FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Afdhal ilahi dan Zarro aga
Filsafat dan ilmu
memiliki hubungan yang saling melengkapi satu sama lainya. Perbedaan antara
kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling
mengisi, saling melengkapi, karena pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi
disebabkan cara pendekatan yang berbeda[1]
A.
PENDAHULUAN
Undang-undang Sisdiknas
Tahun No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 memberi batasan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal,nonformal, dan informal yang
dapat saling melngkapi dan memperkaya. Penerapan pendidikan dapat dilaksanakan
di sekolah dan di luar sekolah. Dalam kaitannya dengan pendidikan seumur hidup.[2]
Pendidikan luar sekolah
yang tidak dilembagakan adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, umumnya tidak teratur dan
tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai meninggal, seperti di dalam
lingkungan keluarga. Pendidikan keluarga sangat besar pengaruhnya, karena di
sanalah anak dipelihara, dibesarkan, dan menerima sejumlah nilai serta norma
yang ditanamkan kepadanya. Motivasi belajar anak juga didapatkan dalam
lingkungan keluarga. Terkait dengan ini, Wlodkowski dan Jaynes menyatakan bahwa
“para orang tua hendaknya tampil sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi
motivasi belajar anak”.
Sejalan dengan
kepentingan dan masa depan anak-anak, maka orang tua hendaklah menyekolahkan
mereka dan karena pendidikan di sekolah termasuk rangkaian pendidikan seumur
hidup. Sistem pendidikan di sekolah yang teratur, sistematis, dan berjenjang
sangat strategis untuk membina peserta didik dalam menghadapi masa-masa
selanjutnya, sampai peserta didik tersebut berusia lanjut.
Pendidikan seumur hidup
bagi anak, merupakan aspek perlu memperoleh perhatian utama. Proses pendidikan
hendaknya menekankan pada strategi dan metodologi yang dapat menanmkan motivasi
belajar dan kepribadian belajar yang kuat. Program kegiatan disusun mulai
peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar yang mempertinggi daya
pikir anak, sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk belajar, berpikir kritis
dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan pada masa yang akan
datang. Sedangkan pendidikan seumur hidup bagi orang dewasa adalah dalam rangka
pemenuhanself interest yang merupakan tuntunan hidup mereka
sepanjang masa. Di antara self interest tersebut adalah
latihan keterampilan yang dapat membantu menghadapi situasi dan
persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci keberhasilan
B. KONSEP DAN DASAR PEMIKIRAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Pendidikan
seumur hidup bertumpu pada kepercayaan bahwa belajar juga terjadi seumur hidup,
walaupun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Terdapat
dua aspek penting dalam merumuskan konsep pendidikan seumur hidup yaitu konsep
pendidikan dan konsep seumur hidup.
Secara ontologi
istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan
akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).
Istilah pendidikan semla berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
inggris dengan “education” yang
berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab, istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang
berarti pendidikan.[3]
Dalam
perkembangan peradaban manusia, banyak pengertian, pandangan dan teori yang
dikemukakan mengenai pendidikan. Pengertian yang semula lazim dianut ialah yang
dikatakan, bahwa pendidikan adalah hasil peradaban suatu bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu yang diwariskan turun-temurun
kepada generasi berikutnya.Berikut ini akan dikemukakan pengertian-pengertian
lain tentang pendidikan menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Menurut
Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari
orang dewasa kepada mereka yang masih memerlukannya.
2. Menurut
Crow & Crow pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan
pengertian,pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan
ia berkembang.
3. Menurut
John Dewey pendidikan adalah suatu proses pengalaman.
4. Menurut
Ki hajar Dewantoro pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak
didik selaras dengan dunianya.[4]
Dari beberapa
pengertian pendidikan menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah suatu proses perubahan yang membantu menumbuhkan daya pikir, tingkah
laku maupun kecakapan hidup akibat dari pengaruh lingkungan. Jadi, pendidikan
erat sekali hubungannya dengan belajar dan belajar merupakan proses atau
aktivitas yang terjadi pada setiap manusia
selama hidupnya. Pendidikan diartikan sama dengan pertumbuhan manusia.
Selama diri manusia terjadi pertumbuhan, maka selama itu pula terjadi peristiwa
pendidikan. Ini berarti, pendidikan tidak berhenti pada pembelajaran disekolah
namun terus berlanjut hingga akhir hayat. Sehingga tidak ada kata terlambat
untuk belajar .
