KATA
PENGANTAR
Pertama-tama penulis
mengucapkan puji dansukur atas kehadiran Allah SWT, karena hanya dengan
bimbingan dan petunjuknNya dapatdiselesaikanya penulisan Makalah dengan judul “
Pentingnya Hubungan yang Baik Antara Keluarga Dan Sekolah terhadap Proses
Sosialisasi Anak ”.
Meskipun
diakui sudah cukup banyak fariasi sumber dan literature, penulis menyadari
betul bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangannya, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan
tersebut terutama disebabkan kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta
kemampuan penulis sendiri, baik disadari maupun tidak. Hanya dengan kearifan
dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan teguran, saran, dan kritik
yang konstruktif, sehingga dapat menyempurnakan makalah ini. Selain untuk
memenuhi tugas sosiologi pendidikan, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat dan ridho dari Allah. Amin.
Pekanbaru, 02 juni
2011
Penulis,
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sosialisasi
merupakan proses alamiah yang membimbing individu untuk mempelajari, memahami
dan memperaktikkan nilai-nilai. Sosialisasi memiliki urgensi yang begitu kuat
terhadap keberlangsungan pendidikan bagi individu sebagai anggota masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasanya keluarga merupakan jalur pendidikan
informal yang pertama dan yang paling utama bagi seorang anak dalam
memperkenalkan proses sosialisasi. Selain itu juga anak akan melalui jalur
pendidikan formal yang biasa disebut dengan sekolah. Sekolah juga memegang
perana penting dalam proses sosialisasi
anak, walaupun sekolah hanya merupakan salah satu lembaga yang bertanggung
jawab atas pendidikan anak. Namun anak akan mengalami perubahan tingkah laku
sosialnya setelah ia masuk ke sekolah.
Mengingat
akhir-akhir ini sering terjadi permasalahan, terutama mengenai hubungan antara
pihak sekolah dan orang tua siswa yang menganggap bahwa sekolah kurang becus
dalam mendidik anak-anak mereka. Mereka selalu menyerahkan mesalah pendidikan
anak mereka sepenuhnya kepada pihak sekolah tanpa adanya campur tangan dari
mereka sendiri. Terkadang merekapun seakan enggan untuk diajak membahas
mengenai perkembangan anak mereka di sekolah. Seharusnya para orang tu tidak
boleh lepas tangan begitu saja terhadap sekolah. Keluarga merupakan yang paling
pertama dan utama dalam pendidikan anak. Karena seperti yang kita ketahui, sekolah
merupakan lingkungan pendidikan yang kedua setelah keluarga. Di sini kita tidak
bisa menyalahkan salah satu pihak begitu saja kalau anak kita memiliki perilaku
yang kurang baik, untuk itu perlunya pihak sekolah dan orang tua menjalin
hubungan kerjasama. Dan pada makalah ini kami akan mengemukakan
fenomena-fenomena yang terjadi dan penyebabnya serta akan mencoba mengemukakan
solusi yang bias menjad penyelesaian.
B. TUJUAN
Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan informal yang pertama dan yang paling utama
dalam proses sosialisasi anak. Selain itu juga sekolanh yang merupakan
lingkungan pendidikan formal, memegang peranan penting dalam proses sosialisasi
anak. Untuk iytu kedua lingkungan pendidikan ini, baik formal maupun informal
tidak dapat berdiri sendiri dan harus terintegrasi dengan melakukan hubungan
kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua. Agar tidak terjadi
kesalah pahaman maupun jurang pemisah antara sekolah dan keluarga.
Pada pembahasan makalah ini, penulis mengemukakan
fenomena-fenomena yang terjadi dan penyebabnya serta akan mencoba mengemukakan
solusi yang bisa menjadi penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi. Hal
ini tentu saja agar terciptanya lingkungan pendidikan yang seimbang dan tidak
terjadinya pemisahan dalam mewujudkan pendidikan anak yang selama ini dianggap
bahwa bertumpu hanya pada pendidikan formal saja anak mendapat pendidikan,
padahal tidak cukup dengan itu saja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN DALAM SOSIOLOGI
Sosiologi pada hakekatnya bukanlah
semata-mata ilmu murni (pure science)
yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan
kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi itu bias menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara
untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkkan masalah praktis atau
masalah social yang perlu di tanggulangi[1].
Kekhususan sosiologi adalah bahwa
perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur
kemasyarakatan dan kebudayaan yang di miliki, dibagi, dan ditunjang bersama.
Masyarakat, komonitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas
social, konflik, integrasi social, dan sebagainya adalah sejumlah contoh yang
memperlihatkan betapa luasnya ruang kajian sosiologi[2].
