin-pemimpin muslim dan aktifitas-aktifitas yang
berorientasi islam agar menanggulangi status social ekonomi mereka dalam
kerangka dan prinsip-prinsip islam.
Sejauh menyangkut masalah
pendidikan walau sejak tahun 1970-an pesan pentingnya pendidikan (khususnya
pendidikan tinggi) sebagai katalis bagi kehidupan yang lebih layak bagi etnis
melayu telah disuarakan oleh organisasiorganisasi Melayu, kembali di
intensifkan pada tahun 1981. Pada tahun
itu pula didirikan majelis pendidikan anak-anak (MENDAKI) yang mengarahkan kegiatannya
pada masalah pendidikan bagi anak-anak muslim.
Pemimpin melayu muslim sangat berhasil dalam menarik dukungan yang
besar, bukan hanya dari perhimpunan-perhimpunan atau kelompok-kelompok
Melayu-muslim, tapi juga dari pemerintah. Status majlis itu kemudian meningkat
menjadi yayasan tahun 1982 setelah majelis sukses melaksanakan ‘Kongres tentang
Pendidikan Anak-Anak
Muslim’, suatu kesempatan dimana Perdan Menteri menyampaikan suatu key note
addres
Disamping itu pembentukan
MENDAKI juga mempercepat kehadiran dan
publikasi bahan-bahan dan karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi
minoritas di Singapura. Walaupun karya-karya dalam bentuk buku masih langka,
tersedia makalah-makalah yang disajikakan dalam seminar dan
konferenaikonferensim dan artikel-artikel yang dipublikasikan oleh MENDAKI dan
lembagalembaga muslim lainnya seperti MUIS dan JAMIYYAH. MENDAKI misalnya,
menerbitkan a collection of mendake
papers (1982), suatu kompilasi dari sekitar sepulus proyek yang mencakup
bermacam-macam masalah yang berkaitan dengan pendidikan bagi kaum muslim, dan
MUIS menerbitkan jurnal yang pertama kali tentang masalah-masalah kaum muslim
di Singapura, fajar islam tahun1988. Fajar islam diterbitkan, menurut
editornya, dengan tujuan untuk memahami perkembangan social ekonomi dan politik
yang mempengaruhi kaum muslim Singapura dan menelaahnya secara cermat, obyektif
dan analitik.
Mencermati masalah
keterpurukan pendidikan minoritas muslim (Melayu)
dari etnis Cina (non islam lain) di Singapura, terlihat bahwa etnis Cina
cenderung
memiliki prestasi pendidikan, dimana dengan terdapatnya halangan dan rintangan
dalam pencapaian stabilitas sosio ekonomi seseorang individual melalui
pendidikan Singapura periode 1959-1980, dimana kondisi ekonomi etnis Cina
memang sudah mapan sebelum perang, akan diwarisi anak-anak mereka, sehingga
pendidikan mereka juga cenderung lebih tinggi dan lebih mapan, ditambah lagi
basis bahasa inggris yang mereka kuasai.
Hal semacam ini, justru
terdapat bagi kebanyakan etnis melayu (muslim),
karena pada periode 1960-1970 an, 60% perhasilan perkapital penduduk melayu
tergolong ekonomi lemah (rendah), sementara Cina hanya 40% terkategorikan
penduduk miskin.Kondisi dan akta ini, tentunya tercermin pula dalam penyaluran
pendidikan di antara anak-anak muslim dengan etnis cina dalam rangka memasuki
sekolah menengah. Pada tahun 1983 60% pelajar-pelajar melayu disalurkan
kealiran sekolah rendah (biasa), sedangkan etnis cina sebanyak 40%. Selain
jurang ekonomi yang mempengaruhi semua penduduk singapura terdapat factor lain
yang unik kepada orang melayu dan menyababkan merekan lebih rugi dari pada
orang cina.
Tahun 1965, kurang lebih 50%
pelajar melayu mendaftarkan diri dalam program pendidikan yang diajar dalam
bahasa melayu. Sungguhpun pendidikan inggris cepat sekali menjadi popular
setelah kemerdekaan singapura dari Malaysia pada 1965, para pelajar yang
mulanya berbasis melayu, terpaksa mengundurkan diri. Sedangkan para pelajar
melayu yang layak dan cukup kredibel dalam memasuki pendidikan menengah
dipindahkan kealiran inggris dimana merekan tidak mempunyai persediaan dan
kesiapan dari segi bahasa. Bagi sebagian kecil pelajaran Melayu yang layak ke
Universitas banyak yang bingung dalam mengambil atau memperdalamilmu mereka
melalui kursus-kursus professional dan sains yang semuanya diajar dalam bahasa
inggis.