Belajar atau
mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral atau
merupakan totalitas kehidupan. Jadi, manusia belajar atau mendidik ini bukanlah
sebagai persiapan (bekal) bagi kehidupan (yang akan datang), melainkan
pendidikan adalah kehidupan itu sendiri . Hal inilah yang menjadi dasar
terhadap pendidikan seumur hidup.
Dalam seumur hidupnya, setiap
individu manusia mengalami :
a. Perkembangan
kepribadian
Setiap individu manusia
dalam pengalaman hidupnya mengalami perkembangan kepribadian, yang mencakup
perkembangan fisik, mental, sosial dan emosional.
b.
Tahap-tahap
perkembangan
Setiap individu dalam
perkembangan hidupnya sejak lahir smapai mati mengalami tahap-tahap
perkembangan masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, masa dewasa
dan masa tua.
c.
Peranan-peranan umum
dan unik
Setiap individu
melaksanakan peranan-peranan umum sebagai manusia dan peranan-peranan unik
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, misalnya sebagai guru, dokter, pedagang dan
sebagainya.[5]
Pendidikan
seumur hidup adalah sebuah sistem kosep-konsep pendidikan yang menerangkan
keseluruhan-keseluruhan peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung
dalam keeluruhan hidup manusia.[6]
Jadi pendidikan seumur hidup sangat erat kaitannya dengan seluruh aspek-aspek kehidupan
manusia yang menjadi landasan bagi sebuah pendidikan.Azas pendidikan seumur
hidup itu sendiri terus berlanjut dan berlangsung seumur hidup, sehingga
peranan manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar
merupakan kewajiban kodrati manusia . Pendidikan tidak hanya pada bangku sekolah
saja namun berlanjut hingga akhir hayat. Proses pendidikan itu sendiri dimulai
dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
Media dalam
belajar pun tidak hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru/pengajar,
namun saat ini banyak media untuk belajar. Teknologi pada zaman sekarang sudah
semakin maju dan berkembang sangat cepat, sehingga konsep pendidikan seumur
hidup sangat cocok diterapkan pada manusia di era sekarang ini yang memerlukan
penyesuaian sehingga tidak dianggap tertinggal.
Konsep pendidikan seumur hidup menurut
pemikiran filsafat Islam, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para
pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat islam, jauh sebelum
orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup,
sebagai mana dinyatakan oleh hadits Nabi SAW yang berbunyi:
اطلب العلم
من المهد الى اللØد
Artinya:
tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.
Hadits di
atas menjelaskan bahwa betapa Islam sangat menghargai dan menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan sehingga sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu tanpa
ada batasan ruang dan waktu. Menurut hemat penulis, azas pendidikan seumur
hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses
kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses
pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal
maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan
dan dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan
seumur hidup dilihat dari sudut pandang aksiologi memandang bahwa pendidikan
itu dibutuhkan dan bermanfaat untuk menghadapi majunya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat pada zaman sekarang. Adanya konsep pendidikan seumur hidup ini akan memotivasi
peserta didik supaya lebih rajin dan
giat menuntut ilmu agar ia tidak ketinggalan informasi dan pengetahuan serta
tidak kaku akan kemajuan IPTEK yang serba canggih.
Pendidikan
seumur hidup secara epistimologi memandang bahwa pendidikan dilakukan dengan
cara selalu belajar dan belajar terus menerus mengikuti perkembangan
pengetahuan dan teknologi melalui jenjang-jenjang pendidikan yang sistematis
mulai dari pendidikan informal (keluarga), formal, dan nonformal secara
berkelanjutan sampai akhir hayat. Tidak ada kata menyerah dalam belajar dan
mengembagkan pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama.
Dalam dunia
Barat proses pendidikan seumur hidup dikenal dengan “Long Live Education” telah muncul sejak John Dewey merekomendasikan
kepada pemerintah Amerika Serikat dan rekomendasi Kementrian rekonstruksi
terhadap pemerintah Inggris.[7]Untuk
indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakat
melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1973 jo. Tap No. IV/ MPR /
1978 Tentang GBHN ) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional,
antara lain :
1.
Pembangunan nasional dilaksanakan
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang )
2.