Sosialisasi merupakan salah satu topik
kajian yang dipelajari secara serius dalam studi sosiologi. Sosialisasi itu
sendiri adalah proses alamiah yang membimbing individu untuk mempelajari,
memahami dan memperaktikkan nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan serta
keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Proses sosialisasi membawa sesorang
dari keadaan yang belum tersosialisasi menjadi masyarakat yang beradab. Melalui
sosialisasi, sesorang berangsur-angsur mengenal persyartan-persyaratan dan
tuntutan-tuntutan hidup di lingkungan budayanya.
Dalam studi sosiologi para teoritikus
mengemukakan beberapa teori sosialisasi yang menjelaskan cara melakukan
sosialisasi, di mana cara-cara tersebut merupakan proses komunikasi social dan
komunikasi antar budaya yang selama ini sekaligus menjadi medium dari
interaksi.
1.
Kooperasi
Kooperasi berasal dari dua kata latin
, co yang berarti bersama-sama, dan operani yang berarti bekerja. Kooperasi
dengan demikian berarti bekerja sama. Kooperasi merupakan perwujudan minat dan
perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun
motifnya sering dan bias tertuju kepada kepentingan diri sendiri.
2.
Akomodasi
Akomodasi adalah
suatu proses kearah tercapainya persepakatan sementara yang dapat diterima
kudua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi terjadi pada orang-orang
atau kelompok-kelompok yang mau tak mau harus bekerja sama, sekalipun dalam
kenyataannya mereka masing-masing selalu memiliki paham yang berbeda atau
bertentangan.
3.
Asimilasi
Asimilasi merupakan proses yang lebih berlanjut apabila
dibandingkan dengan proses akomodasi. Pada proses asimilasi terjadi proses
peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak atau warga-warga dari 2 atau 3
kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang
dirasakan sebagi milik bersama[3].
4.
Integrasi
Intergrasi adalah suatu tahap maupun rangkaian upaya sistemik
drai seorang individu untuk mengorganisasikan hasil-hasil integrasi mutualistik
antara kepentingan-kepentingan tersebut ke dalam suatu konteks kepribadian yang
selaras dengan lingkungan luarnya.
Penyesuaian
individu dalam dunia sosialnya memiliki beberapa teori, yakni :
1. Teori
sosialisasi pasif
Dari Talcot parson, 1959 dalam liliweri ( 2001 ) yang
mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan bagian dari perspektif fungsionalisme.
Sosialisasi seperti belajar berlangsung terus menerus selama hidup namun proses
yang paling dramatis dikaitkan dengan anak didik. Jadi, ada proses yang
mengharuskan perubahan terhadap struktur kepribadian dasar. Di satu pihak,
tuntutan anak didik harus diubah namaun dilain pihak anak didik masih
bergantung pada ketergantungan dalam struktur dan fungsi, misalnya fungsi keluarga.
2. Teori
sosialisasi aktif
Menurut Mead dalam liliweri, manusia tidak saja menilai respon
nilai baru tetapi menciptakan peranannya dalam kondisi material dimana dia
hidup agar bias sukses merespon hal baru. Kondisi itu hanya bisa dibentuk
melalui proses interaksi dengan orang lain.
3. Teori
sosialisasi radikal
Sosialisasi ini berlangsung dalam masyarakat yang
berlapis-lapis. Konsep ini mengacu pada hegemoni gramsci mengemukakan bahwa
kemampuan kelompok dominan selalu berusaha untuk mempertahankan statusnya.
B. MEDIA
SOSIALISASI
Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu
terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi ( agen of sosialigition )
atau sarana sosialisasi. Yang dimaksud dengan agen sosialisasi adalah
pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat
dimana seorang individu belajar terhadap
segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Berikut beberapa media
sosialisasi beserta fungsi dan perannya.
1. Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak
pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan
yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anaka adalah di dalam keluarga[4]. Tugas utama dari keluarga
bagi pendididkan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
pandangan hidup keagamaan.
Keluarga merupakan institusi yang
paling penting pengeruhnya terhadap proses sosialiasasi manusia. Segi penting
dari proses sosialisasi dalam kelurga ialah bagaimana orangtua dapat memberikan
motivasi kepada anak agar mau mempelajari pola perilaku yang diajarkan
kepadanya. Proses sosialisasi dalam keluarga dapat dilakukan baik secra formal
maupun informal. Proses sosialisasi formal dikerjakan melalui proses pendidikan
dan pengajaran, sedangkan proses sosialisasi informal dikerjakan lewat proses
interaksi yang dilakukan secara tidak sengaja. Antara proses sosialisasi formal
dan proses sosialisasi informal sering kali menimbulkan jarak dikarenakan
kurang adanya kerjasama maupun hubungan social antara proses pendidikan formal
dan informal[5].