Mereka sama sekali tidak
diperkenangkan untuk mengambil kursus-kursus itu, sehingga ketika
mereka telah tamat dari Universitas dan ingin berkerja dengan melamarkan Ijazah
yang mereka peroleh, sering kali peluang bagi para siswa aliran Melayu mendapat
perlakuan yang kurang adil. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh etnis Cina,
mereka juga diperlakukan sebagaimana etnis Melayu, akan tetapi keunggulan Cina
dari Melayu adalah mereka memiliki alternalif yang dapat menjembatani anak-anak
mereka untuk bekerja di sektor-sektor ekonomi yang menggunakan bahasa Cina.
Selain faktor-faktor ekonomi yang
etnis yang menjelaskan prestasi pelajarpelajar Melayu dibidang pendidikan
kiranya masih perlu dikaji menurut golongan etnis apakah kelemahan prestasi
pendidikan pelajar-pelajar Melayu berbeda jauh dari orang-orang Cina yang
berpuncak dari factor-faktor dalam budaya melayu sendiri. Dikalangan setengah
elit Melayu pemerintah dan orang Cina sungguh-sungguh percaya bahwa orang
melayu kurang kuat berkerja dan kurang berorientasikan pencapaian dalam
pendidikan dan dalam ekonomi secara umum dari pada orang Cina. Nilai-nilai
budaya yang tidak sesuai adalah sebab kenapa prestasi pendidikan dan ekonomi
mereka lemah.
Budaya orang Cina dan budaya Melayu
memiliki perbedaan dalam menata
pola urusan rumah tangga. Dalam budaya Cina, nilai pendidikan bagi anak sangat
dijunjung tinggi. Oleh karenanya pendidikan anak-anak mereka harus diutamakan
dan diperhatikan secara serius, walau anak juga dilibatkan dalam urusan usaha
menghasilkan uang atau peningkatan ekonomi keluarga. Mungkin hal ini pula yang
memicu semangat orang-orang Cina untuk lebih berdikari dan lebih tinggi
semangat kemandiriannya jika dibandingkan dengan orang-orang Melayu. Semangat
kerja ini, akhirnya mendarah daging dalam menempuh jalur pendidikan sehingga
dibidang pendidikan pun, etnis Cina terlihat lebih unggul dari pada etnis
melayu. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya
dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju
dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam
agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Saat ini, tidak kurang dari sepuluh
LSM, di antaranya adalah: Association
of Muslim Professionals (AMP), Kesatuan Guru-Guru Melayu Singapura (KGMS), Muslim Converts Association (Darul
Arqam), Muhammadiyah, Muslim
Missionary Soceity Singapore (Jamiyah), Council for the Development of Singapore Muslim Community
(MENDAKI), National University Singapore
(NUS) Muslim Society, Perdaus
(Persatuan dai dan ulama Singapura), Singapore
Religious Teachers Association (Pergas), Mercy Relief (Center for Humanitarian), International Assembly of Islamic Studies (IMPIAN), dan Lembaga
Pendidikan Alquran Singapura (LPQS).
Seluruh lembaga dan sistem
manajemen profesional ini ditujukan bukan
saja pada terbentuknya kualitas muslim dan komunitas Islam yang maju, moderat
dan progresif, tetapi juga potret yang mampu berkompetisi dan meningkatkan
citraIslam di tengah pemandangan global yang kurang baik saat ini. Model
demikian inilah yang kini terus diperjuangkan agar Islam yang rahmat menjelma
dalam kehidupan masyarakat Singapura.
C. Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam
di Singapura Saat Ini
Saat Negara Singapura termasuk
ketat dan cukup keras kepada para aktivis Islam. Mereka tak segan-segan
mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap
perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di Singapura pun otomatis tidak
banyak. Dengan perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini
tak bisa berkembang terlalu banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di
sana pun berdiam diri. Hingga adzan bisa berkumandang di
Singapura. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup
berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen
dari jumlah penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah
penduduk keseluruhan).
Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau
lebih dikenal sebagai muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77
persen, dan India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan
pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas diri,
agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman.
Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan
madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi diambilkan dari dana ZIS wakaf
tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan
dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski
juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan
LSM
Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi
dan peningkatan kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia
juga tampak jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan
lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan Islam
(madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat
keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam (sebanyak enam buah, seluruhnya di
bawah naungan MUIS), sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu
agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad
Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah,
madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah
Wak Tanjong Al-Islamiah.
Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari
pukul 08.00 hingga 14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum
dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di
setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem
pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet,
setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan
modern. Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap
hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet.
Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah
(SMU). Untuk perguruan tingginya hingga kini belum ada.
Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah
kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja
di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah
dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di
negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan
pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM)
juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam
negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti
berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-okoh Islam
di Singapura mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga
pada saat ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan
formal dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D. [12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan :
1.
Singapura dulu adalah sebuah desa nelayan Melayu. Tempat
ini menjadi luar biasa bermanfaat untuk memancing karena terletak di mulut
sungai Singapore. Ini terjadi sebelum pendudukan Eropa tetapi sekarang
Singapura dikenal dengan jelas sebagai negara kota pulau. Banyak suku asli dan
cerita rakyat hidup di daerah perbatasan pulau dan sungai Kata etika mempunyai
persamaan kata, yaitu moral, etiket dan norma.
2.
Sampai sekarang belum ditemukan bukti-bukti yang jelas
kapan pertama Islam masuk ke Singapura, tapi berdasarkan perkiraan sezaman
dengan masa-masa aktifnya para pedagang muslim berada di Malaka. Karena pada
abad ke-8 para pedagang muslim ini telah sampai ke Kanton, China, yang
kemungkinan besar akan singgah di pulau-pulau yang telah berpenduduk di
semenanjung tanah Melayu. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi adalah salah salah
satu pedagang muslim yang berjasa menyebarkan Islam di tanah Melayu khususnya
di Singapura.
3.
Di Singapura sudah ada madrasah yang
berkembang yang dikelola olh Kementrian Pendidikan, madrasah tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Madrasah
Al-Arabiah Al-Islamiah.
b. Madrasah
Al-Irsyad Al-Islamiah.
c. Madrasah
Aljunied Al-Islamiah.
d. Madrasah
Al-Maarif Al-Islamiah (khusus putri).
e. Madrasah
Alsagoff Al-Arabiah (khusus putri).
f. Madrasah
Wak Tanjong Al-Islamia.
B.
Saran
Makalah yang penulis buat
ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi buku reperensi, penulisan apalagi
kata-kata yang tidak terurai dengan baik. Penulis mengharap kritikan dan
masukan dari pembaca untuk perbaikan makalah ini kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
Asep
Ahmadi Hidayat, dkk. Studi Islam di Asia
Tenggara, Bandung:Pustaka Setia,
2014
Ajid
Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2009
Ghufron
A. Mas’udi, Sejarah Sosial Umat
Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000
Iik Arifin Mansurnoor dan Dadi
Damadi, “Minoritas Islam”
dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2002
Musthafa dan Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
Bandung: Pustaka Setia, 1998
Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional Indonesia, jilid III
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islaam di Asia Tenggara, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2010
[1] Ghufron A. Mas’udi, Sejarah Sosial Umat Islam, terj. Ira M.
Lapidus (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.7
[2] http://www.anneahira.com/sejarah-singapura.htm akses pada 06-01-15
[3] Ghufron A. Mas’udi, Op Cit., hlm. 355
[4] Pada tahun 1965 Singapura
menjadi negara yang independen dan bergabung dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa
pada 9 Agustus 1965.Belakangan, Singapura di tahun 1965 secara resmi menjadi
bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September.Sejak,
kemerdekaannya Singapura telah berhasil lolos dari belenggu hegemoni dan
standar hidup mereka telah meningkat secara drastis
[5] Malaysia Negara federasi
mencapai kemerdekaannya pada tanggal 31 Agustus 1957. Persekutuan atau federasi
Malaysia terdiri negeri (Negara bagian) Johor, Malaka, negeri Sembilan, Pahang,
Pulau Pinang, Perak, Perlis, Selangor, Trengganu dan negeri-negeri Borneo yaitu
Sabah dan Sarawak
[6] Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional Indonesia, jilid III
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975) hlm. 110
[7] Iik Arifin Mansurnoor dan
Dadi Damadi, “Minoritas Islam”
dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002) hlm. 458
[8]
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2009),hlm. 379
[9] http://ibnuhazm57.blogspot.com/2012/10/islam-di-singapura.html akses pada 06-01-15
[10]
Musthafa dan Abdullah
Aly, Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 97
[11]
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islaam di Asia
Tenggara, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 113
[12]
Asep Ahmadi Hidayat, dkk. Studi Islam di Asia Tenggara, (
Bandung:Pustaka Setia, 2014), hlm. 68
2 komentar
hemm mntappp
Oke gann...
Choose EmoticonEmoticon