Pendidikan berlangsung seumur hidup
dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ), sekolah dan masyarakat.
Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintah.[8]
Didalam UU
Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan
dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi:"Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya".[9] Jadi
dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh dengan 2 jalur, yaitu
jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah. Jalur pendidikan
sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis pendidikan ini mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Prinsip
pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung seumur hidup didasarkan atas berbagai landasan yang
meliputi:
1. Tinjauan ideologis
Setiap manusia hidup
mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan
pendidikan seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup.
2.
Tinjauan ekonomis
Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan
ekonomi memungkinkan seseorang untuk :
a. Meningkatkan
produktivitasnya
b.Memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
c.Memungkinkan
hidup dalam lingkunganyang sehat dan menyenangkan
3.
Tinjauan sosiologis
Pendidikan seumur hidup
yang dilakukan oleh orangtua merupakan solusi untuk memecahkan masalah
pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka juga bersekolah.
4.
Tinjauan Teknologis
Semakin maju jaman
semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan teknologi
maka pendidikan seumur hidup akan semakin mudah. Begitu pula sebaliknya.
5.
Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan pada
dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal
sepanjang hidup yang disebut development. Konseptualisasi pendidikan seumur
hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar
seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
6.
Tinjauan Filosofis
Bahwa sesungguhnya
secara filosofis (filsafat manusia) hakekat kodrat martabat manusia merupakan
kesatuan integral segi-segi atau potensi-potensi (essensia):
a. Manusia sebagai mahluk pribadi
(individual being)
b. Manusia sebagai mahluk sosial (social
being)
Ketiga esensi ini merupakan
potensi-potensi dan kesadaran yang integral (bulat dan utuh) yang dimiliki
setiap manusia. Bahkan ketiganya menentukan martabat dan kepribadian manusia.
Artinya bagaimana individu itu merealisasikan potensi-potensi tersebut secara
optimal dan berkesinambungan.
C. KARAKTERISTIK DAN TUJUAN PENDIDIKAN
SEUMUR HIDUP
Istilah
pendidikan seumur hidup lebih luas cakupannya dari pendidikan orang dewasa.
Jadi untuk melihat perbedaannya maka perlu dilihat karakteristik daripendidikan
seumur hidup itu sendiri, yaitu:
1. Hidup,
seumur hidup dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang menentukan
lingkup dan makna pendidikan seumur hidup.
2. Pendidikan
tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah
proses yang berlangsung sepanjang hidup.
3. Pendidikan
seumur hidup tidak diartikan pendidikan orang dewasa, tetapi pendidikan seumur
hidup mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan sebagainya).
4. Pendidikan
seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pendidikan nonformal,
baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan-kegiatan belajar
insidental.
5. Rumah
memainkan peranan pertama, peranan yang paling halus dan sangat penting dalam
memulai proses belajar seumur hidup.
6. Masyarakat
juga memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem pendidikan seumur
hidup. Mulai sejak anak berinteraksi dengan masyarakat, dan terus berlanjut
fungsi edukatifnya dalam keseluruhan hidup, baik dalam bidang profesional
maupun umum.
7. Lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah, universitas, dan pusat-pusat latihan tentu
mempunyai peranan penting, tapi semua itu hanya sebagai salah satu bentuk
lembaga pendidikan seumur hidup.
8. Pendidikan
seumur hidup menghendaki keberlangsungan dimensi-dimensi vertikal atau
longitudinal dari pendidikan.
9. Pendidikan
seumur hidup juga menghendaki keterpaduan dimensi-dimensi horizontal dan
kedalaman dari pendidikan pada setiap tahap hidup.
10. Bertentangan
dengan bentuk pendidikan yang bersifat elitis, pendidikan seumur hidup adalah
bersifat universal.
11. Pendidikan
seumur hidup ditandai oleh adanya kelenturan dan keberagaman dalam isi bahan belajar,
alat-alat dan tekhdik belajar, serta waktu belajar.
12. Pendidikan
seumur hidup adalah sebuah pendekatan yang dinamis tentang pendidikan yang
membolehkan penyesuaian bahan-bahan dan media belajar karena dan apabila
perkembangan-perkembangan baru terjadi.
13. Pendidkan
seumur hidup membolehkan adanya pola- pola dan bentuk – bentuk alternatif dalam
memperoleh pendidikan.