Fungsi keluarga
Berdasarkan pasal 1 UU perkawinan
nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinana adalah ikatan lahir dan batin
antara pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
yang bahagia dan sejahtera berdasrka ketuhanan yang maha Esa. Adapun fungsi
keluarga disini yaitu memelihara dan mendidik anggota keluarganya dengan
sebaik-baiknya dan terus berlanjut
sampai ia dapat mandiri. Selain itu keluarga merupakan tempat belajar bagi anak
dan merupakan wadah bagi anak dalam konteks konteks proses belajarnya untuk
mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi social.
Peran keluarga
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga
merupakan suatu kesatuan hidup ( system social ), dan keluarga menyediakan
situasi belajar. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat
persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerjasama, disiplin,
tingkahlaku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan[6].
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan
nasional, peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan
penting. Peran keluarga terutama dalam
penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan
bakat dan kepribadian. Keluarga juga mempunyai tugas dan tanggung jawab
terhadap pendidikan anaknya yang lebih bersifat pembentukan watak dan
budipekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan, sepeti
tolong-menolong, bersama-sama menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan
ketentraman rumah tangga dan sebagainya[7].
2. Sekolah
Sekolah
merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Sekolah memegang
peranan yang cukup penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah
merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan
sikap dan perilaku seseorang anak, serta
mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru di kemudian hari dikala
anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau
keluarganya[8].
Anak akan mengalami suasna yang berbeda di
sekolah. Ia bukan lagi anak yang istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu
guru, melainkan hanya salah seorang diantara puluhan murid lainnya di dalam
kelas. Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga di mana anak masih dapat
berharap bantuan dari orang tua dan acap kali memperoleh perlakuan khusus di
sekolah anak dituntut untuk bias bersikap mandiri dan senantiasa memperoleh
perlakuan yang tidak berbeda dari teman-temannya. Di sekolah anak juga akan
banyak belajar bahwa untuk mencapai prestasi yang baik, maka yang diperlukan
adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran di sekolah relative beragam, semuanya
menuntut kegigihan sendiri-sendiri[9].
Fungsi sekolah
Mengenai fungsi sekolah seperti yang dipaparkan oleh suwarno
dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan adalah sebagai berikut[10]:
a.
Mengembangkan
kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahauan, disamping bertugas untuk
mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh. Fungsi sekolah dalam
pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan
moral.
b.
Spesialisasi
sebagai konsekuensi makin meningkatnya kemajuan masyarakat. Sekolah memiliki
fungsi sebagai lembaga social yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
c.
Efisiensi
sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat.
d.
Konservasi
dan transmisi cultural, merupakan fungsi lai dari sekolah yaitu memelihara
warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan
kebudayaan pada generasi muda.
e.
Transisi
dari rumah ke masyarakat dengan mendapat kesempatan untuk melatih mandiri dan
bertanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
Peran sekolah
Dalam Undang-Undang nomor 20 tenrang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa jalur pendidikan sekolah ( formal ) merupakan jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang (pasal 1 ayat 10). Peranan sekolah sebagai
lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan
mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa
dari keluarganya. Sementara dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan
sekolah dengan melalui kurikulum, antar lain yaitu[11]:
a.
Anak
didik belajar bergaul sesame anak didik antara guru dengan anak didik dan
antara anak didik dengan orang yang bukan guru.
b.
Anak
didik belajar menaati peraturan – peraturan sekolah
c.
Mempersiapkan
anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama , bangsa
dan Negara.
C. MASALAH
SOSIAL DALAM KELUARGA
Dua masalah social yang biasa dialami dan terjadi dalam keluarga
manapun di dunia adalah broken home dan perceraian. Semua orang menganggap
bahwa perkawinan itu merupakan hal yang sacral dan di berkati oleh kaum ulama
dan biasanya berakhir hanya dengan kematian. Salah satu factor yang
menpengaruhi jalannya fungsi-fungsi keluarga adalah kebutuhan dari keluarga.
Keluarga yang broken home akan sering terjadi percekcokan di antara orang tua
dan sikap saling bermusuhan disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka
dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan-kegagalan
dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.
Selain itu masalah social lain dalam keluarga adalah perceraian
yakni putusnyasuatu perkawinan akibat dari salah satu meninggal atau bercerai.