14. Pendidikan
seumur hidup mempunyai dua macam komponen besar, yaitu pendidikan umum dan
pendidkan profesional. Komponen tersebut tidaklah terpisah sama sekali antara
yang satu dengan yang lainya, tetapi saling berhubungan dan dengan sendirinya
bersifat interaktif.
15. Pendidikan
seumur hidup mengandung fungsi-fungsi adaptif dan inovatif dari individu dan
masyarakat.
16. Pendidkan
seumur hidup mengandung fungsi perbaikan terhadap kelemahan – kelemahan sistem
pendidikan yang ada.
17. Tujuan akhir
pendidikan seumur hidup adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup.
18. Ada tiga
prasyarat utama bagi pendidikan seumur hidup, yaitu : kesempatan, motivasi, dan
edukabilitas
19. Pendidikan
seumur hidup adalah sebuah pengorganisasian semua pendidikan.
20. Pada tingkat
operasional, pendidikan seumur hidupmembentuk sebuah sistem keseluruhan dari
semua pendidikan.[11]
Sebagaimana
karekteristik yang dijelaskan di atas menunjukan bahwasanya pendidikan seumur
hidup merupakan sebuah bentuk pendidikan
yang berada pada tingkat tertinggi dan
bertujuan untuk membentuk pola pendidikan yang adaptif dan inovatif,
serta mengandung fungsi perbaikan terhadap kelemahan – kelemahan sistem pendidikan
yang ada. Pendidikan seumur hidup yang mengacu pada keseluruhan aspek kehidupan
manusia diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan yang mulai menurun
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya
pendidikan seumur hidup adalah sebagai berikut:
1.
Motivasi bahwa manusia memang dan
harus membutuhkan ilmu( faktor dari alam)
Tampa ilmu manusia akan tersesat dan
mudah terpengaruh dengan doktrin negatif
yang banyak berkembang pada zaman sekarang. Orang yang selalu menggunakan
otaknya untuk berfikir tidak akan cepat pikun dan pelupa karena ia selalu
mengasah ketajaman otaknya.
2.
Motivasi agama
Umat Islam sangat menghargai
orang-orang yang memiliki pengetahun, di dunia maupun akhirat. Rasulullah SAW bersabda bahwa menuntut ilmu
itu wajib dari lahir sampai akhir hayat. Ini menunjukan betapa pentingnya
posisi orang yang berilmu dalam agamanya.
3.
Masyarakat yang sangat menghargai
pendidikan dll.
Seperti,
presiden, gubernur, bupati, pemerintah dan perangkat-perangkatnya kebawah,
mereka selalu berusaha dan berupaya agar pendidikan ini bisa terlaksana dengan
baik kepada semua kalangan masyarakat.
.
Adapun tujuan pendidikan seumur
hidup adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya
seoptimal mungkin.
2.
Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
D.
URGENSI
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dalam tulisan
Matthew Arneld dan Comenius, mereka menyatakan bahwa konseptualisasi pendidikan sebagai alat untuk
mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar menjadi
lebih bernilai bagi masyarakat. Para penganjur pendidikan seumur hidup
mengembangkan sejumlah argumentsi yang berbeda–beda. Dikemukakan bahwa
pendidikan seumur hidup akan meningkatkan persamaan distribusi pelayanan
pendidikan, memiliki aplikasi ekonomi yang menyenangkan dan esensial struktur
sosial yang berubah dari sebuah sistem
pendidikan.[12]Mengingat
perlunya pendidikan seumur hidup dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
1.Keterbatasan kemampuan pendidikan
sekolah. Pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat.
Terlihat antara lain dalam:
d. Banyak
lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja, yang antara lain karena
mutunya yang rendah.
e. Daya
serap rata-rata lulusan sekolah yang masih rendah, karena pelajar tidak dapat
belajar optimal.
f. Pelaksanaan
pendidikan sekolah tidak efisien sehingga terjadi penghamburan pendidikan
(educational wastage ), yang terlihat dari adanya putus sekolah ( drop out )
dan siswa yang mengulang ( repeaters).
Pendidikan
sekolah perlu dilengkapi dengan pendidikan luar sekoah.
2.Perubahan
masyarakat dan peranan-peranan sosial
Globalisasi
dan pembangunan mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam
masyarakat, peranan-peranan sosial.
Pendidikan dituntut untuk membentuk individu agar selalu dapat mengikuti
perubahan-perubahan sosial sepanjang hidupnya.
3. Pendayagunaan
Sumber yang Masih Belum Optimal
Salah
satu masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan sumber yang mendukung
pelaksanaan pendidikan. Hal yang perlu dilakukan adalah:
a.
Penghematan dan
optimalisasi dalam penggunaan sumber yang telah tersedia bagi pendidikan.
b.
Perlu digalinya
sumber-sumber yang masih terpendam dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan
untuk memperlancar dan meningkatkan proses pendidikan.Pendayagunaan sumber
secara menyeluruh untuk pendidikan memerlukan kerjasama luas yang bersifat
lintas sektor, sehingga perlu penyelenggaraan pendidikan yang meluas.
4. Perkembangan
pendidikan luar sekolah yang pesat.Dalam zaman modern pendidikan luar sekolah
berkembang dengan pesat karena
memberikan manfaat kepada masyarakat, sehingga perlu mendapat tempat
yang wajar dalam penyelenggaraan keseluruhan pendidikan.[13]
Bahwasanya
pendidikan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak ia
lahir sampai meninggal dunia. Pertimbangan-pertimbangan di ataslah yang menjadi
faktor betapa pentingnya pendidikan yang berorientasi pada pendidikan seumur
hidup.
E. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
MENURUT PANDANGAN ISLAM
Dalam perspektif
pemikiran Islam, pendidikan seumur hidup didasarkan pada fase-fase perkembangan
manusia itu sendiri. Artinya, proses pendidikan itu disesuaikan dengan pola dan
tempo, serta irama perkembangan yang dialami oleh seseorang sampai akhir hayatnya,
yakni:
1. Masa al-Janin (usia dalam
kandungan)
Masa al-janin, tingkat anak
yang berada dalam kandungan dan adanya kehidupan setelah adanya ruh dari Allah
swt. Pada usia 4 bulan, pendidikan dapat diterapkan dengan istilah “pranatal”
atau juga dapat dilakukan sebelum ada itu menjadi janin yang disebut dengan
pendidikan “prakonsepsi”. Karena itu, seorang ibu ketika mengandung anaknya,
hendaklah mempersiapkan kondisi fisik maupun psikisnya, sebab sangat
berpengaruh terhadap proses kelahiran dan perkembangan anak kelak.
2. Masa bayi (usia 0-2 tahun)
Pada tahap ini, orang belum memiliki
kesadaran dan daya intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang
bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Karenanya, dalam fase
ini belum dapat diterapkan interaksi edukatif secara langsung. Proses edukasi
dapat dilakukan menurut Islam adalah membacakan adzan di telinga kanan dan
iqamah di telinga kiri ketika baru lahir, memberi nama yang baik ketika
diaqiqah. Dengan demikian, di hari pertama dan minggu pertama kelahirannya,
sudah diperkenalkan kalimat tauhid, selanjutnya diberi nama yang baik sesuai
tuntunan agama.
3. Masa kanak-kanak (usia 2-12 tahun)
Pada fase ini, seseorang mulai memiliki
potensi-potensi biologis, paedagogis. Oleh karena itu, mulai diperlukan
pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan
bakat dan minat atau fitrahnya. Ketika telah mencapai usia enam tahun hendaklah
dipisahkan tempat tidurnya dan diperintahkan untuk shalat ketika berumur tujuh
tahun. Proses pembinaan dan pelatihan lebih efektif lagi bila dalam usia tujuh
tahun disekolahkan pada Sekolah Dasar. Hal tersebut karena pada fase ini,
seseorang mulai aktif dan mampu memfungsikan potensi-potensi indranya walaupun
masih pada taraf pemula.