Akibat dari perceraian sangat dirasakan oleh keluarga inti, akan terasa sekali
dampak negatifnya yaitu berpengaruh terhadap sosialisasi anak, pembagian harta
warisan, masalah kasih saying keluarga dan lain sebagainya[12].
Adapula masalah social yang terdapat dalam lingkungan sekolah seperti
orang tua yang selalu protes terhadap sekolah dikasrenakan anaknya tak sesuai
dengan yang ia harapkan. Hal ini terjadi karena orang tua selalu menyerahkan
pendidikananaknya sepenuhnya kepada sekolah tanpa ikut sertanya orang tua di
dalamnya. Sehingga sekolah, terutama guru selalu dijadikan kambing hitam oleh
para orang tua.
D. PENTINGNYA
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA DAN SEKOLAH
Di
dalam pendidikan, seorang anak tidak akan pernah terlepas dari tiga jalur yaitu
jalur pendidikan informal, formal, nonformal. Untuk itu dalam mewujudkan suatu
pendidikan yang berkualitas harus bisa mengintegrasikan ketiga jalur ini.
Terutama hubungan yang baik antara sekolah dan keluarga. Seperti yang kita
ketahui, seandainya di dalam keluarga memiliki masalah otomatis anak akan
membawanya ke sekolah. Sedangkan seorang guru belum tentu mengerti. Untuk itu
orang tua perlu melakukan hubungan dan komunikasi yang baik terhadap sekolah
agar anak mereka bias melakukan pendidikan dan proses sosialisasi secara
sempurna.
1. Kerjasama
antara keluarga dengan sekolah
Dalam UU No.2 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional pasal 10 ayat 4 dinyatakan bahwa pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga dan yang memberikan keykinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan
keterampilan. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu kelanjutan pendidikan
dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah
dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jelur luar sekolah ke jalur
pendidikan sekolah memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah[13].
Sikap anak terhadap sekolah terutama akan
dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Hal ini sangat perlu diperhatikan,
mengingat akhir-akhir ini sering terjadi tindakan-tindakan tidak terpuji yang
dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah-olah tidak mau tahu, bahkan
cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.
Orang tua harus memperhatikan sekolah
akannya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya danmenghargai
segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukan kerjasamanya dalam
mengarahkan cara anak belajar di rumahnya, memotivasi dan membimbing anak dalam
belajar.
2. Pentingnya
komunikasi social
Komunikasi berasal dari kata latin, yaitu
kommunicatio, artinya : hal memberitahukan, pemberitahuan,hal member bagian
dalam, pertukaran. Kata social berasal dari bahasa Latin, yaitu socius yang
artinya teman atau kawan. Dengan demikian komunikasi social dapat diartikan
secara umum sebagai suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang
dilakukan dengan cara ferbal maupun nonferbal, dengan maksud untuk menyampaikan
suatu pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak dan yang
mampu menghasilkan tanggapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Selain makna komunikasi terdapat beberapa
peranan penting dalam komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan
hubungan social. Johnson ( dalam supratiknya ,1999) menyebutkan beberapa peranan
tentang pentingnya komunikasi social[14] :
a.
Membantu
perkembangan intelektual dan social seseorang.
b.
Dalam
dan melalui komunikasi dengan orang lain seseorang semakin mengenal dirinya dan
membentuk identitas dirinya.
c.
Memperbaiki
pemahaman seseorang mengenai suatu hal, lingkungan realitas atau dunia sekitar.
d.
Memperbaiki
kesehatan mental yang ditentukan kualitas komunikasi atau hubungan seseorang
dengan orang lain.
E.
PENGARUH KELUARGA-SEKOLAH TERHADAP INDIVIDU
Proses
sosialisasi individu mengidentivikasi dirinya sesuai dengan perkembangan fisik
dan emosinya untuk diarahkan pada hubungan keselarasan dengan lingkungan
eksternalnya. Pendekatan-pendekatan yang dikembangkan oleh ahli-ahli ilmu
sosialdi atas sudah cukup menjelaskan bahwa hasil pembentukan kepribadian
merupakan wujud dari dunia luar.
Seiring dengan perkembangan fisik biologisnya
individu mendapat perlakuan yang sangat intensif untuk mengembangkan
fungsi-fungsi fisik serta kemampuan-kemampuan mental etis yang paling mendasar
dari keluarga. Wujud dari pengaruh timbale-balik antara sekolah dan keluarga
dalam suatu masyarakat terhadap individu dapat diilustrasikan sebagai berikut.
a.
Anak
sebagai individu
b.
Anak
sebagai murid sekolah
c.