4. Masa puber (usia 12-20 tahun)
Pada tahap ini, seseorang mengalami
perubahan biologis yang drastis, postur tubuh hampir menyamai orang dewasa
walaupun taraf kematangan jiwanya belum mengimbanginya. Pada tahap ini,
seseorang mengalami masa transisi, masa yang menuntut seseorang untuk hidup
dalam kebimbangan, antara norma masyarakat yang telah melembaga agaknya tidak
cocok dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri
dari belenggu norma dan susila masyarakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin
hidup sebagai orang dewasa, diakui, dan dihargai, tetapi aktivitas yang
dilakukan masih bersifat kekanak-kanakan. Seringkali orang tua masih membatasi
kehidupannya agar nantinya dapat mewarisi dan mengembangkan usaha yang dicapai
orang tuanya. Proses edukasi fase puber ini, hendaknya dididik mental dan
jasmaninya misalnya mendidik dalam bidang olahraga dan memberikan suatu
model, mode dan modus yang Islami, sehingga ia mampu melewati masa remaja di
tengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
5. Masa kematangan (usia 20,30)
Pada tahap ini, seseorang telah beranjak
dalam proses kedewasaan, mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak,
bersikap, dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri.
Proses edukasi yang dapat dilakukan adalah memberi pertimbangan dalam
menentukan masa depannya agar tidak melakukan langkah-langkah yang keliru.
6. Masa kedewasaan (usia 30- …sampai akhir hayat)
Pada tahap ini, seseorang telah
berasimilasi dalam dunia kedewasaan dan telah menemukan jati dirinya, sehingga
tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan
perlindungan bagi orang lain. Proses edukasi dapat dilakukan dengan cara
mengingatkan agar mereka lebih memperbanyak amal shalih, serta mengingatkan
bahwa harta yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama,
negara dan masyarakat.
Menurut Al Ghazali tingkat-tingkat
perkembangan manusia itu terdiri dari:
1.
Al-Janin, yaitu tingkat
anak yang berada dalam kandungan. Adanya kehidupan setelah diberi roh oleh Allah.
2.
Al-Thifl, yaitu tingkat
anak-anak dengan memperbanyak latihan dan kebiasaan sehingga mengetahui baik
ataupun buruk.
3.
Al-Tamziz, yaitu tingkat
anak yang telah dapat membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk, dan akal
pikiranya telah berkembang sedemikian rupa.
4.
Al-‘Akil, yaitu tingkat
manusia yang telah berakal sempurna bahkan akal pikiranya telah berkembang
secara maksimal
5.
Al-Auliya’ dan
Al-Anbiya’, yaitu tingkat tertinggi pada perkembangan manusia. Bagi para nabi
telah mendapatkan ilmu dari Tuhan melalui malaikat yaitu ilmu wahyu. Bagi para
wali telah mendapatkan ilmu ilham atau laduni yang tidak tahu bagaimana dan
dari man ilmu itu didapatnya.[14]
Dari uraian di atas,
menjadi jelas bahwa tingkat perkembangan terakhir yakni tingkat kewalian
atau kenabian inilah yang membedakan dengan tingkat-tingkat perkembangan
manusia menurut para ahli sarjana medern di Barat maupun di Timur. Menurut
pandangan Islam permulaan fase pendidikan manusia itu sebenarnya sudah dimulai
sejak manusia berada dalam kandungan.Karena pada fase ini roh telah ditiupakn kedalam rahim
seorang ibu kira-kira di usia kandungan empat bulan dan proses pendidikan akan
berakhir sampai manusia meninggal dunia.
F.
IMPLIKASI
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP TERHADAP PENDIDIKAN
Dalam mengimplikasikan konsep
pendidikan seumur hidup bagi pendidikan ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan, antaran lain :
1.
Fungsi dan tujuan
sekolah
a.
Pendidikan sekolah
ialah salah satu tangga dari keselurujan proses pendidikan yang berlangsung
sepanjang hidup.
b.
Pendidikan sekolah
ialah pendidikan untuk mengembangkan semua aspek kepribadian, baik kognitif dan
afektif maupun psikomotor.
c.
Pendidikan sekolah
merupakan suatu sistem terbuka.
d.
Pendidikan sekolah
merupakan sekelompok paket belajar atau program belajar yang menyediakan jalur
belajar dan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa dapat menggunakan hasil
belajarnya untuk belaja sendiri atau self-learning,
dan membina dirinya sendiri atau self
direction
e.
Tujuan pendidikan
sekolah tidak hanya menguasai bahan pelajaran, tetapi dapat menggunakan apa yang telah dipelajari itu untuk mampu
belajar sendiri dan membina diri kapanpun dan di manapu juga, dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan seumur hidup yaitu mencapai kualitas hidup pribadi,
sosial, dan profesional seoptimal mungkin.Pendidikan sekolah hendaknya agar
siswnya:
1)
Menyadari perlunya
belajar seumur hidup dalam usaha mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidupnya dalam masyarakat.