Anak
sebagai anggota keluarga
Dalam perkembangan yang lebih lanjut ketika
sang individu sudah cukup memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas-aktivitas mendasar sebagi manusia. Ia lalu memasuki suatu wilayah
kehidupan luar dari keluarganya, yakni lingkungan sekolah. Di dalam sekolah
perkembangan kemampuan tidak terbatas pada akomodasi kemampuan-kemampuan
semata. Namun disitu juga telah terbina suatu ruang sosialisasi yang lebih luas
dengan memiliki perangkat-perangkat yang cukup lengkap.
Kedua lembaga social tersebut selalu
beriringan mengisi setiap waktu kehidupan individu dalam aktivitas
kesehariannya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Kelurga bertugas
menjalankan sosialisasi nilai-nilai dasar kemanusiaan dalam pola hubungan yang
afektif. Sementar sekolah lebih menekankan pada proses pembelajaran,
pengajaran, serta penempaan kepada individu yang berisi tentang ilmu
pengelatahuan, keterampilan,
penguasaan-penguasaan peran-peran social yang lebih luas di luar
keluarga. Kedua peren pembentukan tersebut lalu membentuk peran individu dalam
masyarakat tempat atau wilayah dimana individu itu berada, baik dalam skala
mikro maupun makro.
BAB
III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dalam studi sosiologi para teoritikus
mengemukakan beberapa teori sosialisasi yang menjelaskan cara melakukan
sosialisasi, di mana cara-cara tersebut merupakan proses komunikasi social dan
komunikasi antar budaya yang selama ini sekaligus menjadi medium dari
interaksi, yaitu:
1. Kooperasi
2. Akomodasi
3. Asimilasi
4. Integrasi
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan
dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari
kehidupan anaka adalah di dalam keluarga. Tugas utama dari keluarga bagi
pendididkan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
pandangan hidup keagamaan.
Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari
keluarga. Sekolah memegang peranan yang cukup penting dalam proses sosialisasi
anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung
jawab atas pendidikan anak. Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup
besar dalam pembentukan sikap dan
perilaku seseorang anak.
Kedua lembaga
social tersebut selalu beriringan mengisi setiap waktu kehidupan individu dalam
aktivitas kesehariannya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Kelurga bertugas
menjalankan sosialisasi nilai-nilai dasar kemanusiaan dalam pola hubungan yang
afektif. Sementar sekolah lebih menekankan pada proses pembelajaran,
pengajaran, serta penempaan kepada individu yang berisi tentang ilmu
pengelatahuan, keterampilan,
penguasaan-penguasaan peran-peran social yang lebih luas di luar
keluarga.
Dengan
keterpaduan antara kedua lingkungan social ini, maka akan memberikan efek yang
positif terhadap proses sosialisasi anak. Secara tak langsung harus terjadinya
komunikasi dan hubungan social yang baik antara sekolah dan orang tua agar
orang tua tidak sepenuhnya menyalahkan pihak sekolah jika anaknya melakaukan
hal yang diluar aturan dan lain sebagainya, begitu pula sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Atosokhi, Antonius, dkk. 2004. Character Building II Relasi dengan Sesama. Jakarta:
PT. Gramedia.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Horton, Paul B, & Chester L. Hunt. 1991. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Ihsan,
Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Narwoko, J Dwi, & Bagong
Suyanto. 2010. Sosiologi Teks Pengantar
Dan Terapan. cetakan ketiga.
Jakarta: Kencana.
[1] Paul B Horton, & Chester L.
Hunt, Sosiologi. (Jakarta: Erlangga,
1991) halaman 41.
[2] J.
Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi
Teks Pengantar Dan Terapan, ( Jakarta; Kencana. 2010) Cetakan ketiga,
halaman 2-3.
[3] Ibid, halaman 58-63.
[4] H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan. (Jakarta;
Rineka Cipta, 2008) halaman 57.
[5] J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto ,Op. Cit., halaman 92-93.
[6] Kewibawaan ialah pengakuan dan
penerimaan secara suka rela terhadap pengaruh atau anjuran yang dating dari
orang lain.
[7] H. Fuad Ihsan, Op. Cit., halaman 58.
[8] J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto ,Op. Cit., halaman 94-95.
[9] Ibid, halaman 94.
[10] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta; Rajawali Pers, 2009) halaman
50.
[11] Ibid, halaman 49.
[12] J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto ,Op. Cit., halaman 237-239.
[13] Hasbullah, Op. Cit., halaman 90.
[14] Antonius Atosokhi, dkk., Character Building II Relasi dengan Sesama, (Jakarta,
PT. Gramedia, 2004) halaman 113-114.
Choose EmoticonEmoticon