2)
Meningkatkan kemampuan
belajar atau educability
3)
Memperluas daerah
belajar
4)
Memadukan pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman belajar di luar sekolah.
2.
Program Pendidikan
Sekolah
a.
Kegiatan pendidikan
hendaknya terdiri atas kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler
b.
Kegiatan sekolah
hendaknya campuran antara studi dan bekerja.
c.
Kegiatan sekolah
hendaknya makin tertuju dan mengutamakan kegiatan belajar sendiri dan membina
sendiri.
d.
Proses pendidikan atau
kegiatan belajar mengajar hendaknya tidak hanya melalui satu jalur pengalaman
belajar, tetapi lebih merupakan gabungan dari berbagai pengalaman belajar dan
bervariasi. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
1)
Menggunakan berbagai
sumber belajar (learning resources)
2)
Guru memposisikan diri
sebagai contoh, fasilitator dan motivator.
3)
Menggunakn berbagai
alat bantu mengajar(learning aids).[15]
Prinsip utama pendidikan seumur hidup
bahwa, proses pendidikan terjadi di dalam dan di luar sekolah. Konsekuensinya dimungkinkan
adanya kurikulum dalam pengertian pendidikan seumur hidup, tidak hanya
kurikulum sekolah, tetapi juga kurikulum di luar sekolah. Bagaimanapun juga,
penerimaan pendidikan seumur hidup barangkali akan mengakibatkan perubahan
kurikuler yang drastis di sekolah. Menurut Delker pada tahun 1974, mereka perlu
menawarkan pendidikan inti yang efektif, sehingga murid-murid dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk belajar seumur hidup. Mereka
juga harus menawarkan kesempatan belajar yang berlipat ganda, dan dengan
dihubungkn erat sekali dengan sistem belajar yang terletak di luar sekolah,
seperti rumah, kerja, kehidupan sosial, dan waktu luang.
Skager dan Dave pada tahun 1977 telah
memperluas beberapa jenis statemen di atas, dan mengembangkan serangkaian
kriteria kurikulum sekolah pendidikan seumur hidup. Daftar di bawah ini
berdasarkan ikhtisar yang dibuat oleh mereka.
1.
Kurikulum sekolah harus
menganggap proses belajar sebagai peristiwa yang berlangsung terus-menerus dari
anak-anak awal sampai masa dewasa tua.
2.
Kurikulum sekolah harus
dipandang dalam konteks proses belajar yang berbarengan di rumah, masyarakat,
tempat kerja dan sebagainya.
3.
Kurikulum sekolah harus
mengakui pentingnya esensi kesatauan pengetahuan dan interrelasi di antara
beberapa subjek studi.
4.
Kurikulum sekolah harus
mengakui bahwa sekolah adalah salah satu
agen penting untuk menyajikan pendidikan dasar dalam krangka pendidikan
seumur hidup.
5.
Kurikulum sekolah harus
menekankan otodidak, meliputi pengembangan readiness untuk belajar lanjut dan
penanaman sikap belajarlanjut dan penanaman sikap belajar yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang sedang berubah.
6.
Kurikulum sekolah harus
mengingat akan kebutuhan individu, akan pengokohan dan memperbaharui kembali
sistem nilai progreif, sehingga mereka bertanggung jawab untuk kelangsungan
pertumbuhan mereka seumur hidup.[16]
Menurut
hemat penulis dalam pengaplikasian pendidikan saat ini, keberadaan orientasi
pendidikan seumur hidup sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan kemajuan
dunia pendidikan ke depan, baik dunia
barat maupun dunia timur. Sebelumnya orang-orang mengorietasikan pendidikan
hanya sebatas pendidikan formal, yang
mengakibatkan ilmu yang sudah dimiliki tidak mampu menjawab tantangan zaman.
Hendaknya pendidikan harus diaplikasikan di seluruh aspek kehidupan manusia,
sejak lahir sampai akhir hayat. Pendidikan seumur hidup yang berkembang
sekarang menurut penulis sudah
mengaplikasikan konsep-konsep pendidikan yang dianjurkan oleh
Rasullullah SAW dengan berkembangnya
lembaga pendidikan agama dan umum di setiap propinsi sacara menyeluruh.
Tetapi hal yang perlu diperbaiki sekarang dalam pendidikan adalah bagaimana memberi penghargaan kepada orang yang memilki potensi lebih dan
pengetahuan yang sangat luas, dengan memberi meraka beasiswa. Fakta sekarang
menunjukan bahwa banyak pelajar dan mahasiswa yang memiliki potensi yang lebih
tidak mendapat penghargaan atas potensinya itu. Semestinya meraka inilah yang
harus diberi biaya dan beasiswa melanjutkan pendidikan mereka agar dunia
pendidikan sekarang ini seimbang, antara pendidikan yang maju dengan individu
yang berada di dalamnya.
G. KESIMPULAN
Pendidikan seumur
hidup (life long education) atau dalam istilah arab diekanal
dengan sebuta Utlubul Ilma minal mahdi ilallahdi adalah proses
pendidikan yang dilakukan oleh setiap orang secara berkesinambungan, atau
secara terus menerus sampai akhir hayatnya. Pendidikan seumur hidup berlangsung
melalui pendidikan sekolah, dan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dan
yang tidak dilembagakan.
Pendidikan seumur hidup dilaksanakan di mulai sejak manusia
berada dalam kandungan ibunya hingga ia lahir kemudian mati kembali. Pemikiran
filosofis tentang pendidikan seumur hidup berorientasi tidak hanya kepada
pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan seumur hidup itu berorientasi
kepada seluruh aspek pendidikan yang dilalui manusia dalam kehidupan sejak
lahir sampai akhir hayatnya. Pendidikan seumur hidup
merupakan usaha memberdayakan, mengembangkan dan memanusiakkan manusia. Menurut
pandangan islam, pendidikan lebih dominan kepada pembentukan akhlak, akidah dan
iman.Sedangkan secara umum pendidikan adalah proses pengubahan sikap,
pengembangan kemapuan dan proses peningkatan potensi serta mutu kehiupan
manusia.Apabila aspek-aspek (social & spiritual) tersebut digabungkan maka
hasil dari pendidikan akan sangat maksimal dan menghasilkan peserta didik yang
memiliki intelektual dan akhlak yang mulia.
Secara filosofis pendidikan seumur hidup juga berorientasi
kepada kepentingan dunia dan akhirat.
Orang yang memiliki banyak ilmu akan mendapatkan kemudahan dan keberkatan tidak
hanya di dunia saja akan tetapi ia juga akan mendapatkan penghargaan di akhirat
kelak atas ilmu yang ia punya dan bermanfaat bagi banyak di dunia yakni
keberkahan dan keselamatan dari siksa api neraka.
Dalam perspektif Islam, aplikasi pendidikan seumur hidup
tersebut berlangsung berdasarkan fase-fase perkembangan manusia itu sendiri.
Dengan kata lain, proses pendidikan itu sesuai dengan pola dan irama
perkembangan seseorang dimulai sejak masa kecilnya hingga akhir hayatn
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
A.
J. Cropley, Pendidikan Seumur Hidup, Surabaya:
Usaha Nasional, 1994
Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009
M.
Nur Syam, Pengantar Dasar-dasr Pendidikan,
Surabaya:Usaha Nasional, 1988
Redja
Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Ramayulis
dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Kalam mulia, 2009
Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2009
Wasty Soemanto dan
Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori
Pendidikan Dunia, Surabaya: Usaha Nasional, 1982
Zainudin,
dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-
Ghazali Jakarta: Bumi Aksara, 1991
[1]Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 74
[2]Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009 ), h. 12
[3]Ramayulis dan Samsul Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam mulia, 2009), h. 83
[4]Wasty Soemanto dan
Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori
Pendidikan Dunia, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 9-11
[5]Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 173-174
[7]A. J. Cropley, Pendidikan Seumur Hidup, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), h.32
[8]Mohammad Noorsyam, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, (Surabaya:Usaha
Nasional, 1988), h. 125-126
[9]Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, op.cit., h. 13
[10]M. Nur Syam,op.
cit., h. 136
[12]A. J. Cropley, op cit., h. 32
[13]Redja Mudyahardjo, op cit., h. 171-173
[14]Zainudin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al- Ghazali
( Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 69
[16]A. J. Cropley, op cit., h.
174-175
Choose EmoticonEmoticon